5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan areal atau luaan tertentu dari permukaan bumi yang memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik di atas atau di bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, dan di pengaruhi oleh kegiatan manusia (ekonomi, sosial, budaya) di masa lampau dan sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi potensi penggunaan pada masa yang akan datang ( Baja, 2012; dan FAO, 1967). Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga membutuhkan penataan secara seksama antara lahan sebagai sumber daya dan lahan sebagai lingkungan, sebagai sumber daya, lahan bersifat dapat didayagunakan secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada sisi lainnya, Lahan juga berfungsi budaya dan estetika dimana lahan merupakan penyedia berbagai kemudahan-kemudahan dan kenyamanan dalam beraktivitas. Dalam pembangunan wilayah, fungsi-fungsi tersebut hanya akan lestari jika ada perhatian kearah upaya mempertahankan ekosistem lahan secara baik, dalam upaya pemanfaatan lahan untuk berproduksi secara optimal (Baja, 2002 : 22). Sihaloho (2004) membedakan penggunaan tanah atau lahan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil. 4
6 2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani. 3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas. B. Bentuk Penggunaan Lahan Klasifikasi Bentuk Penggunaan Lahan menurut Darmojuwono (1964) dalam Ritohardoyo (2013 : 130-132) : 1. Pada lahan permukiman masih dijabarkan lagi menjadi : Permukiman dan lahan nonpertanian, meliputi : a. Permukiman perkotaan : merah tua b. Permukiman perdesaan : merah muda c. Permukiman Perdesaan yang bercampur dengan kebun dan tanaman keras: merah muda dengan garis pinggir ungu d. Lahan nonpertanian yang lain : garis-garis merah 2. Kebun d itanami saturan, buah-buahan kecil dan bunga (kelabu tua). Kelas ini sangat umum terdapat beberapa perdesaan di Indonesia, biasanya sayuran, buah-buahan kecil seperti tomat, mentimun dan lainnya merupakan tanaman campuran seperti halnya di pertanian lahan kering. 3. Tanaman keras (kelabu muda), antara lain tanaman karet, kopi, teh, kelapa, kelapa sawit dan tanaman kebun lainnya. 4. Lahan untuk tanaman semusi : Coklat a. Padi : Coklat Kekuningan b. Jagung : Coklat Kemerahan
7 c. Ketela Pohon : Coklat Muda d. Tanaman perdagangan : Coklat Tua 5. Lahan padang rumput, yang dikelola (kuning). Di Indonesia rumput dipelihara pada tempat-tempat tertentu dan arealnya relatif sempit. 6. Tanaman padang rumput yang tidak dikelola untuk penggembalaan. 7. Lahan hutan : Hijau yang bergradasi a. Hutan lebat : hijau gelap b. Hutan terbuka, pohon jarang merupakan sabana tropis : Kuning titik-titik hijau c. Hutan belukar : hijau muda d. Hutan Rawa : biru hijau e. Hutan yan sudah dibuka atau dibakar : garis-garis hijau f. Hutan Industri : hijau sedang dengan simbol spesies hutan g. Hutan Ladang : hijau dengan titik-titik coklat. 8. Bentuk-bentuk tubuh peairan : kelabu a. Rawa :air tawar : biru b. Rawa pasang : biru c. Kolam ikan : biru dengan kelabu d. Sungai : biru e. Danau : biru f. Laut : kelabu 9. Lahan yang tidak produktif (kelabu), seperti lahan kosong, lahan berbatu dan berpasir, bukit-bukit gundul.
8 C. Lahan Pertanian Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan (Banowati dan Sriyanto, 2013 : 5). Bishop dan Toussaint (1972) dalam Rodjak (2004) mendefinisikan pertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengkombinasikan sumbersumber alam dan sumber daya manusia dalam menghasilkan hasil pertanian (Nurmala,dkk., 2012 : 14). Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha tani (UUD 45 pasal 1 butir 2: 3). Menurut Nurmala, dkk. (2012 : 102-104), lahan pertanian khususnya sawah dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1. sawah irigasi teknis 2. sawah irigasi setengah teknis 3. sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana) 4. sawah tadah hujan 5. sawah rawa 6. sawah rawa pasang surut 7. sawah lebak 8. tambak 9. kolam. Sedangkan luas lahan pertanian adalah luas tempat dimana petani
9 melakukan kegiatan usaha tani, satuan pengukurannya adalah hektar (Hidayat, 2002). Menurut Banowati dan Sriyanto, (2013 : 4) Pada dasarnya lahan pertanian di bedakan menjadi 2, yaitu pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: 1. Pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian rakyat dan 2. Perkebunan 3. Kehutanan 4. Peternakan 5. Perikanan Pertanian dalam arti sempit atau pertanian rakyat adalah sebagai pengolahan tanaman dan lingkungan untuk memberikan produk. Sistem ini diusahakan dalam skala kecil dan pelakunya adalah bersifat keluarga. Produk utama yang dihasilkan adalah tanaman pokok yang dikonsumsi sehari-hari, seperti beras, palawija, tanaman holtikultura. Pertanian ini diusahakan di sawah, ladang dan pekarangan. Tujuan usaha ini adalah untuk konsumsi sendiri. Dari segi ekonomi, pertanian rakyat merupakan pertanian subsisten. D. Produktivitas 1. Pengertian produktivitas pertaniaan Produktivitas menurut Nurmala, dkk (2012 : 24-25) adalah kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan tanah tertentu. Produktivitas menurut Mubyanto, (1998) adalah Produktivitas
10 lahan pertaniaan sangat di tentukan oleh tingkat kekritisan lahan, artinya tingkat kekritisan lahan yang rendah atau tidak kritis sama sekali dapat meningkatkan produktivitas pertaniaan dan begitu pula sebaliknya. Adapun faktor-faktor geografi yang mempengaruhi produktivitas pertaniaan tersebut yaitu faktor fisik. Faktor fisik mempengaruhi produktivitas pertanian sama seperti tingkat kekritisan lahan yaitu lahan itu sendiri dengan unsur-unsurnya. Faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap produktivitaas pertaniaan adalah lahan. Lahan mempunyai nilai tersendiri yang dipengaruhi oleh unsurunsur lahan (Mubyanto, 1998). a. Iklim Usaha pertaniaan merupakan suatu kegiatan manusian yang tergantung pada alam, sehingga di dalam pelaksanaannya, kegiatan pertaniaan banyak dipengaruhi oleh kondisi alam itu sendiri. Unsur alam yang mempunyai pengaruh dominan tersebut adalah iklim. Dari uraian tersebut maka unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap produktivitas usaha adalah curah hujan, suhu, udara, kelembaban, dan penyinaraan matahari. b. Tanah Tanah dalam usaha pertaniaan merupakan faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk pertaniaan. Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari pada yang tingkat kesuburannnya rendah. Kesuburan tanah pertaniaan biasanya berkaitan dengan sifat fisik dan kimiawi tanah, karena itu kesuburan tanah juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu kesuburan tanah karena sifat fisiknya dan kesuburan tanah karena sifat
11 kimiawinya. Kesuburan tanah berdasarkan sifat fisiknya adalah sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu tekstur, struktur, keadaan komposisi udara dan kandungan air, sedang secara kimiawi yaitu berdasarkan unsur-unsur hara yang diserap tanaman baik hara mikro maupun makro. Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman mempunyai peranan penting dalam menentukan jenis tanaman, karena setiap jenis tanaman membutuhkan jenis tanah tertentu. c. Topografi dan Kemiringan lereng Topografi lahan menggambarkan penggunan lahan pertaniian yang didasarkan tinggi tempat. Untuk tanah-tanah di Indonesia, pembagian menurut tinggi tempatsering dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi menurut topografi itu juga menggambarkan macam usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk yang bertempat tinggal di daerah itu, misalnya, didataran pantai akan diusahakan perikanan seperti tambak perikanan. Di dataran rendah, mungkin diklasifikasikan lagi menjadi dataran rendah yang beririgasi dan tidak beririgasi atau lahan tegalan di dataran rendah. Di dataran rendah beririgasi, penduduk akan mengusahakan tanaman yang memerlukan tersedianya air yang cukup seperti pagi. Sebaliknya, di lahan tegalan orang akan mengusahakan tanaman palawija. Begitu pula di lahan kering di dataran tinggi, orang akan mengusahakan tanaman yang tidak banyak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, sekaligus memilih tanaman yang adaptasinya sesuai untuk tumbuhan di dataran tinggi seperti tanaman kentang, apel, kubis, dan tanaman sayur-sayuran atau tanaman buah-buahan yang lainnya.
12 Kemiringan lahan sangat penting diperhatikan dalam usaha pertanian sejak penyiapan lahan, penanaman dan pada saat panen hasil. Pada lahan-lahan yang memiliki kemiringan yang curam cenderung memiliki tingkat erosi yang tinggi berlebihan lagi jika curah hujan tinggi juga. Faktor tingginya erosi akan mempengaruhi terhadap produktivitas pertanian karena lapisan top soil yang subur semakin berkurang akibat pencucian tanah oleh erosi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan kesuburan tanah pun ikut bertambah. d. Air Air merupakan faktor geografi yang sangat penting di dalam usaha pertanian. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus melalui pengairan yang diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus disesuikan agar tanaman benar-benar mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Kandungan air dalam tubuh tanaman berbeda-beda, tetapi kebanyakan tidak lebih dari lima puluh persen. Bahkan beberapa jenis tanaman, pada waktu masih hidup mengandung air lebih dari delapan puluh persen. Tanpa air tersebut tumbuh tanaman akan terkulai sehingga air dianggap sebagai pembentuk tubuh. Unsur hara hanya dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk larutan sehingga tanpa air unsur hara tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kekurangan air juga akan menghambat penyerapan unsur. Senyawa air bersama dengan senyawa karbon dioksida diperlukan dalam fotosintesis.
13 B. Penelitian yang Relevan Judul Nama Metode Hasil Afip Udin Analisis (2012) Deskriptif 1. Kajian Produktivitas Lahan Pertanian Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas 2. Pengaruh Konversi lahan Terhadap Produksi Pertanian di Kabupaten Asahan Fajar Akbar Adhhitama Analisis Deskriptif Setelah dilakukan penelitian tentang produktivitas lahan pertanian di kecamatan kembaran dapat disimpulkan bahwa produktivitas lahan pertanian sawah berkategori bervariasi sedangkan produktivitas lahan pertanian tegalan sangat rendah Pengaruh dengan adanya konversi lahan sawah dengan produksi padi di Kabupaten Asahan memiliki pengaruh yang bersifat berbanding terbalik artinya semakin besar konversi lahan sawah semakin kecil produksi padi yang dihasilkan 3. Kajian Produktivitas Lahan Pertanian Kecamatan Kemangkon Kanupaten Purbalingga Jamilah Solih F. Analisis Deskriptif Setelah dilakukan penelitian tentang produktivitas lahan pertanian di kecamatan kemangkon dapat disimpulkan bahwa produktivitas lahan pertanian sawah berkategori tinggi sedangkan produktivitas lahan pertanian tegalan sangat rendah
14 E. Kerangka Pikir Untuk mempermudah proses penelitian, peneliti menggunakan diagram alur sebagai berikut : Lahan Pertanian Kebun/Tegalan Sawah Teknis Tadah hujan Produksi Kebun/Tegalan Produksi Sawah Produktifitas lahan pertanian Gb. 2.1 Diagram alur kerangka pikir