C216 Identifikasi yang Memengaruhi sebagai Wisata di Maghfirah B. Muwifanindhita dan Hertiari Idajati Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur Desain dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: hertiari_idajati@urplan.its.ac.id Abstrak sebagai salah satu wisata di yang berada di tahap perintisan disiapkan untuk bisa menjadi destiasi wisata yang berdampingan dengan pengembangan kawasan heritage koridor Tunjungan. Namun dalam mewujudkan wisata masih terbilang kurang. yang masih kurang tersebut oleh faktor-faktor yang perlu diketahui sehingga, pengembangan wisata dapat berjalan secara berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang yang diberikan dengan melakukan in-depth-interview pada stakeholder terpilih. Kemudian dilakukan konten analisis pada transkrip hasil wawancara untuk menggali faktor yang dalam penciptaan wisata di. Hasil dari penelitian ini mengindikasi bahwa dari sepuluh sub-faktor yang diujikan, hanya sub-faktor pendidikan yang tidak berpengaruh terhadap kondisi, serta ditemukan faktor baru sebagai faktor lokal yang dalam mewujudkan wisata yaitu faktor pendapatan, faktor penggerak, faktor karakter, dan faktor moral. Kata Kunci, wisata, faktor K I. PENDAHULUAN AMPUNG sebagai ciri khas dari Indonesia, ditandai dengan ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat [1]. Ikatan kekeluargaan tersebut merupakan kesatuan manusia yang dalam aplikasinya mencirikan interaksi antar warganya. Interaksi yang hadir pada sebuah juga bergantung dari adat istiadat yang ada, norma-norma hukum yang disepakati, dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah lakunya [2]. Di kawasan perkotaan, yang masih mempertahankan kearifan lokalnya dapat dikatakan unggul pada aspek sosial-budaya. Nilai-nilai budaya yang terwujud dalam keseharian membuat daya tarik tersendiri bagi di tengah suasana hiruk-pikuk perkembangan kota. Dengan masih dijaganya nilai-nilai budaya serta kearifan lokal, kota berpotensi menjadi daya tarik wisata. Destinasi wisata berupa kota merupakan salah satu daya tarik wisata di, dengan ditetapkannya lima kota baru pada tahap perintisan. wisata yang masuk dalam tahap perintisan antara lain, Nelayan Kenjeran, Dolly, Semanggi di Sememi serta pengembangan tematik baru [3]. Dari lima yang sedang dikembangkan, memiliki keunikan dan potensi yang tidak dimiliki lainnya. Lokasi yang terletak di kawasan emas dengan tingginya nilai ekonomi dan letaknya yang strategis menjadi keunikkan tersendiri. Adanya alokasi ruang disepanjang koridor Tunjungan sebagai kawasan wisata budaya kota pun membuktikan potensi sebagai kota berwawasan budaya [4]. Sebagai upaya pelestarian sejarah dan budaya yang ada, kota perlu sebuah bentuk. Konsep pengembangan kota menjadi daya tarik wisata juga dapat mengajak sekitar dalam melestarikan sosial-budaya yang dijadikan sebagai produk unggulan wisata budaya, sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi [5]. Proses perubahan dalam upaya meningkatkan kapasitas, bergantung pada beberapa aspek, yaitu sosiologis, politik, ekonomi, psikologis, dan kultural. Aspek-aspek tersebut mengikuti proses yang diawali dari mengelola masalah sosial yang ada, memanfaatkan sumber daya dan peluang, sampai memenuhi kebutuhan untuk mendapat kondisi yang lebih sejahtera. Dari tiga kondisi tersebut, tidak terlepas dari pada pengaruh masing-masing individu, seperti psikologis, adanya informasi, ketrampilan, teknologi, stratifikasi sosial, budaya, sampai kelembagaan yang mendukung serta pelayanan [6]. Melihat kondisi fisik yang berubah dapat menjadi alasan bahwa terdapat pastisipasi dari sebagai wisata. Namun, partispasi yang sudah ada akan terancam tidak berkelanjutan. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap dalam upaya peningkatan serta menjaga eksistensi kota sebagai wisata di.
C217 II. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitif dengan metode deskriptif eksploratif untuk mengidentifikasi faktor yang sebagai wisata. Tabel 1 Kelompok Stakeholders Penelitian Stakeholders Posisi Stakeholders Alasan Pemilihan P1 Dinas Pelaksana teknis kegiatan Pariwisata dan peningkatan Budaya Kota Penyedia layanan pembelajaran sebagai destinasi wisata bagi Salah satu pelaku promosi wisata P2 Badan Perumusan kebijakan Perencanaan perencanaan kota untuk Pembangunan Kota sebagai wisata Pengkoordinasian perencanaan sebagai wisata P3 Ketua RW Pelaku dalam P4 Ketua Karang peningkatan Taruna sebagai Wisata Stakeholders Tabel 2. Kriteria Pemilihan tiap Stakeholders Posisi Kriteria Pemilihan Stakeholders Dinas Pariwisata Pria/Wanita dan Budaya Kota Lama kerja di instansi terkait > 3 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ketua RW Pria/Wanita Ketua Karang Taruna A. Teknik Pengumpulan Data Pria/Wanita Lama kerja di instansi terkait > 3 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Lama tinggal di > 20 tahun Usia minimal 25 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Data-data penelitian ini didapat dengan melakukan wawancara kepada stakeholder terpilih melalui perpaduan teknik sampling stakeholder analysis dan purposive sampling secara in-depth-interview. Wawancara dilakukan pada stakeholder baik dari maupun yang terlibat dalam pengembangan, sehingga proses dalam menggali faktor yang berpengaruh dapat sesuai. Analisis stakeholders untuk diawali dengan melihat tugas pokok dan fungsi dinas terkait, sedangkan untuk stakeholders dari dipilih dengan melihat keterlibatannya dalam pengembangan sejak ditetapkan sebagai wisata. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap kepentingan dan pengaruh dari kedua jenis stakeholder yang dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, diberikan kriteria pemilihan responden untuk tiap kelompok stakeholders dengan teknik sampling purposive sampling. Dengan dipilihnya teknik sampling purposive sampling didasarkan pada peluang keterlibatan stakeholder serta diharapkan dapat memberikan sampel penelitian yang representatif dalam penelitian ini, guna mendapatkan responden sesuai tujuan yang diharapkan seperti pada Tabel 2. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Indikator dan Variabel Penelitian Indikator Variabel Harapan Pendidikan Struktur Budaya Budaya lokal Ekonomi dan beratraksi Prasarana Jaringan listrik Kelembagaan Lembaga pengelola Kebijakan Pelayanan Pemerintan Apresiasi C. Teknik Analisis Data Data pada penilitian ini diolah dengan teknik konten analisis. Teknik konten analisis dipilih untuk menyusun kesimpulan dengan melihat hasil wawancara yang berisi pendapat responden terkait faktor yang dalam mewujudkan wisata. Proses diawali dengan pembuatan transkrip untuk tiap responden, yang dilanjutkan dengan pemberian coding dan pewarnaan pada setiap variabel untuk memudahkan analisis. Selanjutnya dilakukan tabulasi hasil coding tiap variabel untuk selanjutnya diintepretasi serta dijabarkan secara statistik deskriptif. III. HASIL DAN DISKUSI dalam penciptaannnya sebagai wisata oleh beberapa faktor. tersebut diidentifikasi dengan melihat hasil wawancara baik dari dan tokoh. yang diidentifikasi merupakan faktor yang menyebabkan kondisi saat ini. Berikut diberikan penjabaran hasil analisis faktor yang sebagai wisata. A. sosial ini memiliki tiga sub-faktor yang berperan sebagai variabel, yaitu struktur sosial, harapan
C218 yang ada di, dan latar belakang pendidikan. Tabel 4. Rekapitulasi Analisis untuk Struktur strukturnya strukturnya sebagai kartar sebagai kartar strukturnya sebagai kartar dari kinerja pengurus strukturnya bukan sebagai pengurus ber memiliki harapan untuk mengembangkan nya dari kinerja dari kartar strukturnya di sebagai kartar dan PKK dari kinerja pengurus strukturnya di sebagai kartar dan PKK strukturnya di sebagai kartar Tabel 5. Rekapitulasi Analisis untuk Harapan ber memiliki harapan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada tanpa harus mengkomersilkan nya memiliki harapan untuk tidak mengkomersilkan memiliki harapan untuk nya tidak berkembang, sehingga memperngaruhi nya ber memiliki harapan untuk nya memiliki UKM sendiri 1) Struktur sosial Struktur sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai peran sebagai wisata yang berada di tengah kota. Berdasarkan hasil konten analisis, diketahui bahwa baik ataupun memberikan pernyataan yang mengindikasi bahwa struktur sosial dapat dikatakan berpengaruh terhadap kondisi yang dapat dilihat pada Tabel 4. akan ber jika memiliki peran sebagai pengurus, anggota PKK ataupun sebagai karang taruna. juga dari bagaimana kinerja dari pengurus ataupun karang taruna. Dapat dikatakan bahwa semakin baik kinerja pengurus, akan memiliki keinginan berpartipasi yang semakin tinggi. 2) Harapan Harapan yang dimaksudkan adalah keinginan atau harapan untuk menjadikan sebagai wisata. Berdasarkan hasil analisis konten, faktor harapan dapat dikatakan berpengaruh terhadap dikan adanya penyataan baik dari atau yang mengindikasikan pengaruhnya. Dengan memiliki harapan untuk nya berubah menjadi lebih baik, dalam hal ini menjadi wisata, terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksankan baik oleh maupun pemuda karang taruna. ini memiliki pengaruh juga kepada yang tidak menginginkan nya menjadi wisata, sehingga tidak adanya yang diberikan. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis keberpengaruhan harapan pada Tabel 5. 3) Pendidikan Pendidikan yang dimaksudkan adalah latar belakang pendidikan dari. Berdasarkan hasil konten analisis, meski tiga dari empat responden tidak memberikan pernyataan mengenai latar belakang pendidikan, didapati responden dari menyatakan bahwa latar belakang pendidikan tidak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Analisis untuk Pendidikan tidak dari latar belakang pendidikan B. Budaya Tabel 7. Rekapitulasi Analisis untuk Budaya Lokal dari kegiatan seni-budaya yang ada dari kegiatan keagamaan yang ada dari nilai-nilai budaya yang ada dari kegiatan keagamaan yang ada dari nilai-nilai budaya yang ada, seperti gotong royong, bersama, bermain bersama dan lainnya dari nilai-nilai budaya yang ada, seperti gotong royong, bersama, bermain bersama dan lainnya budaya dalam penilitian merupakan nilai-nilai yang ada di, seperti gotong royong, saling bertegur sapa, bersama, dan kegiatan lainnya yang masih dipertahankan yang diwujudkan pada cara hidup nya. Dengan masih dijaganya budaya tersebut, faktor ini diujikan untuk melihat pengaruh adanya budaya di terhadap kondisi. Berdasarkan analisis hasil wawancara, didapati faktor budaya keterlibatan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Hal tersebut dibuktikan dengan budaya lokal keterlibatan untuk
C219 mengikuti kegiatan-kegiatan, baik mewujudkan atraksi budaya maupun untuk menjaga kebersihan lingkungan. C. Ekonomi Ekonomi yang dimaksudkan adalah melihat pada jenis pekerjaan. ini diujikan untuk melihat pengaruh jenis perkerjaan, baik formal atau informal terhadap sebagai wisata. Berdasarkan hasil analisis, meskipun terdapat perbedaan anggapan dari dan, dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 8. Adanya perbedaan anggapan tersebut disebabkan oleh yang menganggap jika jenis pekerjaan formal dengan jam kerja teratur membuat akan memprioritaskan pekerjaannya. Sedangkan dari sudut pandang tokoh, jenis pekerjaan tidak terindikasi berpengaruh kepada kegiatan yang diadakan untuk melibatkan diadakan diluar dari jam efektif kerja, sehingga seakan-akan jenis pekerjaan tidak mereka. Tabel 8. Rekapitulasi Analisis untuk yang sudah memiliki UKM diarahkan untuk menjadi pelopor bagi tidak warga lainnya nya memiliki dinamika yang tinggi berkenaan dengan jenis pekerjaannya oleh jam kerja dari Adanya sarana untuk dan beratraksi tidak waktu untuk ber tidak nya Tabel 9. Rekapitulasi Analisis untuk Berkumpul dan Beratraksi dan dan beratraksi di beratraksi di berupa joglo berupa joglo dengan menggunakannya sebagai pusat dengan kegiatan menggunakann ya sebagai pusat kegiatan dan beratraksi di berupa joglo digunakan sebagai pusat kegiatan Adanya ruang publik joglo digunakan sebagai ruang bagi D. yang dimaksudkan adalah sarana untuk dan beratraksi bagi. Berdasarkan konten analisis yang dilakukan, didapati bahwa dari empat responden, tiga diantaranya menyebutkan adanya indikasi pengaruh sarana untuk warga yang dalam hal ini berupa joglo terhadap sebagai wisata, yang dapat dilihat pada Tabel 9. Joglo yang digunakan sebagai pusat kegiatan warga memberikan kemudahan warga untuk menerapkan nila-nilai budaya lokal serta menjadi salah satu daya tarik pula bagi wisatawan yang datang. E. Prasarana Berdasarkan hasil analisis, faktor prasarana merupakan faktor yang berpengaruh untuk ber di nya, yang dapat dilihat pada Tabel 10. Adanya perbaikan sarana berupa joglo, serta pemberian jaringan listrik yang mumpuni, membuat lebih sering dan dapat menggunakannya. Dengan kondisi jenis pekerjaan di yang mayoritas pada sektor informal, pemberian jaringan listrik yang mumpuni membantu mereka untuk bisa beraktivitas di joglo malam hari. Tabel 10. Rekapitulasi Analisis untuk Jaringan Listrik Pemberian jaringan listrik pada joglo sebagai ruang publik memiliki pengaruh pada. F. Lembaga Untuk faktor kelembagaan yang dimaksudkan adalah adanya pengaruh yang diberikan oleh lembaga pengelolaan terhadap Ketadan. Berdasar hasil wawancara, didapati bahwa menyebutkan adanya pengaruh lembaga pengelola untuk wisata, sehingga perlu dibentuknya lembaga khusus untuk mengelola sebagai wisata. Sedangkan menurut, ada tidaknya lembaga tidak. Hal ini dikan kondisi yang masih dalam tahap perintisan, sehingga mengganggap belum perlu untuk membentuk lembaga pengelola. Perbedaan tersebut dikan adanya fakta bahwa menginginkan wisata di dapat menjadi seperti Maspatih yang memiliki pengelolaan mandiri oleh warganya. Sedangkan masih menganggap bahwa nya bukan sebagai wisata, melainkan sebagai budaya saja. Dapat disimpulkan bahwa faktor kelembagaan adalah berpengaruh pada kedepannya dalam pengembangan wisata yang dapat dilihat pada Tabel 11.
C220 Tabel 11. Rekapitulasi Analisis untuk Lembaga Pengelola Lembaga pengelola akan jika dibentuk. G. Lembaga pengelola tidak. yang dimaksudkan adalah peran dalam menjadikan sebagai wisata yang dilihat dari bentuk pelayanan serta apresiasi yang diberikan di. sebagai subjek yang menetapkan sebagai wisata telah membuat ikut ber dalam menciptakan wisata, yaitu dengan pada kegiatan pemberian tanaman, pembaharuan fisik baik jaringan jalan, jaringan drainase, maupun kegiatan pengecatan mural di. pun mulai berkembang dengan adanya kegiatan-kegiatan eventual yang diselenggarakan, sehingga pelayanan terindikasi berpengaruh terhadap yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rekapitulasi Analisis untuk Pelayanan memberikan arahan kepada dalam hal kebersihan, perwujudan atraksi di, serta memberikan berbaikan untuk joglo dan kondisi fisik Adanya pelayanan sebagai penggerah serta memiliki kekuatan koordinasi yang menyeluruh Adanya pelayanan sebagai penggerah serta memiliki kekuatan koordinasi yang menyeluruh memperkenalk an kepada delegasi saat Prepcom 3 digelar di menyediakan pelatihan untuk menjadi wisata memberikan bantuan berupa tanaman-tana man, pengecatan mural, penertiban secara menyeluruh dari kelurahan/ kecamatan Selain pelayanan, menganggap bahwa adanya perhatian dan kepercayaan kepada dianggap sebagai sebuah apresiasi yang dari yang dapat dilihat pada Tabel 13. Adanya anggapan tersebut pun membuat mulai berkembang. Salah satu contonya diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam setiap kegiatan Mlaku-mlaku Nang Tunjungan, yang menjadi agenda rutin, berupa stan berjualan yang dimanfaatkan untuk menjual hasil UKM yang di ada di. Tabel 13. Rekapitulasi Analisis untuk Apresiasi memberikan bantuan berupa stand jualan kepada untuk event di Jalan Tunjungan Adanya apresiasi dari berupa perhatiannya kepada H. baru Perhatian dan kepercayaan yang dianggap sebagai apresiasi menyebakan banyak orang mengenal, Bentuk perhatian kepada dianggap sebagai apresiasi dari merealisasikan harapan menginginkan apresiasi dari untuk membangun wisata Dari hasil wawancara baik dengan maupun, ditemukan faktor baru yang. temuan ini dianggap sebagai faktor lokal dari yang nya menjadikan sebagai wisata. yang dimaksud adalah faktor pendapatan, faktor penggerak, faktor karakter, dan faktor moral. 1) Pendapatan Tabel 14. Rekapitulasi Analisis untuk Pendapatan menyebutkan ada tidaknya pendapat, seperti di Maspatih. pendapatan merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi yang dapat dilihat pada Tabel 14. ini dinyatakan oleh yang diikuti dengan keinginan adanya pendapatan yang akan diperoleh dari nya mewujudkan menjadi wisata. Dari hasil analisis serta melihat adanya kesamaan karakter dari variabel pendapatan dengan sub-faktor pekerjaan, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor ekonomi sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata.
C221 2) Penggerak penggerak merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, faktor ini dinyatakan oleh dan bahwa pengembangan memerlukan adanya sosok penggerak yang datang dari yang dapat dilihat pada Tabel 15. menganggap bahwa adanya penggerak yang muncul dari akan memilki peranan penting dalam peningkatan sebagai wisata. juga menyatakan bahwa tidak adanya penggerak yang muncul dari membuat kurang berani untuk menunjukkan nya ke luar. Melihat hal tersebut serta adanya kesamaan karakter dari variabel penggerak dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 15. Rekapitulasi Analisis untuk Penggerak menyatakan bahwa penggerak di suatu penting adanya Tidak adanya penggerak di dibandingkan dengan Maspatih Tidak adanya penggerak yang dapat membawa ke luar 3) Karakter karakter merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, responden dari menganggap bahwa adanya karakter yang cepat bosan terhadap sesuatu yang bersifat rutin serta kurangnya rasa percaya diri adalah kendala yang harus dihadapi, yang dapat dilihat pada Tabel 16. Disisi lain, karakter yang tidak memerlukan apresiasi pada setiap dapat menjadi potensi dalam mewujudkan nya sebagai wisata. Melihat hal tersebut serta adanya kesamaan karakter dari variabel karakter dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 16. Rekapitulasi Analisis untuk Karakter Adanya karakter di yang cepat bosan dengan kegiatan yang bersifat rutin Adanya rasa kurang percaya diri di untuk bisa tampil menjadi wisata Untuk melakukan kegiatan kerja bakti yang diadakan pengurus, warga tidak memerlukan apresiasi 4) Moral Tabel 17. Rekapitulasi Analisis untuk Moral Adanya pemahamn di untuk maju memiliki tanggung jawab moral untuk memajukan Tabel 18. yang Memengaruhi sebagai Wisata Variabel Indikator Keterangan Berpengaruh Budaya Ekonomi Prasarana Kelembaga an Pemerin tah Indikator Struktur Harapan Penggerak Karakter Moral Budaya Lokal Pendapatan dan beratraksi Jaringan listrik Lembaga pengelola Pelayanan Apresiasi Variabel Tidak Berpengaruh Pendidikan Kondisi eksisting oleh struktur sosial dari tiap dan harapan atau keinginan untuk nya menjadi wisata membutuhkan sosok penggerak untuk menciptakan yang lebih lanjut Terdapat karakter lokal yang memiliki pengaruh kepada yang diberikan Terdapat nilai moral yang memiliki pengaruh kepada yang lebih lanjut Kondisi eksisting oleh budaya lokal yang masih dijaga oleh Kondisi eksisting oleh jenis pekerjaan yang ada di yang juga menyebabkan kegiatan terbatas pada waktu diluar waktu kerja (formal) membutuhkan pendapatan pada kegiatan yang diberikan Kondisi eksisting oleh ketersediaan sarana dan beratraksi berupa joglo Kondisi eksisting oleh adanya jaringan listrik yang disediakan di joglo membutuhkan lembaga pengelola wisata, untuk menciptakan yang lebih lanjut Kondisi eksisting oleh peran dalam memberikan layanan bantuan pembangunan fisik serta adanya bentuk apresiasi yang telah diberikan Keterangan tidak oleh latar belakang pendidikan dikan beranggapan bahwa untuk ber tidak memerlukan kondisi latar belakang pendidikan moral merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, faktor ini
C222 dinyatakan oleh dan bahwa setelah adanya pembangunan joglo, memiliki tanggung jawab untuk memajukan dengan cara menghidupkan dan menyelenggarakan kegiatan di joglo, yang dapat dilihat pada Tabel 17. Melihat hasil analisis diatas serta adanya kesamaan karakter dari variabel moral dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 8 merupakan hasil analisis faktor yang sebagai wisata. IV. KESIMPULAN sebagai wisata di tahap perintisan memiliki kondisi tingkat eksisting yang oleh faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor sarana, faktor prasarana, faktor kelembagaan serta faktor. Hasil analisis menyebutkan adanya identifikasi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan untuk pengembangannya sebagai wisata. Ditemukannya faktor baru sebagai faktor lokal pengaruh menandakan masih adanya kendala dari segi karakter, tidak adanya penggerak serta belum sadarnya bahwa terdapat potensi sumber pendapatan pada kegiatan wisata yang berlangsung di Kapung. DAFTAR PUSTAKA [1] S. Widiastuti and N. Yuliastuti, Lingkungan Berkelanjutan dan Potensi di Kanalsari, Semarang Indonesia, Maj. Tek. FT Univ. Diponegoro, vol. 33, no. 2, pp. 46 111, 2012. [2] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. [3] Bappeko, Draft Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota,, 2017. [4] Bappeko, Rencana Detail Tata Ruang kota Unit Pengembangan Tunjungan Tahun 2011-2031,, 2011. [5] A. Fahrudin, Pemberdayaan dan Penguatan. Bandung: Humaniora, 2011. [6] Soetomo, Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.