WALIKOTA BANDAR LAMPUN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 44 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan Pasal 5 Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Brang/Jasa, perlu pengaturan tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung; b. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang PenetapanUndang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1956Nomor 55), Undang- Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56) dan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3213); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tentang Perubahan Nama Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung Menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3254); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2018 tentang Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota; 13. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa; 14. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung 7 Tahun 2012; 15. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung; 16. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 34 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung 34 Tahun 2018; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung. 2. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah in stansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD). 3. Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa adalah Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekretariat Kota Bandar Lampung. 4. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah layanan pengelolaan teknolog iinformasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
5. Sistim Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPSE adalah sistim teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. 6. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat Pemegang kewenangan penggunaan anggaran OPD. 7. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada OPD yang bersangkutan. 8. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja daerah. 9. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh Kepala Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa untuk mengelola pemilihan Penyedia. 10. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/ pejabat fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing. 11. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat administrasi/ pejabat fungsional /personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa. 12. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah Tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa. 13. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diselanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/ Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/ jasa oleh Organiasi Perangkat Daerah dan atau Ilnstitusi Lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. 14. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Kepala Sub Bagian Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa diberi yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. 15. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 16. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. 17. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. BAB II PEMBENTUKAN, TUGAS DAN FUNGSI LPSE Pasal 2 Pemerintah Daerah membentuk LPSE untuk memfasilitasi Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik Pasal 3 (1) LPSE memiliki tugas : a. memfasilitasi PA/KPA mengumumkan rencana umum pengadaan; b. memfasilitasi Pokja Pemilihan menayangkan pengumuman pelaksanaan pengadaan; c. memfasilitasi Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik; d. memfasilitasi Pelaku Usaha dan pihak yang berkepentingan menjadi Pengguna SPSE; e. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan LPSE. (2) LPSE dapat melayani kebutuhan BUMN dan/atau BUMD/organisasi non-pemerintah melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronlk (3) LPSE tidak melaksanakan dan tidak bertanggung jawab terhadap proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilaksanakan meliputi pembuatan paket pengadaan barang/jasa pemerintah, penentuan metode dan persyaratan pengadaan, penyusunan jadwal pengadaan dan perubahannya, isi dokumen pengadaan beserta adendumnya, isi pengumuman, Isian data kualifikasi dari penyedia barang/jasa, berita acara pemberian penjelasan, isi dokumen penawaran, hasil evaluasi, berlta acara basil pemilihan/
seleksi/pengadaan langsung, penetapan pemenang dan pengumuman, serta isi sanggahan dan jawaban. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), LPSE menyelenggarakan fungsi meliputi: a. penyusunan program kegiatan, ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan b. pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa beserta seluruh infrastrukturnya; c. mengembangkan sistem informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan; d. melaksanakan pelayanan informasi pengadaan barang/jasa pemerintah kepada masyarakat luas; e. mengelola informasi kontrak; f. mengumpulkan dan mendokumentasikan data barang/jasa hasil pengadaan; g. mengelola informasi manajemen barang/jasa hasil pengadaan; h. pelaksanaan registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE; i. pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian SPSE. BAB III SEKRETARIAT LPSE Bagian Kesatu Tempat Kesekretariatan Pasal 5 (1) LPSE berada pada Sekretariat Daerah yang bersifat struktural dengan sekretariat di Sub Bagian Pengelolaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik. (2) Untuk menghindari pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka Sub Bagian Pengelolaan LPSE tidak melaksanakan fungsi Pemilihan Barang/Jasa. Bagian Kedua Perangkat Kesekretariatan Pasal 6 (1) Kesekretariatan LPSE meliputi: a. Penanggung jawab adalah Kepala Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah.`
b. Ketua adalah Kepala Sub Bagian Pengelolaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik pada Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa. c. Bidang Pelatihan dan Sosialisasi serta Layanan Pengguna adalah unsur staf pada Sub Bagian Pembinaan SDM dan Advokasi Pengadaan Barang/Jasa. d. Bidang Administrasi Sistem Informasi adalah unsur staf pada Sub Bagian Pengelolaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik e. Bidang Registrasi dan Verifikasi unsur staf pada Sub Bagian Pengelolaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik f. Anggota Teknis pendukung masing-masing bidang adalah Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Penetapan Kesekretariatan LPSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Ketiga Tugas Pokok dan Fungsi Kesekretariatan Pasal 6 (1) Tugas Pokok Kesekretariatan LPSE adalah melaksanakan koordinasi, ketatausahaan, pembinaan, pengendalian dan peningkatan Sumber Daya Manusia terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik. (2) Fungsi Kesekretariatan LPSE adalah : a. mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE); b. melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap sistem informasi pengadaan barang/ jasa beserta seluruh infrastrukturnya; c. menyediakan pelatihan kepada PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; d. menyediakan sarana akses Internet bagi PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; e. menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; f. melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha.
Bagian Ketiga Tugas Pokok Bidang Kesekretariatan Pasal 7 (1) Tugas Pokok Bidang Pelatihan dan Sosialisasi serta Layanan Pengguna LPSE meliputi: a. melaksanakan sosialisasi mengenai penggunaan sistem informasi pengadaan secara elektronik kepada PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; b. melaksanakan pelatihan mengenai penggunaan sistem informasi pengadaan secara elektronik kepada PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; c. memberikan layanan konsultasi dan pendampingan mengenai penggunaan sistem informasi pengadaan secara elektronik kepada PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; d. menerima keluhan tentang pelayanan LPSE; e. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan bidang pelatihan dan sosialisasi LPSE. (2) Tugas Pokok Bidang Administrasi Sistem Informasi LPSE meliputi : a. melakukan pemeliharaan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan; b. melaksanakan penanganan permasalahan teknis yang terjadi untuk menjamin kehandalan dan ketersediaan layanan; c. memberikan informasi kepada Ketua melalui Kepala Sekretariat LPSE tentang kendala teknis yang terjadi pada jaringan LPSE; d. melaksanakan instruksi teknis dari Ketua LPSE melalui; e. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan bidang administrasi dan sistem informasi LPSE. (3) Tugas Pokok Bidang Registrasi dan Verikasi serta Layanan Pengguna LPSE meliputi : a. melayani pendaftaran pengguna SPSE; b. menyampaikan informasi kepada calon pengguna SPSE tentang kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan: c. melakukan verifikasi terhadap seluruh dokumen dan informasi sebagai persyaratan pendaftaran pengguna SPSE; d. melaksanakan pengelolaan arsip dan dokumen pengguna SPSE;
e. memberikan informasi teknis tentang fasilitas dan fitur aplikasi SPSE kepada PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan, Pejabat pengadaan barang/jasa dan Pelaku Usaha; f. memiliki kewenangan penuh dan berhak untuk menyetujui atau menolak pendaftaran pengguna SPSE serta menonaktifkan user ID dan password pengguna SPSE apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan ketentuan penggunaan SPSE; g. melayani permintaan penonaktifan user ID dan password secara tertulis dari PA/KPA, PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan yang ditujukan kepada Ketua dan disetujui oleh penanggung jawab terhadap penyedia barang/ jasa yang dinyatakan blacklist sesuai dengan ketentuan dan aturan tentang tata cara blacklist; h. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan bidang registrasi dan verifikasi serta layanan pengguna LPSE. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 8 Semua biaya yang timbul dalam rangka pembentukan dan pengelolaan LPSE dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB V STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pasal 9 (1) LPSE menyusun dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur untuk menjamin keberlangsungan penyelenggaraan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik. (2) Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi; a. registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE; b. layanan Pengguna SPSE; c. penanganan masalah (error handling); d. pemeliharaan dan penanganan infrastruktur SPSE; e. perneliharaan kinerja dan kapasitas SPSE;
Bagian Kesatu Registrasi dan Verifikasi Pengguna SPSE Pasal 10 (1) Substansi Standar Operasional Prosedur registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a wajib rnemenuhi persyaratan dan tahapan sebagai berikut: a. Bagi Pelaku Usaha: 1. melakukan pendaftaran secara online melalui aplikasi SPSE; 2. mengisi dan menyerahkan Forrmulir Pendaftaran serta Forrnulir Keikutsertaan dengan dilampiri salinan dokumen penunjang dan menunjukkan dokumen asli yang terdiri dari: a) KTP Direktur/Pemilik perusahaan/ Pejabat yang berwenang di perusahaan; b) Akta pendirian perusahaan dan akta perubahan terakhir (bila ada); c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan Usaha/Penanggung Jawab Perusahaan bagi Perusahaan Perseorangan, atau Perorangan bagi Penyedia Barang/Jasa perorangan; d) Surat izin usaha sesuai bidang usaha masing-masing. b. Bagi Pengguna SPSE selain Pelaku Usaha, menunjukkan asli dan menyerahkan salinan Surat tugas dan/atau Surat keputusan dari instansi masing-masing. (2) Verifikasi kepada Pelaku Usaha adalah kegiatan pemeriksaan terhadap kebenaran pelaporan dokumen sebagaimana dipersyaratkan ayat (1) huruf a angka 2 dengan tujuan otentifikasi identitas Pelaku Usaha yang diasosiasikan dengan User ID dan Password sebagai representasi dari penanggung jawab suatu Badan Usaha/ Perusahaan Perseorangan atau Perorangan. (3) LPSE tidak melakukan pemeriksaan lapangan. (4) Proses verifikasi tidak meniadakan proses pengisian pengiriman data kualifikasi oleh Penyedia Barang/Jasa, dan klarifikasi data kualifikasi oleh ULP/Pejabat Pengadaan dalam proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. (5) Formuiir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2 dapat diperoleh pada aplikasi SPSE.
(6) Pengguna SPSE selain Pelaku Usaha yang dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah PA/KPA, Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan, PPK, Auditor, atau entitas lain yang ditetapkan dalam Syarat dan Ketentuan Penggunaan SPSE. Bagian Kedua Layanan Penggunaan LPSE Pasal 11 LPSE menyediakan : a. Ruang layanan pemasukan penawaran (bidding room), pelatihan, dan verifikasi. b. Akses Internet untuk Pengguna SPSE yang berkunjung ke lokasi LPSE c. Pelayanan konsultasi penggunaan SPSE melalui Internet, telpon dan kunjungan ke lokasi LPSE d. Pengumuman atau informasi kepada Pengguna SPSE jika sedang menghadapi permasalahan teknis yang dapat menghambat aktivitas Pengguna SPSE Bagian Ketiga Penanganan Masalah (Error Handling) Pasal 12 (1) LPSE menangani kendala teknis yang terjadi dalam penyelenggaraan SPSE. (2) LPSE menjadi saksi dalam hal dokumen penawaran tidak dapat dibuka Pengadaan dan menuangkannya dalam Berita acara kesaksian. (3) LPSE dapat meneruskan kendala teknis ke LKPP jika berkaitan dengan : a. permasalahan aplikasi SPSE yang tidak dapat diselesaikan oleh LPSE; b. permasalahan yang belum tercakup dalam aplikasi SPSE. Bagian Keempat Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur LPSE Pasal 13 (1) LPSE membuat mekanisme pengelolaan dan pengamanan server dan jaringan. (2) Pengelolaan server SPSE mengacu kepada standar pengelolaan data center. (3) Pengaturan ruang server SPSE antara lain memperhatikan ketentuan suhu ruangan, cadangan catu daya, dan keamanan fisik.
(4) Semua pengunjung yang akan memasuki ruang server harus mendapat izin dari ketua LPSE dengan persetujuan penanggungjawab LPSE. (5) Pengelolaan server SPSE memperhatikan aspek yang memudahkan untuk kegiatan pemeliharaan seperti pemantauan dokumentasi, dan penyimpanan data. Bagian Kelima Pemeliharaan Kinerja dan Kapasitas SPSE Pasal 14 (1) LPSE melakukan monitoring harian terhadap kondisi dan kapasitas hardisk dan RAM serta melakukan penggantian/penarnbahan jika komponen tersebut mengalami kondisi kritis. (2) LPSE membuat pengaturan bandwith Internet dan pemantauan trafic. (3) LPSE melakukan pemantauan terhadap koneksi Internet server SPSE dan segera mengambil langkah yang diperlukan jika terjadi gangguan koneksi. (4) LPSE memberikan pengumuman jika sedang melakukan proses pemeliharaan server SPSE dan/atau perangkat lain. (5) LPSE memantau kinerja piranti lunak, piranti keras dan jaringan, serta melakukan peningkatan/penggantian/penambahan jika diperlukan. (6) LPSE memberikan akses kepada LKPP untuk melakukan monitoring server SPSE. Bagian Keenam Pengarsipan Dokumen Elektronik (FiIe Backup) Pasal 15 (1) LPSE harus melakukan back up terhadap file sistem dan database SPSE. (2) Back up harus disimpan dalam media penyimpanan yang mudah dipindah (portable) dan diletakkan di suatu tempat yang aman terpisah dari ruang server. (3) Ketentuan pengarsipan dokumen elektronik rnengikuti ketentuan yang berlaku.
Pasal 16 Ketentuan mengenai hubungan, prosedur, mekanisme kerja masing-masing LPSE dan berhubungan dengan LPSE akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Walikota Bandar Lampung. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 9 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Berita Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Nomor 9) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 18 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bandar Lampung. Diundangkan di Bandar Lampung pada tanggal 5 November 2018 SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG, Cap/Dto Ditetapkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 November 2018 WALIKOTA BANDAR LAMPUNG, Cap/Dto HERMAN HN BADRI TAMAM BERITA DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018 NOMOR 44
LAMPIRAN : PERATURAN WALIKATA BANDAR LAMPUNG NORNOR : 44 Tahun 2018 TANGGAL : 2 November 2018 LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK I. PENDAHULUAN Pengadaan barang/jasa secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kemajuan teknologi informasi akan lebih mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/jasa, Karena penyedia barang/jasa dapat melihat secara ke website yang mengadakan pelelangan secara elektronik dan mendaftar secara online. Tujuan pelaksanaan kegiatan peieiangan secara elektronik (e- Procurement) adalah : 1. Meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah; 2. Meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka penyediaan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan; 3. Meningkatakan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan barang/ jasapemerintah. II. PRINSIP PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK Prinsip pemilihan penyedia jasa secara elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 yaitu : 1. Efektif berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. 2. Efisien berarti Pengadaan Barang/Jasa hams diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum. 3. Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya ` 4. Terbuka berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia BaranglJasa yang memenuhi persyaratan/kriteriatertentu berdasarkan ketentuan dan prasedur yang jelas. 5. Bersaing berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan hingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kampetitif dan tidak ada intervensi yang menganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
6. Adil/tidak diskriminatiff berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua colon penyedia barang/jasa yang tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentuf dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional dan/atau daerah. 7. Akuntabel berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan WALIKOTA BANDAR LAMPUNG Cap/Dto HERMAN HN.