Identifikasi Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat Kampung Ketandan sebagai Kampung Wisata di Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BEDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB IV PENUTUP. 1. Implementasi Pengembangan Desa Budaya Di Kulon Progo. kebudayaan yang ada di Yogyakarta termasuk desa-desa budaya yang ada di

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Transkripsi:

C216 Identifikasi yang Memengaruhi sebagai Wisata di Maghfirah B. Muwifanindhita dan Hertiari Idajati Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur Desain dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: hertiari_idajati@urplan.its.ac.id Abstrak sebagai salah satu wisata di yang berada di tahap perintisan disiapkan untuk bisa menjadi destiasi wisata yang berdampingan dengan pengembangan kawasan heritage koridor Tunjungan. Namun dalam mewujudkan wisata masih terbilang kurang. yang masih kurang tersebut oleh faktor-faktor yang perlu diketahui sehingga, pengembangan wisata dapat berjalan secara berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang yang diberikan dengan melakukan in-depth-interview pada stakeholder terpilih. Kemudian dilakukan konten analisis pada transkrip hasil wawancara untuk menggali faktor yang dalam penciptaan wisata di. Hasil dari penelitian ini mengindikasi bahwa dari sepuluh sub-faktor yang diujikan, hanya sub-faktor pendidikan yang tidak berpengaruh terhadap kondisi, serta ditemukan faktor baru sebagai faktor lokal yang dalam mewujudkan wisata yaitu faktor pendapatan, faktor penggerak, faktor karakter, dan faktor moral. Kata Kunci, wisata, faktor K I. PENDAHULUAN AMPUNG sebagai ciri khas dari Indonesia, ditandai dengan ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat [1]. Ikatan kekeluargaan tersebut merupakan kesatuan manusia yang dalam aplikasinya mencirikan interaksi antar warganya. Interaksi yang hadir pada sebuah juga bergantung dari adat istiadat yang ada, norma-norma hukum yang disepakati, dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah lakunya [2]. Di kawasan perkotaan, yang masih mempertahankan kearifan lokalnya dapat dikatakan unggul pada aspek sosial-budaya. Nilai-nilai budaya yang terwujud dalam keseharian membuat daya tarik tersendiri bagi di tengah suasana hiruk-pikuk perkembangan kota. Dengan masih dijaganya nilai-nilai budaya serta kearifan lokal, kota berpotensi menjadi daya tarik wisata. Destinasi wisata berupa kota merupakan salah satu daya tarik wisata di, dengan ditetapkannya lima kota baru pada tahap perintisan. wisata yang masuk dalam tahap perintisan antara lain, Nelayan Kenjeran, Dolly, Semanggi di Sememi serta pengembangan tematik baru [3]. Dari lima yang sedang dikembangkan, memiliki keunikan dan potensi yang tidak dimiliki lainnya. Lokasi yang terletak di kawasan emas dengan tingginya nilai ekonomi dan letaknya yang strategis menjadi keunikkan tersendiri. Adanya alokasi ruang disepanjang koridor Tunjungan sebagai kawasan wisata budaya kota pun membuktikan potensi sebagai kota berwawasan budaya [4]. Sebagai upaya pelestarian sejarah dan budaya yang ada, kota perlu sebuah bentuk. Konsep pengembangan kota menjadi daya tarik wisata juga dapat mengajak sekitar dalam melestarikan sosial-budaya yang dijadikan sebagai produk unggulan wisata budaya, sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi [5]. Proses perubahan dalam upaya meningkatkan kapasitas, bergantung pada beberapa aspek, yaitu sosiologis, politik, ekonomi, psikologis, dan kultural. Aspek-aspek tersebut mengikuti proses yang diawali dari mengelola masalah sosial yang ada, memanfaatkan sumber daya dan peluang, sampai memenuhi kebutuhan untuk mendapat kondisi yang lebih sejahtera. Dari tiga kondisi tersebut, tidak terlepas dari pada pengaruh masing-masing individu, seperti psikologis, adanya informasi, ketrampilan, teknologi, stratifikasi sosial, budaya, sampai kelembagaan yang mendukung serta pelayanan [6]. Melihat kondisi fisik yang berubah dapat menjadi alasan bahwa terdapat pastisipasi dari sebagai wisata. Namun, partispasi yang sudah ada akan terancam tidak berkelanjutan. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap dalam upaya peningkatan serta menjaga eksistensi kota sebagai wisata di.

C217 II. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitif dengan metode deskriptif eksploratif untuk mengidentifikasi faktor yang sebagai wisata. Tabel 1 Kelompok Stakeholders Penelitian Stakeholders Posisi Stakeholders Alasan Pemilihan P1 Dinas Pelaksana teknis kegiatan Pariwisata dan peningkatan Budaya Kota Penyedia layanan pembelajaran sebagai destinasi wisata bagi Salah satu pelaku promosi wisata P2 Badan Perumusan kebijakan Perencanaan perencanaan kota untuk Pembangunan Kota sebagai wisata Pengkoordinasian perencanaan sebagai wisata P3 Ketua RW Pelaku dalam P4 Ketua Karang peningkatan Taruna sebagai Wisata Stakeholders Tabel 2. Kriteria Pemilihan tiap Stakeholders Posisi Kriteria Pemilihan Stakeholders Dinas Pariwisata Pria/Wanita dan Budaya Kota Lama kerja di instansi terkait > 3 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ketua RW Pria/Wanita Ketua Karang Taruna A. Teknik Pengumpulan Data Pria/Wanita Lama kerja di instansi terkait > 3 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Lama tinggal di > 20 tahun Usia minimal 25 tahun Ikut ber dalam kegiatan pengembangan Data-data penelitian ini didapat dengan melakukan wawancara kepada stakeholder terpilih melalui perpaduan teknik sampling stakeholder analysis dan purposive sampling secara in-depth-interview. Wawancara dilakukan pada stakeholder baik dari maupun yang terlibat dalam pengembangan, sehingga proses dalam menggali faktor yang berpengaruh dapat sesuai. Analisis stakeholders untuk diawali dengan melihat tugas pokok dan fungsi dinas terkait, sedangkan untuk stakeholders dari dipilih dengan melihat keterlibatannya dalam pengembangan sejak ditetapkan sebagai wisata. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap kepentingan dan pengaruh dari kedua jenis stakeholder yang dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, diberikan kriteria pemilihan responden untuk tiap kelompok stakeholders dengan teknik sampling purposive sampling. Dengan dipilihnya teknik sampling purposive sampling didasarkan pada peluang keterlibatan stakeholder serta diharapkan dapat memberikan sampel penelitian yang representatif dalam penelitian ini, guna mendapatkan responden sesuai tujuan yang diharapkan seperti pada Tabel 2. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Indikator dan Variabel Penelitian Indikator Variabel Harapan Pendidikan Struktur Budaya Budaya lokal Ekonomi dan beratraksi Prasarana Jaringan listrik Kelembagaan Lembaga pengelola Kebijakan Pelayanan Pemerintan Apresiasi C. Teknik Analisis Data Data pada penilitian ini diolah dengan teknik konten analisis. Teknik konten analisis dipilih untuk menyusun kesimpulan dengan melihat hasil wawancara yang berisi pendapat responden terkait faktor yang dalam mewujudkan wisata. Proses diawali dengan pembuatan transkrip untuk tiap responden, yang dilanjutkan dengan pemberian coding dan pewarnaan pada setiap variabel untuk memudahkan analisis. Selanjutnya dilakukan tabulasi hasil coding tiap variabel untuk selanjutnya diintepretasi serta dijabarkan secara statistik deskriptif. III. HASIL DAN DISKUSI dalam penciptaannnya sebagai wisata oleh beberapa faktor. tersebut diidentifikasi dengan melihat hasil wawancara baik dari dan tokoh. yang diidentifikasi merupakan faktor yang menyebabkan kondisi saat ini. Berikut diberikan penjabaran hasil analisis faktor yang sebagai wisata. A. sosial ini memiliki tiga sub-faktor yang berperan sebagai variabel, yaitu struktur sosial, harapan

C218 yang ada di, dan latar belakang pendidikan. Tabel 4. Rekapitulasi Analisis untuk Struktur strukturnya strukturnya sebagai kartar sebagai kartar strukturnya sebagai kartar dari kinerja pengurus strukturnya bukan sebagai pengurus ber memiliki harapan untuk mengembangkan nya dari kinerja dari kartar strukturnya di sebagai kartar dan PKK dari kinerja pengurus strukturnya di sebagai kartar dan PKK strukturnya di sebagai kartar Tabel 5. Rekapitulasi Analisis untuk Harapan ber memiliki harapan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada tanpa harus mengkomersilkan nya memiliki harapan untuk tidak mengkomersilkan memiliki harapan untuk nya tidak berkembang, sehingga memperngaruhi nya ber memiliki harapan untuk nya memiliki UKM sendiri 1) Struktur sosial Struktur sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai peran sebagai wisata yang berada di tengah kota. Berdasarkan hasil konten analisis, diketahui bahwa baik ataupun memberikan pernyataan yang mengindikasi bahwa struktur sosial dapat dikatakan berpengaruh terhadap kondisi yang dapat dilihat pada Tabel 4. akan ber jika memiliki peran sebagai pengurus, anggota PKK ataupun sebagai karang taruna. juga dari bagaimana kinerja dari pengurus ataupun karang taruna. Dapat dikatakan bahwa semakin baik kinerja pengurus, akan memiliki keinginan berpartipasi yang semakin tinggi. 2) Harapan Harapan yang dimaksudkan adalah keinginan atau harapan untuk menjadikan sebagai wisata. Berdasarkan hasil analisis konten, faktor harapan dapat dikatakan berpengaruh terhadap dikan adanya penyataan baik dari atau yang mengindikasikan pengaruhnya. Dengan memiliki harapan untuk nya berubah menjadi lebih baik, dalam hal ini menjadi wisata, terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksankan baik oleh maupun pemuda karang taruna. ini memiliki pengaruh juga kepada yang tidak menginginkan nya menjadi wisata, sehingga tidak adanya yang diberikan. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis keberpengaruhan harapan pada Tabel 5. 3) Pendidikan Pendidikan yang dimaksudkan adalah latar belakang pendidikan dari. Berdasarkan hasil konten analisis, meski tiga dari empat responden tidak memberikan pernyataan mengenai latar belakang pendidikan, didapati responden dari menyatakan bahwa latar belakang pendidikan tidak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Analisis untuk Pendidikan tidak dari latar belakang pendidikan B. Budaya Tabel 7. Rekapitulasi Analisis untuk Budaya Lokal dari kegiatan seni-budaya yang ada dari kegiatan keagamaan yang ada dari nilai-nilai budaya yang ada dari kegiatan keagamaan yang ada dari nilai-nilai budaya yang ada, seperti gotong royong, bersama, bermain bersama dan lainnya dari nilai-nilai budaya yang ada, seperti gotong royong, bersama, bermain bersama dan lainnya budaya dalam penilitian merupakan nilai-nilai yang ada di, seperti gotong royong, saling bertegur sapa, bersama, dan kegiatan lainnya yang masih dipertahankan yang diwujudkan pada cara hidup nya. Dengan masih dijaganya budaya tersebut, faktor ini diujikan untuk melihat pengaruh adanya budaya di terhadap kondisi. Berdasarkan analisis hasil wawancara, didapati faktor budaya keterlibatan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Hal tersebut dibuktikan dengan budaya lokal keterlibatan untuk

C219 mengikuti kegiatan-kegiatan, baik mewujudkan atraksi budaya maupun untuk menjaga kebersihan lingkungan. C. Ekonomi Ekonomi yang dimaksudkan adalah melihat pada jenis pekerjaan. ini diujikan untuk melihat pengaruh jenis perkerjaan, baik formal atau informal terhadap sebagai wisata. Berdasarkan hasil analisis, meskipun terdapat perbedaan anggapan dari dan, dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 8. Adanya perbedaan anggapan tersebut disebabkan oleh yang menganggap jika jenis pekerjaan formal dengan jam kerja teratur membuat akan memprioritaskan pekerjaannya. Sedangkan dari sudut pandang tokoh, jenis pekerjaan tidak terindikasi berpengaruh kepada kegiatan yang diadakan untuk melibatkan diadakan diluar dari jam efektif kerja, sehingga seakan-akan jenis pekerjaan tidak mereka. Tabel 8. Rekapitulasi Analisis untuk yang sudah memiliki UKM diarahkan untuk menjadi pelopor bagi tidak warga lainnya nya memiliki dinamika yang tinggi berkenaan dengan jenis pekerjaannya oleh jam kerja dari Adanya sarana untuk dan beratraksi tidak waktu untuk ber tidak nya Tabel 9. Rekapitulasi Analisis untuk Berkumpul dan Beratraksi dan dan beratraksi di beratraksi di berupa joglo berupa joglo dengan menggunakannya sebagai pusat dengan kegiatan menggunakann ya sebagai pusat kegiatan dan beratraksi di berupa joglo digunakan sebagai pusat kegiatan Adanya ruang publik joglo digunakan sebagai ruang bagi D. yang dimaksudkan adalah sarana untuk dan beratraksi bagi. Berdasarkan konten analisis yang dilakukan, didapati bahwa dari empat responden, tiga diantaranya menyebutkan adanya indikasi pengaruh sarana untuk warga yang dalam hal ini berupa joglo terhadap sebagai wisata, yang dapat dilihat pada Tabel 9. Joglo yang digunakan sebagai pusat kegiatan warga memberikan kemudahan warga untuk menerapkan nila-nilai budaya lokal serta menjadi salah satu daya tarik pula bagi wisatawan yang datang. E. Prasarana Berdasarkan hasil analisis, faktor prasarana merupakan faktor yang berpengaruh untuk ber di nya, yang dapat dilihat pada Tabel 10. Adanya perbaikan sarana berupa joglo, serta pemberian jaringan listrik yang mumpuni, membuat lebih sering dan dapat menggunakannya. Dengan kondisi jenis pekerjaan di yang mayoritas pada sektor informal, pemberian jaringan listrik yang mumpuni membantu mereka untuk bisa beraktivitas di joglo malam hari. Tabel 10. Rekapitulasi Analisis untuk Jaringan Listrik Pemberian jaringan listrik pada joglo sebagai ruang publik memiliki pengaruh pada. F. Lembaga Untuk faktor kelembagaan yang dimaksudkan adalah adanya pengaruh yang diberikan oleh lembaga pengelolaan terhadap Ketadan. Berdasar hasil wawancara, didapati bahwa menyebutkan adanya pengaruh lembaga pengelola untuk wisata, sehingga perlu dibentuknya lembaga khusus untuk mengelola sebagai wisata. Sedangkan menurut, ada tidaknya lembaga tidak. Hal ini dikan kondisi yang masih dalam tahap perintisan, sehingga mengganggap belum perlu untuk membentuk lembaga pengelola. Perbedaan tersebut dikan adanya fakta bahwa menginginkan wisata di dapat menjadi seperti Maspatih yang memiliki pengelolaan mandiri oleh warganya. Sedangkan masih menganggap bahwa nya bukan sebagai wisata, melainkan sebagai budaya saja. Dapat disimpulkan bahwa faktor kelembagaan adalah berpengaruh pada kedepannya dalam pengembangan wisata yang dapat dilihat pada Tabel 11.

C220 Tabel 11. Rekapitulasi Analisis untuk Lembaga Pengelola Lembaga pengelola akan jika dibentuk. G. Lembaga pengelola tidak. yang dimaksudkan adalah peran dalam menjadikan sebagai wisata yang dilihat dari bentuk pelayanan serta apresiasi yang diberikan di. sebagai subjek yang menetapkan sebagai wisata telah membuat ikut ber dalam menciptakan wisata, yaitu dengan pada kegiatan pemberian tanaman, pembaharuan fisik baik jaringan jalan, jaringan drainase, maupun kegiatan pengecatan mural di. pun mulai berkembang dengan adanya kegiatan-kegiatan eventual yang diselenggarakan, sehingga pelayanan terindikasi berpengaruh terhadap yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rekapitulasi Analisis untuk Pelayanan memberikan arahan kepada dalam hal kebersihan, perwujudan atraksi di, serta memberikan berbaikan untuk joglo dan kondisi fisik Adanya pelayanan sebagai penggerah serta memiliki kekuatan koordinasi yang menyeluruh Adanya pelayanan sebagai penggerah serta memiliki kekuatan koordinasi yang menyeluruh memperkenalk an kepada delegasi saat Prepcom 3 digelar di menyediakan pelatihan untuk menjadi wisata memberikan bantuan berupa tanaman-tana man, pengecatan mural, penertiban secara menyeluruh dari kelurahan/ kecamatan Selain pelayanan, menganggap bahwa adanya perhatian dan kepercayaan kepada dianggap sebagai sebuah apresiasi yang dari yang dapat dilihat pada Tabel 13. Adanya anggapan tersebut pun membuat mulai berkembang. Salah satu contonya diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam setiap kegiatan Mlaku-mlaku Nang Tunjungan, yang menjadi agenda rutin, berupa stan berjualan yang dimanfaatkan untuk menjual hasil UKM yang di ada di. Tabel 13. Rekapitulasi Analisis untuk Apresiasi memberikan bantuan berupa stand jualan kepada untuk event di Jalan Tunjungan Adanya apresiasi dari berupa perhatiannya kepada H. baru Perhatian dan kepercayaan yang dianggap sebagai apresiasi menyebakan banyak orang mengenal, Bentuk perhatian kepada dianggap sebagai apresiasi dari merealisasikan harapan menginginkan apresiasi dari untuk membangun wisata Dari hasil wawancara baik dengan maupun, ditemukan faktor baru yang. temuan ini dianggap sebagai faktor lokal dari yang nya menjadikan sebagai wisata. yang dimaksud adalah faktor pendapatan, faktor penggerak, faktor karakter, dan faktor moral. 1) Pendapatan Tabel 14. Rekapitulasi Analisis untuk Pendapatan menyebutkan ada tidaknya pendapat, seperti di Maspatih. pendapatan merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi yang dapat dilihat pada Tabel 14. ini dinyatakan oleh yang diikuti dengan keinginan adanya pendapatan yang akan diperoleh dari nya mewujudkan menjadi wisata. Dari hasil analisis serta melihat adanya kesamaan karakter dari variabel pendapatan dengan sub-faktor pekerjaan, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor ekonomi sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata.

C221 2) Penggerak penggerak merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, faktor ini dinyatakan oleh dan bahwa pengembangan memerlukan adanya sosok penggerak yang datang dari yang dapat dilihat pada Tabel 15. menganggap bahwa adanya penggerak yang muncul dari akan memilki peranan penting dalam peningkatan sebagai wisata. juga menyatakan bahwa tidak adanya penggerak yang muncul dari membuat kurang berani untuk menunjukkan nya ke luar. Melihat hal tersebut serta adanya kesamaan karakter dari variabel penggerak dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 15. Rekapitulasi Analisis untuk Penggerak menyatakan bahwa penggerak di suatu penting adanya Tidak adanya penggerak di dibandingkan dengan Maspatih Tidak adanya penggerak yang dapat membawa ke luar 3) Karakter karakter merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, responden dari menganggap bahwa adanya karakter yang cepat bosan terhadap sesuatu yang bersifat rutin serta kurangnya rasa percaya diri adalah kendala yang harus dihadapi, yang dapat dilihat pada Tabel 16. Disisi lain, karakter yang tidak memerlukan apresiasi pada setiap dapat menjadi potensi dalam mewujudkan nya sebagai wisata. Melihat hal tersebut serta adanya kesamaan karakter dari variabel karakter dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 16. Rekapitulasi Analisis untuk Karakter Adanya karakter di yang cepat bosan dengan kegiatan yang bersifat rutin Adanya rasa kurang percaya diri di untuk bisa tampil menjadi wisata Untuk melakukan kegiatan kerja bakti yang diadakan pengurus, warga tidak memerlukan apresiasi 4) Moral Tabel 17. Rekapitulasi Analisis untuk Moral Adanya pemahamn di untuk maju memiliki tanggung jawab moral untuk memajukan Tabel 18. yang Memengaruhi sebagai Wisata Variabel Indikator Keterangan Berpengaruh Budaya Ekonomi Prasarana Kelembaga an Pemerin tah Indikator Struktur Harapan Penggerak Karakter Moral Budaya Lokal Pendapatan dan beratraksi Jaringan listrik Lembaga pengelola Pelayanan Apresiasi Variabel Tidak Berpengaruh Pendidikan Kondisi eksisting oleh struktur sosial dari tiap dan harapan atau keinginan untuk nya menjadi wisata membutuhkan sosok penggerak untuk menciptakan yang lebih lanjut Terdapat karakter lokal yang memiliki pengaruh kepada yang diberikan Terdapat nilai moral yang memiliki pengaruh kepada yang lebih lanjut Kondisi eksisting oleh budaya lokal yang masih dijaga oleh Kondisi eksisting oleh jenis pekerjaan yang ada di yang juga menyebabkan kegiatan terbatas pada waktu diluar waktu kerja (formal) membutuhkan pendapatan pada kegiatan yang diberikan Kondisi eksisting oleh ketersediaan sarana dan beratraksi berupa joglo Kondisi eksisting oleh adanya jaringan listrik yang disediakan di joglo membutuhkan lembaga pengelola wisata, untuk menciptakan yang lebih lanjut Kondisi eksisting oleh peran dalam memberikan layanan bantuan pembangunan fisik serta adanya bentuk apresiasi yang telah diberikan Keterangan tidak oleh latar belakang pendidikan dikan beranggapan bahwa untuk ber tidak memerlukan kondisi latar belakang pendidikan moral merupakan faktor temuan dari hasil konten analisis sebagai faktor yang kondisi. Dari hasil analisis, faktor ini

C222 dinyatakan oleh dan bahwa setelah adanya pembangunan joglo, memiliki tanggung jawab untuk memajukan dengan cara menghidupkan dan menyelenggarakan kegiatan di joglo, yang dapat dilihat pada Tabel 17. Melihat hasil analisis diatas serta adanya kesamaan karakter dari variabel moral dengan sub-faktor pada faktor sosial, maka variabel ini dapat dikategorikan dalam faktor sosial sebagai sub-faktor yang dalam mewujudkan wisata. Tabel 8 merupakan hasil analisis faktor yang sebagai wisata. IV. KESIMPULAN sebagai wisata di tahap perintisan memiliki kondisi tingkat eksisting yang oleh faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor sarana, faktor prasarana, faktor kelembagaan serta faktor. Hasil analisis menyebutkan adanya identifikasi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan untuk pengembangannya sebagai wisata. Ditemukannya faktor baru sebagai faktor lokal pengaruh menandakan masih adanya kendala dari segi karakter, tidak adanya penggerak serta belum sadarnya bahwa terdapat potensi sumber pendapatan pada kegiatan wisata yang berlangsung di Kapung. DAFTAR PUSTAKA [1] S. Widiastuti and N. Yuliastuti, Lingkungan Berkelanjutan dan Potensi di Kanalsari, Semarang Indonesia, Maj. Tek. FT Univ. Diponegoro, vol. 33, no. 2, pp. 46 111, 2012. [2] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. [3] Bappeko, Draft Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota,, 2017. [4] Bappeko, Rencana Detail Tata Ruang kota Unit Pengembangan Tunjungan Tahun 2011-2031,, 2011. [5] A. Fahrudin, Pemberdayaan dan Penguatan. Bandung: Humaniora, 2011. [6] Soetomo, Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.