BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi perdagangan bebas adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama akhir tahun ini,dengan pemahaman makna yang beragam namun apa yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran manusia, bahwa globalisasi itu ditandai dengan lajunya teknologi komunikasi dan informasi. Dalam perdagangan bebas ini terdapat persaingan yang tinggi,akan mengalami perubahan-perunahan cepat. Perdagangan bebas dapat dimaknai sebagai proses integrasi dunia disertai dengan ekspansi pasar (barang dan uang) yang di dalamnya mengandung banyak implikasi bagi kehidupan manusia. Bagi negara maju karena ketersediaan dukungan berbagi keunggulan, barangkali hipotesis itu dapat menjadi kenyataan. Bagi kebanyakan negara berkembang dengan berbagai macam kondisi keterbelakangan merasa khawatir bahwa integrasi dunia hanya akan menguntungkan pemilik modal (negaranegara maju) dan akan menimbulkan malapetaka bagi negara-negara berkembang. Laju pertumbuhan pembangunan pada sektor modern yang berlangsung dengan sangat cepat ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah perolehan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan adanya sentralisasi kegiatan ekonomi yang berpusat di perkotaan dan di sektor industri, maka kesempatan tenaga kerja mengalami pergeseran dengan sendirinya, bergerak meninggalkan sektor pertanian
dan memasuki kegiatan ekonomi yang baru yaitu sektor industri di perkotaan yang lebih menjanjikan. Kegagalan tenaga kerja untuk memasuki pasar kerja formal pada umumnya disebabkan oleh berbagai hal, seperti rendahnya tingkat kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, jenis keahlian dan ketrampilan yang mereka miliki tidak sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Persaingan yang cukup ketat di pasar kerja menyebabkan angkatan kerja semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Usaha untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondunsif menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung peningkatan produktivitas Indonesia yang dapat diklasifikasikan menjadi industri besar, sedang, kecil, dan juga industri rumah tangga. Industri kecil menjadi salah satu alternatif yang dianggap mampu mengurangi tingginya jumlah pengangguran, karena sektor formal yang menuntut ketrampilan, ternyata juga memberikan tempat yang kecil jika dibandingkan dengan arus deras pencari kerja. Indusrti kecil terdiri dari unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang, dengan tujuan menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya masing-masing yang dibatasi oleh faktor modal dan ketrampilan. Industri kecil ini akan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup pelaku usahanya. Untuk melakukan kegiatan usaha pada industri kecil tidak dibutuhkan persyaratan yang ketat, seperti keahlian yang khusus, tingkat pendidikan, sejumlah modal tertentu, serta berbagai prosedur lainnya. Pada dasarnya jika mereka memiliki
kemauan, sedikit pengetahuan dan ketrampilan praktis, serta peralatan yang sederhana dan keuletan dalam berusaha, maka setiap orang dapat melakukan usaha pada bidang ini. Keberadaan industri kecil pada saat ini, telah menjadi harapan baru bagi sebagian besar masyarakat yang tumbuh bersamaan dengan kegagalan yang terjadi pada sektor pertanian di pedesaan dan juga akibat dari tidak adanya situasi simbolis mutualis antara desa dan kota, antara perubahan yang terjadi di perkotaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Stabilitas industri kecil (Usaha Kecil dan Mikro), secara tidak langsung akan memperkuat perekonomian Indonesia yang sedang mengalami krisis moneter sekitar pertengahan tahun 1997. Perkembangan usaha kecil dan menengah merupakan faktor penting bagi pembangunan pertumbuhan ekonomi di kota Medan. Karakteristik dan kinerja industri kecil sangat efesien, produktif, dan memiliki responsibilitas yang tinggi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Keberadaan unit usaha kecil yang cukup banyak dan hampir disemua sektor ekonomi serta besarnya kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja, membuat eksistensi usaha industri kecil di kota Medan. Sebagaimana diketahui, kota Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai pusat perdagangan mengalami perkembangan yang pesat baik di sektor perdagangan maupun di sektor industri dan jasa termasuk pengembangan sub sektor industri dan kerajinan. Di samping itu,keberadaan industri kecil yang merupakan salah satu subsektor dari sektor industri, tidak dapat disangkal kalau
sektor industri telah memberikan kontribusi yang begitu besar bagi perekonomian di kota Medan. Hal ini ditunjukan dengan sumbangan sektor industri terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Medan atas dasar harga berlaku mencapai 16,92% tahun 2004, 16,58% tahun 2005, 16,30% tahun 2006, 16,28% tahun 2007, 15,98% tahun 2008. (BPS,2008) Tabel 1.1 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Tahun Jumlah Industri Kecil (Unit) Tenaga Kerja (Orang) 2004 5.309 9.429 2005 5.290 9.135 2006 5.275 8.728 2007 5.270 8.174 2008 5.102 7.919 Sumber : Deperindag Kota Medan, 2008 Berdasarkan tabel 1.1 di atas, selama kurun waktu 2004 2008, industri kecil di Kota Medan mengalami penurunan sebesar 207 unit selama kurun waktu lima tahun dengan laju penurunan rata rata pertahunnya sebesar 0,28 %. Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil di Kota Medan selama periose 2004 2008 juga mengalami penurunan dari 9.429 pada tahun 2004 menjadi 7.919 orang dari tahun 2008. dengan demikian, selama tahun 2004 2008, perkembangan industri kecil di Kota Medan mengalami penurunan rata rata 337 orang pertahun. Selama kurun waktu lima tahun (2004-2008) perkembangan industri sepatu di Kota Medan juga memperlihatkan perkembangan yang relatif kecil. Begitu juga
kemampuan industri kecil sepatu ini dalam menyerap tenaga kerja di Kota Medan juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari tabel berikut : Tabel 1.2 Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Tahun Jumlah Industri Kecil Sepatu Jumlah Tenaga Kerja (Unit) (Orang) 2004 414 705 2005 419 737 2006 421 747 2007 422 752 2008 426 769 Sumber : Disperindag Kota Medan 2008 Tabel 1.2. menunjukkan laju pertumbuhan industri kecil sepatu hanya 0,99 % per tahun dalam kurun waktu 2004-2008. Demikian juga dalam kemampuan industri kecil sepatu yang menyerap tenaga kerja pada kurun waktu 5 tahun hanya mampu tumbuh sebesar 0,21 %. Perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut tentu tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Pratiwi (2006), menyimpulkan bahwa ketidaktersediaan tenaga kerja terampil pada industri kecil sepatu di Kota Medan menjadi penghambat dalam peningkatan hasil produksi. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah memang mulai memperhatikan sektor industri kecil sebagai salah satu sektor yang dianggap cukup mampu untuk bertahan menghadapi kondisi krisis ekonomi yang dihadapi Negara Indonesia. Industri kecil dapat dikatakan memiliki peranan dalam perluasan kesempatan kerja didaerah
pedesaan dalam masalah kemiskinan, sehingga sector ini merupakan salah satu sector perekonomian rakyat yang dianggap mampu mengurangi pengangguran, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, serta berperan dalam proses industrialisasi. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap keberadaan industri kecil maka pemerintah membuat kebijakan kebijakan yang diharapkan akan dapat mempertahankan keberadaan industri kecil tersebut. Salah satu industri kecil yang berada di Sumatera Utara pemerintah membuat kebijakan dalam pengembangan industri dengan berbagai strategi. Salah satu kebijakannya adalah membangun lokasi khusus untuk industri kecil menengah (UKM) yang di beri nama Pusat Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kecamatan Medan Denai. Lokasi PIK ini beradan di tempat yang terpisah dengan masyarakat kelurahan Medan Tenggara lainnya, karena PIK tersebut berada di dalam suatu lingkungan yang memang di khususkan bagi para pengusaha industri kecil. Kecamatan Medan Denai ini merupakan salah satu kawasan dengan berbagai aktivitas usaha kecil di kota Medan yang memiliki beragam bidang kerajinan seperti sepatu,konveksi,tas. Jumlah pengrajin sepatu pada enam kelurahan yang ada di kecamatan Medan Denai terdiri dari 245 pengrajin, sedangkan pengrajin sepatu yang ada di kelurahan Medan Tenggara (Menteng) berjumlah 140 pengrajin. Untuk tetap bertahan dalam usahanya mereka membutuhkan campur tangan baik dari pemerintah, swasta maupun LSM / LPSM yang bertujuan untuk menambah nilai tambah (Value added) seperti penyuluhan, bantuan modal, bantuan teknis, manajemen dan sebagainya.
Untuk menghadapi persaingan pengrajin sepatu harus beradaptasi dengan kondisi dan keadaan yang terjadi). Dengan adanya berbagai masalah yang dihadapi oleh pengrajin sepatu seperti : keterbatasan modal, bahan baku, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, kurangnya aspek informasi dan jaringan bisnis, kurangnya pengetahuan tentang kemitraan, rendahnya kemampuan/kapasitas persaingan dan rendahnya pengetahuan tentang perizinan serta perlindungan. Ini menunjukkan sepertinya sulit untuk mempertahankan kehidupan sebagai pengrajin. Namun pengrajin sepatu tetap menjalankan usaha dagangnya walaupun pendapatan pengrajin sepatu itu tidak tetap. Perdagangan bebas membuka peluang sekaligus tantangan bagi industri kecil sepatu, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relatif pendek mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat. Ditinjau dari sisi ekspor, liberalisasi berdampak positif bukan terhadap produk pengrajin sepatu saja melainkan tekstil/pakaian jadi, akan tetapi kurang menguntungkan sektor pertanian khususnya produk makanan. Mengingat ketatnya persaingan yang dihadapi usaha kecil sepatu ini maka mengambil langkah-langkah strategis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah-langkah strategis jangka panjang diantaranya diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia, teknologi dan jaringan bisnis secara global. Sedangkan langkah-langkah strategis jangka pendek diantaranya, melakukan diversifikasi produk, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan besar, produksi, memperkuat akses ke sumber-sumber informasi dan perbaikan mutu. ( http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2023/tulustambunan.5.htm).
Mulai 1 Januari 2010 Indonesia membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA). Produk-produk impor dari ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif, serta tarif akan menjadi nol persen dalam jangka waktu tiga tahun (Dewitari,dkk 2009). Sebaliknya, Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar dalam negri negaranegara ASEAN dan Cina. Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman (Jiwayana, 2010) ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk baru yang masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragamnya produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen (penduduk / pedagang Indonesia)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi-strategi pengrajin sepatu yang dilakukan dalam mengembangkan industri kecil sepatu di tengah munculnya era perdagangan bebas. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis tertari untuk melakukan penelitian. Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana strategi industri kecil sepatu dalam mengembangkan usahanya di era perdagangan bebas? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi industri kecil sepatu dalam mengembangkan usahanya di era perdagangan bebas? 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya sosiologi ekonomi, sosiologi industri yang berkaitan dengan kegiatan industri kecil bagi mahasiswa,khususnya mahasiswa sosiologi. 1.4.2 Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi hasilhasil penelitian lainnya dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya dan khususnya tentang industri kecil yang berada dikawasan PIK Menteng untuk meningkatkan dalam menambah kegiatan produksi. 1.5. Defenisi konsep Agar tidak tejadi kesalah pahaman antara penulis dengan pembaca maka, penulis membuat beberapa definisi konsep untuk memudahkan pengambilan data dilapangan,antara lain : 1. Industri kecil dimana yang dimaksud industri kecil adalah unit kegiatan ekonomi yang biasanya identik dengan industri rumah tangga, yang dikelola oleh perseorangan atau kelompok keluarga yang memiliki tenaga kerja minimal 7 orang yang terdiri dari pekerja kasar dan pekerja keluarga, dan modal usahanya tidak lebih dari Rp.10 juta. 2. Strategi permodalan adalah segala sesuatu (uang, barang, harta) yang sifat pokoknya yang dipergunakan untuk menjalankan suatu usaha. Dalam permodalan tersebut sangat berpengaruh terhadap jaringan sosial karena berkaitan dengan cara memperoleh modal untuk kelangsungan usaha di dalam industri. 3. Strategi Pemasaran adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran yang memenuhi tujuan individu atau organisasi. Pengembangan mutu atau produk (desain produk, penganekaragaman hasil), riset komunikasi, distribusi, penetapan harga dan pelayanan merupakan inti aktivitas pemasaran.
4. Strategi Jaringan Sosial sesama pengrajin kecil adalah suatu kegiatan pinjammeminjam barang-barang produksi seperti paku, lem jarum jahit, benang dan lain lain. 5. Perdagangan bebas adalah hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.