PELATIHAN TERPADU (KEGEL dan CORE STABILITY) TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU Sri Wahyuni, Astri Wahyuningsih,Wahyu Widyawati STIKES Muhammadiyah Klaten ABSTRAKSI Angka Kematian Ibu (AKI) di kabupaten Klaten tahun 2014 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu maternal sejumlah 20 terdiri dari 1 kematian ibu bersalin (5%), 5 kematian ibu hamil (25%) dan 14 kematian ibu nifas (70%). Perdarahan postpartum merupakan 1 dari 3 (50-60%) penyebab umum pada kematian maternal, salah satu faktor predisposisinya adalah subinvolusi uterus akibat kelemahan otot rahim pada ibu nifas.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan terpadu (kegel &core stability) terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas. Jenis Penelitian yang dipakai adalah true experimental dengan metode pendekatan pre-post test with control group. Teknik sampling berupa purposive sampling, dengan jumlah sampel 22 responden experiment group dan 22 responden control group. Diberikan perlakuan berupa pelatihan terpadu (kegel &core stability) pada kelompok eksperimen dan tidak diberikan pelatihan terpadu (kegel &core stability) pada kelompok kontrol, kemudian dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri hari ke-1, dan hari ke-3 menggunakan jari.data dianalisa menggunakan Uji Chi Square.Hasil uji Chi Square nilai significancy (p) 0.00. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pelatihan terpadu (kegel &core stability) dengan penurunan tinggi fundus uteri ibu nifas.saran bagi ibu nifas, diharapkan dapat melaksanakan latihan dengan gerakan yang benar, sistematis agar penurunan tinggi fundus uteri lebih efektif. Kata Kunci : Kegel, Core Stability, Tinggi Fundus Uteri (TFU), Nifas Pustaka : 43 pustaka (2006 s/d 2016) 1) Mahasiswa Prodi D III Kebidanan 2) Pembimbing Prodi D III Kebidanan
I. PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di kabupaten Klaten tahun 2014 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu maternal sejumlah 20 terdiri dari 1 kematian ibu bersalin (5%), 5 kematian ibu hamil (25%) dan 14 kematian ibu nifas (70%). Walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, angka tersebut masih terbilang cukup tinggi (Profil Kesehatan Kabupaten Klaten 2014). Perdarahan postpartum merupakan 1 dari 3 (50-60%) penyebab umum pada kematian maternal, salah satu faktor predisposisinya adalah subinvolusi uterus akibat kelemahan otot rahim pada ibu postpartum. Gejala sub involusi uterus meliputi penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Untuk itu penting dilakukannya pelayanan nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar utama dalam strategi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Masa nifas merupakan proses fisiologis, sehingga bagaimana upaya yang dilakukan supaya kondisi yang fisiologis tidak jatuh ke keadaan patologis adalah dengan memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas. Proses pemulihan organ reproduksi pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting. Hal inilah yang mendasari kebutuhan untuk melakukan observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU). Uterus yang berkontraksi dengan baik secara bertahap akan berkurang ukurannya, sampa tidak dapat dipalpasi lagi diatas simpisis pubis. Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari perubahan fisiologi yang luar biasa terjadi selama kehamilan. Diantar faktor yang berperan dalam kontraksi uterus adalah kadar Hb, kadar kalsioum, volume intrauterin, menyusui dan senam nifas. Senam nifas sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kontraksi uterus masa post partum, maka ibu post partum didorong untuk melakukan senam nifas dalam rangka mempercepat proses involusi uterus. Senam nifas yang diberikan yaitu pelatihan terpadu kegel dan core stability. Hasil studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu pada bulan Oktober-November terdapat 173 kasus sectio caesarea. Hasil wawancara dari 10 ibu post partum normal secara acak diperoleh 2 orang mengetahui senam kegel tetapi tidak mengetahui core stability serta belum pernah melakukan senam tersebut, 8
diantaranya sama sekali tidak mengetahui dan belum pernah melakukan senam kegel dan core stability. Umur ibu post partum tersebut berkisar antara 19-34 tahun. Berdasarkan latar belakang diatas, Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Pelatihan Terpadu (Kegel dan Core Stability) Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu?. Tujuan dalam penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh pelatihan terpadu (kegel dan core stability) terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Tujuan secara khusus antara lain untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan terpadu(kegel dan core stability) serta untuk mengetahui hasil pengukuran involusi uteri sebelum dan sesudah diberikan latihan terpadu (kegel dan core stability) pada ibu nifasdi RSU PKU Muhammadiyah Delanggu II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu data penelitian dikumpulkan sesuai kondisi atau situasi saat penelitian berlangsung, sehingga pengumpulan data cukup dilakukan sekali atau pada waktu penelitian dilakukan, tanpa harus melihat latar belakang atau kejadian yang telah lalu ataupun yang akan datang (Siswanto 2016). Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experimental dengan pendekatan pre test and post test with control group design yaitu desain eksperimen yang dilakukan dengan membagi kelompok menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, lalu kedua kelompok tersebut dilakukan pre test sebelum eksperimen diberikan dan post test sesudah eksperimen diberikan (Sugiyono, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok eksperimen yang telah diberikan perlakuan latihan kegel dan core stability secara rutin dengan penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok ibu nifas yang tidak diberikan perlakuan latihan kegel sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok dilakukan pre test, yaitu dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri 2 jam setelah persalinan. Post test dilakukan pada kedua kelompok, pada kelompok eksperimen, post test dilakukan setelah dilakukan latihan kegel dan core stability. Latihan kegel dan core stabilitydilakukan setelah 24 jam setelah bersalin selama tiga hari secara rutin pada waktu pagi atau sore hari, dan penurunan tinggi
fundus uteri akan diukur lagi pada hari ke tiga setelah persalinan pada kedua kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dengan persalinan normaldi RSU PKU Muhammadiyah Delanggu kabupaten Klaten pada tanggal 19 April 19 Juli 2017 sejumlah 213 orang ibu nifas dengan persalinan normal (spontan).teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling berupa purposive sampling dengan kriteria : 1) Kriteria inklusi a. Ibu nifas hari pertama yang bersedia menjadi responden di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. b. Ibu nifas usia 20-35 tahun. c. Ibu nifas yang melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). d. Ibu nifas dengan riwayat kehamilan normal/aterm. e. Ibu nifas yang tidak menderita penyakit sistemik. f. Ibu yang melahirkan anak ke 1-3. g. Ibu nifas yang tidak mengalami komplikasidan tindakan dalam persalainan seperti vacuum ekstraksi, forceps, sectiocaesarea dan induksi persalinan. h. Ibu nifas yang tidak pantang makanan. i. Ibu nifas dapat di ajak berkomunikasi. 2) Kriteria eksklusi a. Ibu nifas yang sedang dalam perlakuan kelompok kontrol secara tiba-tiba ingin mengikuti latihan terpadu kegel dan core stability. b. Ibu nifas yang mengalami komplikasi persalinan maupun nifas seperti retensio plasenta, atonia uteri, sisa plasenta setelah postpartum, perdarahan post partum primer, perdarahan postpartum sekunder, infeksi alat genital, permasalahan payudara (payudara bengkak, abses payudara). Dalam penelitian instrumen yang digunakan antara lain lembar lembar angket, kartu monitoring responden, kartu monitoring peneliti, lembar observasi pelaksanaan pelatihan terpadu kegel &core stability. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, peneliti bertemu dengan responden pada hari ke-1 yaitu ibu nifas 2 jam post partum normal sesuai dengan kriteria inklusi dan membagikan informed consent atas kesediaan untuk dijadikan responden pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, pengambilan responden dilakukan secara acak.
Responden pada kelompok eksperimen yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan mengenai tujuan, manfaat penelitian serta cara pelaksanaan senam kegel dan core stability yang dilaksanakan setiap hari selama 3 hari setelah melahirkan. Menjelaskan cara pengisian lembar angket dan kartu monitoring yaitu dengan mengisi identitas diri pada kolom yang telah disediakan dan pelaksanaan pelatihan terpadu. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri (pre test) pada 2 jam setelah melahirkan. 24 jam setelah melahirkan, kelompok eksperimen dilatih senam kegel dan core stability. Untuk hari ke 2 dan ke 3 apabila responden kelompok eksperimen sudah dinyatakan boleh pulang dari Rumah Sakit, maka pelaksanaan senam terpadu kegel dan core stability hendaknya tetap dilaksanakan di rumah sesuai dengan panduan yang telah diberikan dan mengisi lembar angket serta kartu monitoring yang telah diberikan. Pada pelaksanaan penelitian, responden pada kelompok eksperimen mengikuti semua petunjuk yang telah diberikan oleh peneliti serta mengikuti pelatihan terpadu kegel dan core stability secara sistematis sesuai dengan teori yang diajarkan oleh peneliti dan responden pada kelompok kontrol dilakukan pengkajian meliputi pola nutrisi, pola istirahat dan pola aktivitas responden secara teratur sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar tanpa masalah apapun sampai penelitian selesai. Pada responden kelompok kontrol yang telah memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu berupa pengkajian yang meliputi pola nutrisi, pola istirahat dan pola aktivitas selama tiga hari, serta dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri (pre test) pada 2 jam setelah persalinan. Kemudian pada hari ke-3 setelah bersalin dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri (post test) pada kedua kelompok, yaitu pengukuran tinggi fundus uteri kelompok eksperimen setelah melakukan pelatihan terpadu kegel dan core stability selama 3 hari dan pengukuran tinggi fundus uteri kelompok kontrol. Analisis data univariat untuk menggambarkan karakteristik responden.analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh pelatihan terpadu kegel dan core stability terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas dengan uji chi square.
III. HASIL 1. Analisa Univariat a. Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2017 Kel. No Umur Eksperimen Kel.Kontrol Total F % F % F % 1 20-25 14 63,6 6 27,3 20 45,4 2 26-30 3 13,6 7 31,8 10 22,8 3 31-35 5 22,8 9 40,9 14 31,8 Jumlah 22 100 22 100 44 100 b. Karakteristik responden berdasarkan paritas Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan paritas di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2017 Kel. Kel. No Paritas Eksperimen Kontrol Total F % F % F % 1 PIMIPARA 14 63,6 6 27,3 20 45,4 2 MULTIPARA 8 36,4 16 72,7 24 54,6 Jumlah 22 100 22 100 44 100 Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2017 Kel. Kel. No Jenjang Total Eksperimen Kontrol Pendidikan F % F % F % 1 Dasar 0 0 1 4,5 1 2,3 2 Menengah 12 54,6 19 86,4 31 70,4 3 Perguruan Tinggi 10 45,4 2 9,1 12 27,3 Jumlah 22 100 22 100 44 100
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2017 Kel. Kel. No Pekerjaan Eksperimen Kontrol Total F % F % F % 1 IRT 6 27,3 18 81,8 24 54,5 2 BURUH 1 4,5 0 0 1 2,3 3 WIRASWAST A 2 9,1 1 4,5 3 6,8 4 KARYAWAN 12 54,5 3 13,6 15 34,1 5 PNS 1 4,5 0 0 1 2,3 Jumlah 22 100 22 100 44 100 d. Tinggi Fundus Uteri hari ke 1 (pre test) Tabel 5 Distribusi frekuensi Tinggi Fundus Uteri (TFU) hari ke 1 sebelum melakukan pelatihan terpadu (kegel &core stability) Penurunan Kel Kel. N Total Tinggi Fundus Eksperimen Kontrol o Uteri (TFU) F % F % F % 1 LAMBAT 1 4,6 0 0 1 2,3 2 NORMAL 3 13,6 7 31,8 10 22,7 3 CEPAT 18 81,8 15 68,2 33 75 Jumlah 22 100 22 100 44 100 e. Tinggi Fundus Uteri hari ke 3 (post test) Tabel 6 Distribusi frekuensi Tinggi Fundus Uteri (TFU) hari ke 3 setelah dilakukan pelatihan terpadu (kegel &core stability) Penurunan Kel. N Kel. Eksperimen Total Tinggi Fundus Kontrol o Uteri (TFU) F % F % F % 1 LAMBAT 0 0 4 18,2 4 9,1 2 NORMAL 3 13,6 16 72,7 19 43,2 3 CEPAT 19 86,4 2 9,1 21 47,7 Jumlah 22 100 22 100 44 100 Sumber : Data Primer 2017
2. Analisis Bivariat Tabel 7 Pengaruh Pelatihan Terpadu (Kegel &Core Stability) Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) pada Ibu Nifas di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (hari ke-3) No Pelaksanaan Pelatihan Terpadu (Kegel &Core Stability) Penurunan TFU Cepat Normal Lambat Total F % F % F % F % 1 Ya 19 90,5 3 15,8 0 0 22 50 2 Tidak 2 9,5 16 84,2 4 100 22 50 Jumlah 21 100 19 100 4 100 44 100 Tabel 8 Uji Chi Square Pelatihan Terpadu (Kegel &Core Stability) Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) Value Df P Value Pearson Chi Square 26.657 2.000 Jumlah sampel valid 31.214 2.000 Sumber ; Data Primer, 2017 IV. PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden paling banyak adalah rentang usia 20-25 tahun sebanyak 20 responden (45,4%). Pada usia tersebut memungkinkan untuk melatih kekuatan otot-otot dasar panggul yang sangat diperlukan setelah terjadi regangan oleh kepala janin setelah melahirkan. Hal ini sejalan dengan teori menurut Ambarwati (2010) bahwa usia 20-35 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Tabel 2 menunjukkan paritas responden paling banyak adalah multipara sebanyak 24 orang (54,6%), Menurut Walyani, 2015 involusi uterus bervariasi pada ibu pasca persalinan dan biasanya ibu yang paritasnya tinggi, proses involusinya menjadi lebih lambat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan uterusnya.karena semakin sering hamil akansering kali mengalami regangan. Jumlah anak mempengaruhi involusi rahim otot-otot yang terlalu sering teregang maka elastisitanya akan berkurang. Table 3 menunjukkan jenjang pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan menengah sebanyak 31 responden (70,4%), Menurut Mubarak (2007), semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan yang tinggi pada ibu akan berpengaruh dalam upaya untuk mencari dan mencerna informasi mengenai pelatihan terpadu (kegel &core stability) dan melaksanakan pelatihan tersebut pada masa nifas. Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah IRT sebanyak 24 orang (54,5%). Seseorang yang tidak bekerja lebih jarang keluar rumah sehingga akan kurang pengalamannya. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2007), seseorang yang tidak bekerja akan kurang pengetahuan dan pengalamannya karena kurangnya pergaulan dan interaksi
sosial sehingga dapat menyebabkan ibu nifas kurang informasi mengenai pelatihan terpadu (kegel &core stability). Tabel 5 menunjukkan bahwa penurunan tinggi fundus uteri hari ke 1 sebelum diberikan intervensi paling banyak tergolong dalam kategori cepat yaitu 33 orang (75%) kelompok eksperimen 18 orang (81,8%) dan kelompok kontrol 15 orang (68,2%). Pada tabel 4.6 menunjukkan hasil pengukuran setelah diberikan intervensi dan dilakukan pengukuran pada hari ke 3 menjadi 21 orang (47,7%) dalam kategori cepat dengan 19 orang (86,4%) kelompok eksperimen dan 2 orang (9,1%). Pengaruh pelatihan terpadu kegel & core stability terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa responden yang melaksanakan pelatihan terpadu (kegel &core stability) cenderung mengalami penurunan tinggi fundus uteri lebih cepat sebanyak 19 orang responden (90,5%) sedangkan responden yang tidak melaksanakan pelatihan terpadu (kegel &core stability) cenderung mengalami penurunan tinggi fundus uteri dalam kategori normal sebanyak 16 responden (84,2%). Tabel 8 menunjukkan hasil uji Chi-Square yaitu nilai significancy (p) adalah 0.000, artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara pelatihan terpadu (kegel &core stability) terhadap penurunan tinggi fundus uteri karena p < 0.05. Kelompok eksperimen yang diberikan pelatihan terpadu (Kegel &Core Stability) mengalami kecepatan penurunan TFU 2 kali lebih cepat dibanding kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan terpadu (Kegel &Core Stability). Hal ini dikarenakan latihan pada otot dasar panggul akan merangsang serat-serat pada otot uterus yaitu serat saraf simpatis dan parasimpatis yang menuju ganglion cervical dari frankenhauser yang terletak di pangkal ligamentum sacro uterinum. Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Dengan adanya kontraksi dan retraksi dari uterus yang kuat dan terus menerus dari latihan otot-otot tersebut maka akan menambah kekuatan uterus dalam proses involusi sehingga penurunan tinggi fundus uteri berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak melakukan latihan. Selain itu latihan otot perut akan menyebabkan ligament dan fasia yang menyokong uterus akan mengencang. Ligamentum rotundum yang kendor akan kembali sehingga letak uterus yang sebelumnya retrofleksi akan kembali pada posisi normal yaitu menjadi antefleksi (Polden, 2007). Menurut Kenneth (2009) proses penurunan TFU dikatakan cepat jika pada hari pertama nifas TFU > 1 jari dibawah pusat dan pada hari ke-3 berada >3 jari dibawah pusat. Dikatakan normal jika pada hari pertama TFU 1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3 TFU 3
jari dibawah pusat. Tapi dikatakan lambat jika pada hari ke-1 TFU berada <1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3 TFU setinggi <3 jari dibawah pusat. Pelaksanaan pelatihan terpadu (kegel &core stability) dapat mempengaruhi elastisitas otot otot dasar panggul.menurut widiawati & Proverawati (2010) senam kegel bisa dirasakan manfaat serta perubahannya dengan latihan beberapa menit setiap hari.hal ini dapat terjadi karena setiap otot tersusun dari banyak sel otot yang disebut dengan serabut otot.semakin banyak serabut otot yang ada pada otot maka semakin besar kekuatan potensial otot tersebut (Corwin, 2009). Pelaksanaan pelatihan terpadu (kegel & core stability) pada ibu nifas mempengaruhi kecepatan penurunan tinggi fundus uteri yang didukung oleh Masuroh (2008) dalam penelitiannya bahwa ibu yang tidak senam sebagian besar mengalami penurunan TFU tidak normal sebanyak 7 orang (64,6%) dengan hasil ada pengaruh antara senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum (p value 0.042). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas akan cepat kembali pulih dengan pelaksanaan pelatihan terpadu (kegel &core stability). Hasil ini didukung oleh penelitian Kuswati (2014) yaitu dengan adanya kontraksi uterus yang kuat dan terus menerus, akan lebih membantu kerja uterus dalam mengompresi pembuluh darah dan proses hemeostatis. Proses ini akan membantu menurunkan tinggi fundus uteri karena salah satu manfaat senam nifas adalah mempercepat involusi uterus yang dapat diukur dari penurunan tinggi fundus uteri (Sukaryati dan Maryunani, 2011). Pada penelitian ini ditemukan 3 responden kelompok eksperimen (13,6%) yang melakukan pelatihan terpadu (kegel &core stability) namun penurunan tinggi fundus uteri berjalan normal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor keteraturan dan tidak sesuaian dalam pelaksanaannya, karena menurut Anggraini (2010), senam nifas terbukti diperoleh hasil maksimal apabila segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan dan secara teratur setiap hari. Dalam penelitian ini terdapat 22 responden kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan terpadu (kegel &core stability) namun penurunan tinggi fundus uteri didapat 2 responden (9,1%) dalam kategori cepat, 16 responden (72,7%) dalam kategori normal dan 4 (18,2%) responden dalam kategori lambat. Hal ini dimungkinkan bahwa kecepatan peneurunan tinggi fundus uteri tidak dikarenakan pelaksanaan pelatihan terpadu (kegel &core stability) namun dikarenakan faktor umur, dimana responden berada pada kelompok umur reproduksi sehat yaitu antara 20-35 tahun sehingga ibu mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelatihan terpadu (kegel &core stability) terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu maka dapat disimpulkan bahwa: a. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh antara pelatihan terpadu (kegel &core stability) terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas. b. Pelaksanaan pelatihan terpadu: 1) Jumlah keseluruhan responden 44 orang, dengan pembagian 22 orang kelompok intervensi dan 22 orang kelompok kontrol. 2) Hasil pengukuran TFU hari ke 1 sebelum diberikan intervensi paling banyak tergolong dalam kategori cepat yaitu 33 orang (75%), dengan 18 orang kelompok eksperimen (81,8%) dan 15 orang kelompok kontrol (68,2%). 3) Hasil pengukuran TFU Hari ke 3 setelah diberikan intervensi, terdapat 21 responden (47,7%) dalam kategori cepat, yaitu 19 orang kelompok eksperimen (86,4%) dan 2 orang kelompok kontrol (9,1%). 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain : a. Bagi institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kebidanan komplementer. b. Bagi RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan SOP dan program pelaksanaanpelatihan terpadu (kegel &core stability)secara rutin bagi ibu nifas. c. Bagi bidan/tenaga kesehatan Diharapkan bidan/tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai pelatihan terpadu (kegel dan core stability) pada ibu nifas. d. Bagi ibu nifas Terkait dengan manfaat pelatihan terpadu (kegel &core stability)bagiibu nifas disarankan untuk melaksanakannya dengan gerakan yang benar,
sistematis, urut dan sesuai langkah-langkah agar terjadi penurunan tinggi fundus uteri yang efektif. e. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian mengenai faktor faktor lain yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas seperti pola aktivitas, pola pemenuhan nutrisi maupun pola istirahat. Selain itu, peneliti juga dapat memperbanyak sampel. DAFTAR PUSTAKA Baston H, Hall J. Midwifery Essentials: Postnatal, Volume 4. Jakarta: EGC; 2011. (h. 16) Braayshaw E. Senam Hamil & Nifas Pedoman Praktis Bidan. Jakarta: EGC; 2008. Chapman V, Charles C. Persalinan & Kelahiran Asuhan Kebidanan Edisi 2 (The Midwife s Labour and Birth Handbook 2 nd Edition). Jakarta: EGC; 2013. (h. 295-305) Kenneth J. Leveno. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2009. Kibler R, Jock P. The role of core stability in athletic function. Vol 36. Sport Medicine; 2006. Kisner C, Colby LA. Therapeuic Exercise-Foundations and Techniques fifth Edition. Philadelphia: F. A Davis Company; 2007. Walyani E, Purwoastuti E, Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015. Widianti A, Proverawati A, Senam Kesehatan. Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. (h. 1-3, 29, 55-67).