informasi. Dalam perdagangan bebas ini terdapat persaingan yang tinggi,akan

dokumen-dokumen yang mirip
Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Tantangan Bisnis Masa Kini

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

PENDAHULUAN Latar Belakang

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan semakin banyak negara Asia Tenggara menjadikan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Untuk memulai hal tersebut akan dipaparkan contoh yang sangat sederhana.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi perdagangan bebas adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama akhir tahun ini,dengan pemahaman makna yang beragam namun apa yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran manusia, bahwa globalisasi itu ditandai dengan lajunya teknologi komunikasi dan informasi. Dalam perdagangan bebas ini terdapat persaingan yang tinggi,akan mengalami perubahan-perunahan cepat. Perdagangan bebas dapat dimaknai sebagai proses integrasi dunia disertai dengan ekspansi pasar (barang dan uang) yang di dalamnya mengandung banyak implikasi bagi kehidupan manusia. Bagi negara maju karena ketersediaan dukungan berbagi keunggulan, barangkali hipotesis itu dapat menjadi kenyataan. Bagi kebanyakan negara berkembang dengan berbagai macam kondisi keterbelakangan merasa khawatir bahwa integrasi dunia hanya akan menguntungkan pemilik modal (negaranegara maju) dan akan menimbulkan malapetaka bagi negara-negara berkembang. Laju pertumbuhan pembangunan pada sektor modern yang berlangsung dengan sangat cepat ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah perolehan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan adanya sentralisasi kegiatan ekonomi yang berpusat di perkotaan dan di sektor industri, maka kesempatan tenaga kerja mengalami pergeseran dengan sendirinya, bergerak meninggalkan sektor pertanian

dan memasuki kegiatan ekonomi yang baru yaitu sektor industri di perkotaan yang lebih menjanjikan. Kegagalan tenaga kerja untuk memasuki pasar kerja formal pada umumnya disebabkan oleh berbagai hal, seperti rendahnya tingkat kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, jenis keahlian dan ketrampilan yang mereka miliki tidak sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Persaingan yang cukup ketat di pasar kerja menyebabkan angkatan kerja semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Usaha untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondunsif menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung peningkatan produktivitas Indonesia yang dapat diklasifikasikan menjadi industri besar, sedang, kecil, dan juga industri rumah tangga. Industri kecil menjadi salah satu alternatif yang dianggap mampu mengurangi tingginya jumlah pengangguran, karena sektor formal yang menuntut ketrampilan, ternyata juga memberikan tempat yang kecil jika dibandingkan dengan arus deras pencari kerja. Indusrti kecil terdiri dari unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang, dengan tujuan menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya masing-masing yang dibatasi oleh faktor modal dan ketrampilan. Industri kecil ini akan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup pelaku usahanya. Untuk melakukan kegiatan usaha pada industri kecil tidak dibutuhkan persyaratan yang ketat, seperti keahlian yang khusus, tingkat pendidikan, sejumlah modal tertentu, serta berbagai prosedur lainnya. Pada dasarnya jika mereka memiliki

kemauan, sedikit pengetahuan dan ketrampilan praktis, serta peralatan yang sederhana dan keuletan dalam berusaha, maka setiap orang dapat melakukan usaha pada bidang ini. Keberadaan industri kecil pada saat ini, telah menjadi harapan baru bagi sebagian besar masyarakat yang tumbuh bersamaan dengan kegagalan yang terjadi pada sektor pertanian di pedesaan dan juga akibat dari tidak adanya situasi simbolis mutualis antara desa dan kota, antara perubahan yang terjadi di perkotaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Stabilitas industri kecil (Usaha Kecil dan Mikro), secara tidak langsung akan memperkuat perekonomian Indonesia yang sedang mengalami krisis moneter sekitar pertengahan tahun 1997. Perkembangan usaha kecil dan menengah merupakan faktor penting bagi pembangunan pertumbuhan ekonomi di kota Medan. Karakteristik dan kinerja industri kecil sangat efesien, produktif, dan memiliki responsibilitas yang tinggi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Keberadaan unit usaha kecil yang cukup banyak dan hampir disemua sektor ekonomi serta besarnya kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja, membuat eksistensi usaha industri kecil di kota Medan. Sebagaimana diketahui, kota Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai pusat perdagangan mengalami perkembangan yang pesat baik di sektor perdagangan maupun di sektor industri dan jasa termasuk pengembangan sub sektor industri dan kerajinan. Di samping itu,keberadaan industri kecil yang merupakan salah satu subsektor dari sektor industri, tidak dapat disangkal kalau

sektor industri telah memberikan kontribusi yang begitu besar bagi perekonomian di kota Medan. Hal ini ditunjukan dengan sumbangan sektor industri terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Medan atas dasar harga berlaku mencapai 16,92% tahun 2004, 16,58% tahun 2005, 16,30% tahun 2006, 16,28% tahun 2007, 15,98% tahun 2008. (BPS,2008) Tabel 1.1 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Tahun Jumlah Industri Kecil (Unit) Tenaga Kerja (Orang) 2004 5.309 9.429 2005 5.290 9.135 2006 5.275 8.728 2007 5.270 8.174 2008 5.102 7.919 Sumber : Deperindag Kota Medan, 2008 Berdasarkan tabel 1.1 di atas, selama kurun waktu 2004 2008, industri kecil di Kota Medan mengalami penurunan sebesar 207 unit selama kurun waktu lima tahun dengan laju penurunan rata rata pertahunnya sebesar 0,28 %. Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil di Kota Medan selama periose 2004 2008 juga mengalami penurunan dari 9.429 pada tahun 2004 menjadi 7.919 orang dari tahun 2008. dengan demikian, selama tahun 2004 2008, perkembangan industri kecil di Kota Medan mengalami penurunan rata rata 337 orang pertahun. Selama kurun waktu lima tahun (2004-2008) perkembangan industri sepatu di Kota Medan juga memperlihatkan perkembangan yang relatif kecil. Begitu juga

kemampuan industri kecil sepatu ini dalam menyerap tenaga kerja di Kota Medan juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari tabel berikut : Tabel 1.2 Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Tahun Jumlah Industri Kecil Sepatu Jumlah Tenaga Kerja (Unit) (Orang) 2004 414 705 2005 419 737 2006 421 747 2007 422 752 2008 426 769 Sumber : Disperindag Kota Medan 2008 Tabel 1.2. menunjukkan laju pertumbuhan industri kecil sepatu hanya 0,99 % per tahun dalam kurun waktu 2004-2008. Demikian juga dalam kemampuan industri kecil sepatu yang menyerap tenaga kerja pada kurun waktu 5 tahun hanya mampu tumbuh sebesar 0,21 %. Perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut tentu tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Pratiwi (2006), menyimpulkan bahwa ketidaktersediaan tenaga kerja terampil pada industri kecil sepatu di Kota Medan menjadi penghambat dalam peningkatan hasil produksi. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah memang mulai memperhatikan sektor industri kecil sebagai salah satu sektor yang dianggap cukup mampu untuk bertahan menghadapi kondisi krisis ekonomi yang dihadapi Negara Indonesia. Industri kecil dapat dikatakan memiliki peranan dalam perluasan kesempatan kerja didaerah

pedesaan dalam masalah kemiskinan, sehingga sector ini merupakan salah satu sector perekonomian rakyat yang dianggap mampu mengurangi pengangguran, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, serta berperan dalam proses industrialisasi. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap keberadaan industri kecil maka pemerintah membuat kebijakan kebijakan yang diharapkan akan dapat mempertahankan keberadaan industri kecil tersebut. Salah satu industri kecil yang berada di Sumatera Utara pemerintah membuat kebijakan dalam pengembangan industri dengan berbagai strategi. Salah satu kebijakannya adalah membangun lokasi khusus untuk industri kecil menengah (UKM) yang di beri nama Pusat Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kecamatan Medan Denai. Lokasi PIK ini beradan di tempat yang terpisah dengan masyarakat kelurahan Medan Tenggara lainnya, karena PIK tersebut berada di dalam suatu lingkungan yang memang di khususkan bagi para pengusaha industri kecil. Kecamatan Medan Denai ini merupakan salah satu kawasan dengan berbagai aktivitas usaha kecil di kota Medan yang memiliki beragam bidang kerajinan seperti sepatu,konveksi,tas. Jumlah pengrajin sepatu pada enam kelurahan yang ada di kecamatan Medan Denai terdiri dari 245 pengrajin, sedangkan pengrajin sepatu yang ada di kelurahan Medan Tenggara (Menteng) berjumlah 140 pengrajin. Untuk tetap bertahan dalam usahanya mereka membutuhkan campur tangan baik dari pemerintah, swasta maupun LSM / LPSM yang bertujuan untuk menambah nilai tambah (Value added) seperti penyuluhan, bantuan modal, bantuan teknis, manajemen dan sebagainya.

Untuk menghadapi persaingan pengrajin sepatu harus beradaptasi dengan kondisi dan keadaan yang terjadi). Dengan adanya berbagai masalah yang dihadapi oleh pengrajin sepatu seperti : keterbatasan modal, bahan baku, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, kurangnya aspek informasi dan jaringan bisnis, kurangnya pengetahuan tentang kemitraan, rendahnya kemampuan/kapasitas persaingan dan rendahnya pengetahuan tentang perizinan serta perlindungan. Ini menunjukkan sepertinya sulit untuk mempertahankan kehidupan sebagai pengrajin. Namun pengrajin sepatu tetap menjalankan usaha dagangnya walaupun pendapatan pengrajin sepatu itu tidak tetap. Perdagangan bebas membuka peluang sekaligus tantangan bagi industri kecil sepatu, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relatif pendek mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat. Ditinjau dari sisi ekspor, liberalisasi berdampak positif bukan terhadap produk pengrajin sepatu saja melainkan tekstil/pakaian jadi, akan tetapi kurang menguntungkan sektor pertanian khususnya produk makanan. Mengingat ketatnya persaingan yang dihadapi usaha kecil sepatu ini maka mengambil langkah-langkah strategis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah-langkah strategis jangka panjang diantaranya diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia, teknologi dan jaringan bisnis secara global. Sedangkan langkah-langkah strategis jangka pendek diantaranya, melakukan diversifikasi produk, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan besar, produksi, memperkuat akses ke sumber-sumber informasi dan perbaikan mutu. ( http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2023/tulustambunan.5.htm).

Mulai 1 Januari 2010 Indonesia membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA). Produk-produk impor dari ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif, serta tarif akan menjadi nol persen dalam jangka waktu tiga tahun (Dewitari,dkk 2009). Sebaliknya, Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar dalam negri negaranegara ASEAN dan Cina. Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman (Jiwayana, 2010) ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk baru yang masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragamnya produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen (penduduk / pedagang Indonesia)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi-strategi pengrajin sepatu yang dilakukan dalam mengembangkan industri kecil sepatu di tengah munculnya era perdagangan bebas. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis tertari untuk melakukan penelitian. Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana strategi industri kecil sepatu dalam mengembangkan usahanya di era perdagangan bebas? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi industri kecil sepatu dalam mengembangkan usahanya di era perdagangan bebas? 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya sosiologi ekonomi, sosiologi industri yang berkaitan dengan kegiatan industri kecil bagi mahasiswa,khususnya mahasiswa sosiologi. 1.4.2 Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi hasilhasil penelitian lainnya dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya dan khususnya tentang industri kecil yang berada dikawasan PIK Menteng untuk meningkatkan dalam menambah kegiatan produksi. 1.5. Defenisi konsep Agar tidak tejadi kesalah pahaman antara penulis dengan pembaca maka, penulis membuat beberapa definisi konsep untuk memudahkan pengambilan data dilapangan,antara lain : 1. Industri kecil dimana yang dimaksud industri kecil adalah unit kegiatan ekonomi yang biasanya identik dengan industri rumah tangga, yang dikelola oleh perseorangan atau kelompok keluarga yang memiliki tenaga kerja minimal 7 orang yang terdiri dari pekerja kasar dan pekerja keluarga, dan modal usahanya tidak lebih dari Rp.10 juta. 2. Strategi permodalan adalah segala sesuatu (uang, barang, harta) yang sifat pokoknya yang dipergunakan untuk menjalankan suatu usaha. Dalam permodalan tersebut sangat berpengaruh terhadap jaringan sosial karena berkaitan dengan cara memperoleh modal untuk kelangsungan usaha di dalam industri. 3. Strategi Pemasaran adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran yang memenuhi tujuan individu atau organisasi. Pengembangan mutu atau produk (desain produk, penganekaragaman hasil), riset komunikasi, distribusi, penetapan harga dan pelayanan merupakan inti aktivitas pemasaran.

4. Strategi Jaringan Sosial sesama pengrajin kecil adalah suatu kegiatan pinjammeminjam barang-barang produksi seperti paku, lem jarum jahit, benang dan lain lain. 5. Perdagangan bebas adalah hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.