DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KARO PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNANUNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang No. 2 tahun 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

1. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dan pendanaannya.

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1UO TAHUN 2016 TENT ANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

WALIKOTA PROBOLINGGO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG BUPATI PATI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR.22 TAHUN 2013

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 024 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KAS DESA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH DESA

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


Menimbang : a. Mengingat : 1.

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAM UMUM PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMBUKA TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL PADA LOKASI YANG DAPAT DIPINDAHKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum dengan luas sampai dengan 5 (lima) hektar atau skala kecil, dapat dilakukan langsung oleh Perangkat Daerah yang memerlukan tanah dengan Pihak yang Berhak, sebagaimana diatur dalam Pasal 121 ayat (1) sampai dengan ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum; b. bahwa dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah memerlukan mekanisme yang lebih efisien dan efektif khususnya terhadap lokasi yang dapat dipindahkan atau lokasi yang tidak terikat pada 1 (satu) tempat; c. bahwa untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan, perlu disusun pedoman bagi Perangkat Daerah yang memerlukan tanah, yang membidangi urusan pengadaan tanah dan/atau yang melaksanakan pengadaan tanah;

- 2 - d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Tata Cara Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Skala Kecil pada Lokasi yang Dapat Dipindahkan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4934); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5655);

- 3-6. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; 7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah; 8. Peraturan Gubernur Banten Nomor 93 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Tahapan Persiapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di Provinsi Banten; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG TATA CARA PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL PADA LOKASI YANG DAPAT DIPINDAHKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksananaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

- 4-3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Banten. 4. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan. 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 6. Kepala Perangkat Daerah adalah Pejabat yang memimpin Perangkat Daerah. 7. Kantor Pertanahan adalah Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan. 8. Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 9. Instansi Teknis Terkait adalah instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang terkait langsung dalam teknik perencanaan pembangunan dan/atau Pengadaan Tanah. 10. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang selanjutnya disebut Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti rugi yang layak dan adil kepada Pihak yang Berhak. 11. Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah. BAB II TATA CARA PENGADAAN TANAH Bagian Kesatu Umum Pasal 2 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan merupakan pengadaan tanah dengan luas rencana sampai dengan 5 (lima) hektar pada lokasi yang tidak terikat pada 1 (satu) tempat.

- 5 - Pasal 3 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan diselenggarakan dalam rangka pembangunan antara lain: a. jalan umum, jembatan dan terowongan; b. waduk, tandon, irigasi, tempat pengolahan air bersih/minum, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya, antara lain tempat pengolahan air limbah; c. terminal bus, terminal angkutan umum dalam kota atau terminal penumpang; d. gardu listrik, dan distribusi tenaga listrik; e. jaringan telekomunikasi, informatika dan/atau menara telekomunikasi Pemerintah Daerah; f. tempat pemrosesan dan/atau pengolahan sampah, termasuk didalamnya tempat pemrosesan sementara; g. rumah sakit Pemerintah Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan dan Pos Pelayanan Terpadu; h. fasilitas keselamatan umum antara lain rumah sakit darurat, rumah penampungan darurat, serta tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan longsor; i. taman pemakaman umum Pemerintah Daerah dan sarana pendukungnya; j. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik antara lain taman bermain, taman publik, taman sempadan jalan, rumah singgah, balai warga, balai pertemuan, gedung serbaguna dan halte; k. cagar alam dan cagar budaya; l. kantor Pemerintah Daerah antara lain kantor Perangkat Daerah, kantor Unit Pelaksana Teknis Perangkat Daerah, kantor Kecamatan, kantor Kelurahan, rumah Negara, dan gudang; m. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa serta rumah susun sederhana sewa;

- 6 - n. prasarana pendidikan Pemerintah Daerah antara lain sekolah dan sarana pandukungnya; o. prasarana olahraga Pemerintah Daerah antara lain tempat atau lapangan atau gedung olahraga dan sarana pendukungnya; dan p. pasar, gerai perdagangan/usaha Mikro Kecil dan Menengah, tempat produksi, dan lapangan parkir. Pasal 4 Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan diselenggarakan dengan cara: a. Langsung; atau b. Sayembara Bagian Kedua Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Skala Kecil pada Lokasi Yang Dapat Dipindahkan dengan cara Langsung Paragraf 1 Umum Pasal 5 (1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (2) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Perangkat Daerah yang memerlukan tanah; atau b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah. (3) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dapat dibantu oleh Perangkat Daerah/Instansi Teknis Terkait dan/atau lembaga profesional.

- 7 - (4) Selain Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengadaan tanah dapat dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan. Paragraf 2 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Skala Kecil pada Lokasi Yang Dapat Dipindahkan dengan cara Langsung oleh Perangkat Daerah yang Melaksanakan Pengadaan Tanah Pasal 6 (1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Langsung oleh Perangkat Daerah yang memerlukan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dilaksanakan apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah sampai dengan 1 (satu) hektar. (2) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Langsung oleh Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b dilaksanakan apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah lebih dari 1 (satu) hektar sampai dengan 5 (lima) hektar. Pasal 7 (1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Langsung oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan: a. usulan; b. penganggaran; c. permohonan kesesuaian lokasi rencana pengadaan tanah dengan tata ruang wilayah;

- 8 - d. verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan; e. pengukuran dan pemetaan tanah; f. penilaian; g. musyawarah atau penyampaian hasil penilaian; h. pelepasan hak; dan i. pemberian ganti rugi. (2) Selain tahapan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengadaan tanah dapat dilakukan melalui tahapan: a. sosialisasi; b. inventarisasi dan identifikasi; dan c. pengumuman peta dan daftar nominatif. Pasal 8 (1) Usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dilakukan oleh masyarakat melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan. (3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditujukan kepada Walikota. (4) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Walikota memerintahkan Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah untuk melakukan sinkronisasi dengan rencana pembangunan Daerah. (5) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan rencana pembangunan Daerah, Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah mengalokasikan anggaran pada Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (6) Dalam hal usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak sesuai dengan rencana pembangunan Daerah, Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah mengembalikan usulan kepada Perangkat Daerah pengusul.

- 9 - Pasal 9 (1) Usulan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 paling sedikit memuat: a. identitas Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah; b. maksud dan tujuan pembangunan; c. perkiraan luas tanah yang dibutuhkan; d. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; dan e. perkiraan biaya ganti rugi objek pengadaan tanah atau biaya yang dibutuhkan. (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum tahun anggaran berkenaan. (3) Dalam hal rencana pengadaan tanah telah dianggarkan pada tahun berkenaan, usulan dilakukan pada tahun berkenaan. Pasal 10 (1) Penganggaran seluruh tahapan pengadaan tanah apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah sampai dengan 1 (satu) hektar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dianggarkan pada Perangkat Daerah yang memerlukan tanah. (2) Penganggaran seluruh tahapan pengadaan tanah apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah lebih dari 1 (satu) hektar sampai dengan 5 (lima) hektar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dianggarkan pada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah. (3) Penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri atas: a. biaya ganti rugi objek pengadaan tanah; dan b. biaya operasional dan biaya pendukung. (4) Biaya ganti rugi objek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan biaya ganti rugi terhadap tanah, tanaman, bangunan, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah serta ruang atas tanah dan bawah tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

- 10 - (5) Biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum tidak termasuk biaya ganti rugi objek pengadaan tanah. (6) Besaran biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mengajukan permohonan kesesuaian lokasi rencana pengadaan tanah dengan tata ruang wilayah kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan rencana tata ruang wilayah. (2) Berdasarkan permohonan kesesuaian lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Daerah yang membidangi urusan rencana tata ruang wilayah mengeluarkan arahan/pertimbangan/ rekomendasi kesesuaian atau ketidaksesuaian tata ruang. (3) Lokasi rencana pengadaan tanah telah sesuai dengan kawasan atau peruntukannya, tahapan pengadaan tanah dapat dilanjutkan dengan atau tanpa rekomendasi kesesuaian tata ruang. (4) Dalam hal lokasi rencana pengadaan tanah tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mencari lokasi pengganti. Pasal 12 (1) Lokasi pengadaan tanah telah sesuai dengan tata ruang atau kawasan atau peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah melakukan verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan objek pengadaan tanah.

- 11 - (2) Verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berupa: a. salinan identitas Pihak yang Berhak kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan kependudukan; b. salinan bukti penguasaan dan/atau pemilikan kepada Kantor Pertanahan, Kantor Kecamatan, Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau Kantor Kelurahan/Desa; dan c. salinan surat pemberitahuan pajak terutang atau bukti pelunasan pajak bumi dan bangunan kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pajak bumi dan bangunan. (3) Dalam hal dokumen penguasaan dan/atau pemilikan tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dapat meminta kepada Pihak yang Berhak untuk melengkapi dokumen. Pasal 13 (1) Hasil verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan telah lengkap atau sesuai, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan tanah kepada Kantor Pertanahan. (2) Pengukuran dan pemetaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi; dan b. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang. Pasal 14 (1) Berdasarkan kelengkapan dokumen penguasaan dan/atau pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 serta hasil pengukuran dan pemetaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan penilaian ganti rugi objek pengadaan tanah yang dilakukan oleh jasa penilai atau penilai publik.

- 12 - (2) Pengadaan jasa penilai atau penilai publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. (3) Berdasarkan hasil pengadaan barang/jasa Pemerintah, Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah menetapkan jasa penilai atau penilai publik. Pasal 15 (1) Hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik menjadi dasar dilaksanakannya musyawarah atau penyampaian hasil penilaian. (2) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian dipimpin oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. (3) Dalam hal Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Tanah, musyawarah atau penyampaian hasil penilaian dipimpin oleh Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tim Pengadaan Tanah. (4) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian paling kurang dilaksanakan di kantor Perangkat Daerah atau tempat yang disepakati kedua belah pihak. Pasal 16 (1) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 merupakan musyawarah besar nilai ganti rugi oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dengan Pihak yang Berhak. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum mencapai kesepakatan, musyawarah dapat dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali. (3) Dalam setiap musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah membuat Berita Acara.

- 13 - (4) Penyampaian hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 merupakan penyampaian nilai ganti rugi oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah kepada Pihak yang Berhak. (5) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian mencapai kesepakatan, Pihak yang Berhak menandatangani Surat Pernyataan menerima nilai ganti rugi. (6) Dalam hal musyawarah atau penyampaian hasil penilaian tidak mencapai kesepakatan, Perangkat Daerah Yang melaksanakan pengadaan tanah mencari lokasi pengganti. Pasal 17 (1) Pihak yang Berhak wajib hadir dalam musyawarah atau penyampaian hasil penilaian. (2) Dalam hal Pihak yang Berhak tidak hadir, dapat diwakilkan oleh Kuasanya dengan menyertakan Surat Kuasa. Pasal 18 (1) Hasil kesepakatan dalam musyawarah atau penyampaian hasil penilaian menjadi dasar pemberian ganti rugi kepada Pihak yang Berhak. (2) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak oleh Pihak yang Berhak. (3) Pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah/Penyerahan Tanah. (4) Pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pihak yang Berhak kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau Camat atau Kepala Kantor Pertanahan.

- 14 - (5) Dalam hal Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Tanah, Pelepasan hak dilakukan oleh Pihak yang Berhak kepada Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tim Pengadaan Tanah dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau Camat atau Kepala Kantor Pertanahan. (6) Dalam hal Pihak yang Berhak atas tanah berbeda dengan Pihak yang Berhak atas ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah dan/atau lainnya yang dapat dinilai, penyerahan objek pengadaan tanah selain tanah dituangkan dalam Surat Pernyataan Penyerahan bermaterai cukup. Pasal 19 (1) Pemberian ganti rugi dilakukan melalui Pembayaran Langsung dari rekening kas Daerah kepada rekening Pihak yang Berhak, atau pemindahbukuan dari rekening Bendahara Perangkat Daerah Yang melaksanakan pengadaan tanah kepada rekening Pihak yang Berhak. (2) Dalam hal Pihak yang Berhak belum melunasi kewajiban pembayaran pajak, dapat dilunasi dari uang ganti rugi. (3) Pelunasan pembayaran pajak dari uang ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan Surat Pernyataan menerima pembayaran kewajiban pajak dari uang ganti rugi yang ditandatangani oleh Pihak yang Berhak. Pasal 20 (1) Sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah kepada Pihak yang Berhak dan warga yang terdampak.

- 15 - (2) Dengan cara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tatap muka. (3) Dengan cara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang dilakukan melalui website resmi Pemerintah Daerah. Pasal 21 (1) Inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b dilakukan oleh satuan tugas atau jasa konsultansi. (2) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri atas: a. Kantor Pertanahan untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan bangunan untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi bangunan; c. Perangkat Daerah yang membidangi urusan pertanian untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi tanaman; d. Perangkat Daerah yang membidangi urusan lain untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi benda yang berkaitan dengan tanah; e. Kecamatan dan Kelurahan sesuai lokasi pengadaan tanah untuk satuan tugas pemberkasan dan verifikasi alas hak dokumen Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah; dan/atau f. Pengurus rukun warga dan/atau rukun tetangga untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi dokumen Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah.

- 16 - (3) Pejabat administratur atau pengawas pada Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dengan cara ex officio menjabat sebagai koordinator pada satuan tugas masing-masing. (4) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah atau Ketua Tim Pengadaan Tanah. (5) Jasa konsultansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. (6) Hasil inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk peta dan daftar nominatif. Pasal 22 (1) Pengumuman peta dan daftar nominatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c dapat dilakukan di Kantor Kelurahan. (2) Pengumuman peta dan daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari. Pasal 23 (1) Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dilaksanakan oleh: a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan; atau b. Tim Pengadaan Tanah. (2) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memiliki tugas melaksanakan pengadaan tanah.

- 17 - (3) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang terdiri atas: a. unsur Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah; b. unsur Kecamatan sesuai lokasi rencana pengadaan tanah; c. unsur Kelurahan sesuai lokasi rencana pengadaan tanah; dan d. unsur Kantor Pertanahan. (4) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Ketiga Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Skala Kecil pada Lokasi Yang Dapat Dipindahkan dengan cara Sayembara Paragraf 1 Umum Pasal 24 (1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Sayembara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (2) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Perangkat Daerah yang memerlukan tanah; atau b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah. (3) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibantu oleh Perangkat Daerah/Instansi Teknis Terkait dan/atau lembaga profesional.

- 18 - (4) Selain Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengadaan tanah dapat dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan. Paragraf 2 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Skala Kecil pada Lokasi Yang Dapat Dipindahkan dengan cara Sayembara oleh Perangkat Daerah yang Melaksanakan Pengadaan Tanah Pasal 25 (1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Sayembara oleh Perangkat Daerah yang memerlukan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a dilaksanakan apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah sampai dengan 1 (satu) hektar. (2) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Sayembara oleh Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b dilaksanakan apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah lebih dari 1 (satu) hektar sampai dengan 5 (lima) hektar. Pasal 26 (1) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan dengan cara Sayembara oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan: a. usulan; b. penganggaran; c. pengumuman kebutuhan lahan; d. penawaran; e. evaluasi penawaran;

- 19 - f. permohonan kesesuaian lokasi rencana pengadaan tanah dengan tata ruang wilayah; g. verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan; h. pengukuran dan pemetaan tanah; i. penilaian; j. penentuan peringkat; k. musyawarah atau penyampaian hasil penilaian; l. pelepasan hak; dan m. pemberian ganti rugi. (2) Selain tahapan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengadaan tanah dapat dilakukan melalui tahapan: a. inventarisasi dan identifikasi; dan b. pengumuman peta dan daftar nominatif. Pasal 27 (1) Usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh masyarakat melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan. (3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditujukan kepada Walikota. (4) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Walikota memerintahkan Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah untuk melakukan sinkronisasi dengan rencana pembangunan Daerah. (5) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan rencana pembangunan Daerah, Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah mengalokasikan anggaran pada Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah.

- 20 - (6) Dalam hal usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak sesuai dengan rencana pembangunan Daerah, Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah mengembalikan usulan kepada Perangkat Daerah pengusul. Pasal 28 (1) Usulan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 paling sedikit memuat: a. identitas Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah; b. maksud dan tujuan pembangunan; c. perkiraan luas tanah yang dibutuhkan; d. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; dan e. perkiraan biaya ganti rugi objek pengadaan tanah atau biaya yang dibutuhkan. (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum tahun anggaran berkenaan. (3) Dalam hal rencana pengadaan tanah telah dianggarkan pada tahun berkenaan, usulan dilakukan pada tahun berkenaan. Pasal 29 (1) Apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah sampai dengan 1 (satu) hektar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) penganggaran seluruh tahapan pengadaan tanah dianggarkan pada Perangkat Daerah yang memerlukan tanah. (2) Penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri atas: a. biaya ganti rugi objek pengadaan tanah; dan b. biaya operasional dan biaya pendukung.

- 21 - (3) Penganggaran seluruh tahapan pengadaan tanah apabila perkiraan luas rencana pengadaan tanah lebih dari 1 (satu) hektar sampai dengan 5 (lima) hektar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dianggarkan pada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah. (4) Biaya ganti rugi objek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan biaya ganti rugi terhadap tanah, tanaman, bangunan, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah serta ruang atas tanah dan bawah tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai; (5) Biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum tidak termasuk biaya ganti rugi objek pengadaan tanah. (6) Besaran biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 30 (1) Berdasarkan kesesuaian usulan dengan rencana pembangunan Daerah, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah melakukan pengumuman kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf c. (2) Pengumuman kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan pemberitahuan kebutuhan rencana pengadaan tanah skala kecil untuk Kepentingan Umum kepada masyarakat. (3) Pengumuman kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang memuat: a. rencana peruntukan; b. letak; c. luas tanah yang dibutuhkan; dan d. batas waktu pemasukan penawaran.

- 22 - (4) Pengumuman kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling kurang dilakukan melalui website resmi Pemerintah Daerah. (5) Pengumuman kebutuhan lahan dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari. Pasal 31 (1) Masyarakat yang ingin ikut terlibat dalam Pengadaan Tanah Skala Kecil, menyampaikan penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf d kepada Walikota melalui Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah. (2) Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara tertulis bermaterai cukup dan paling sedikit memuat: a. letak, lokasi dan luas tanah yang ingin dijual; b. gambaran umum status tanah; dan c. nilai/harga yang ditawarkan. (3) Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diserahkan dengan melampirkan: a. Salinan dokumen penguasaan dan/atau pemilikan; dan b. Salinan bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan tahun berkenaan. (4) Penawaran dilakukan oleh Pihak yang Berhak atau Kuasanya. (5) Pihak yang Berhak dapat terdiri dari 1 (satu) orang atau beberapa orang yang dengan cara bersama-sama mengajukan penawaran. Pasal 32 (1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah melakukan evaluasi penawaran dari masyarakat beserta lampirannya. (2) Evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit dilakukan terhadap: a. kelengkapan administrasi; b. kesesuaian letak dan luas tanah; dan c. kesesuaian syarat lain yang ditentukan pengumuman.

- 23 - (3) Penawaran yang lulus evaluasi penawaran diumumkan paling kurang melalui website resmi Pemerintah Daerah. Pasal 33 (1) Berdasarkan hasil evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 telah sesuai dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dan ayat (3), Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mengajukan permohonan kesesuaian lokasi rencana pengadaan tanah dengan tata ruang wilayah kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan rencana tata ruang wilayah. (2) Berdasarkan permohonan kesesuaian lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Daerah yang membidangi urusan rencana tata ruang wilayah mengeluarkan arahan/pertimbangan/ rekomendasi kesesuaian atau ketidaksesuaian tata ruang. (3) Dalam hal lokasi rencana pengadaan tanah telah sesuai dengan kawasan atau peruntukannya, tahapan pengadaan tanah dapat dilanjutkan dengan atau tanpa rekomendasi kesesuaian tata ruang. (4) Dalam hal lokasi rencana pengadaan tanah tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mencari lokasi pengganti. Pasal 34 (1) Dalam hal lokasi pengadan tanah telah sesuai dengan tata ruang atau kawasan atau peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah melakukan verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan Objek Pengadaan Tanah.

- 24 - (2) Verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berupa: a. salinan identitas Pihak yang Berhak kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan kependudukan; b. salinan bukti penguasaan dan/atau pemilikan kepada Kantor Pertanahan, Kantor Kecamatan, Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau Kantor Kelurahan/Desa; dan c. salinan surat pemberitahuan pajak terutang atau bukti pelunasan pajak bumi dan bangunan kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pajak bumi dan bangunan. (3) Dalam hal dokumen penguasaan dan/atau pemilikan tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dapat meminta kepada Pihak yang Berhak untuk melengkapi dokumen. (4) Penawaran yang telah melalui pengecekan kesesuaian tata ruang wilayah dan telah melalui verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan diumumkan paling kurang melalui website resmi Pemerintah Daerah. Pasal 35 (1) Berdasarkan hasil verifikasi dokumen penguasaan dan/atau pemilikan telah lengkap atau sesuai, Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan tanah kepada Kantor Pertanahan. (2) Pengukuran dan pemetaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi; dan b. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang.

- 25 - Pasal 36 (1) Berdasarkan hasil pengukuran dan pemetaan tanah, dilakukan penilaian ganti rugi objek pengadaan tanah yang dilakukan oleh jasa penilai atau penilai publik. (2) Pengadaan jasa penilai atau penilai publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. (3) Berdasarkan hasil pengadaan barang/jasa Pemerintah, Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah menetapkan jasa penilai atau penilai publik. Pasal 37 (1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah melakukan penentuan peringkat terhadap penawaran masyarakat yang telah melalui penilaian ganti rugi objek pengadaan tanah oleh jasa penilai atau penilai publik. (2) Penentuan peringkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang dilakukan terhadap: a. nilai; b. luas tanah; c. letak; dan d. kematangan lahan. (3) Hasil penentuan peringkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang diumumkan melalui website resmi Pemerintah Daerah. Pasal 38 (1) Hasil penentuan peringkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 menjadi dasar dilaksanakannya musyawarah atau penyampaian hasil penilaian. (2) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian dilakukan satu per satu terhadap Pihak yang Berhak berdasarkan urutan peringkat.

- 26 - (3) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian dipimpin oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. (4) Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Tanah, musyawarah atau penyampaian hasil penilaian dipimpin oleh Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tim Pengadaan Tanah. (5) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian paling kurang dilaksanakan di kantor Perangkat Daerah atau tempat yang disepakati kedua belah pihak. Pasal 39 (1) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 merupakan musyawarah terhadap besaran nilai ganti rugi oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dengan Pihak yang Berhak. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum mencapai kesepakatan, musyawarah dapat dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali. (3) Dalam setiap musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah membuat Berita Acara. (4) Penyampaian hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 merupakan penyampaian nilai ganti rugi oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah kepada Pihak yang Berhak. (5) Musyawarah atau penyampaian hasil penilaian mencapai kesepakatan, Pihak yang Berhak menandatangani Surat Pernyataan menerima nilai ganti rugi. (6) Dalam hal musyawarah atau penyampaian hasil penilaian tidak mencapai kesepakatan, dilakukan musyawarah atau penyampaian hasil penilaian terhadap nomor urut berikutnya sesuai urutan peringkat.

- 27 - Pasal 40 (1) Pihak yang Berhak wajib hadir dalam musyawarah atau penyampaian hasil penilaian. (2) Dalam hal Pihak yang Berhak tidak hadir, dapat diwakilkan oleh Kuasanya dengan menyertakan Surat Kuasa. Pasal 41 (1) Hasil kesepakatan dalam musyawarah atau penyampaian hasil penilaian menjadi dasar pemberian ganti rugi kepada Pihak yang Berhak. (2) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak oleh Pihak yang Berhak. (3) Pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah/Penyerahan Tanah. (4) Pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Pihak yang Berhak kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau Camat atau Kepala Kantor Pertanahan. (5) Dalam hal Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Tanah, Pelepasan hak dilakukan oleh Pihak yang Berhak kepada Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tim Pengadaan Tanah dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah atau Camat atau Kepala Kantor Pertanahan. (6) Dalam hal Pihak yang Berhak atas tanah berbeda dengan Pihak yang Berhak atas ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah dan/atau lainnya yang dapat dinilai, penyerahan objek pengadaan tanah selain tanah dituangkan dalam Surat Pernyataan Penyerahan bermaterai cukup.

- 28 - Pasal 42 (1) Pemberian ganti rugi dilakukan melalui Pembayaran Langsung dari rekening kas Daerah kepada rekening Pihak yang Berhak, atau pemindahbukuan dari rekening Bendahara Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah kepada rekening Pihak yang Berhak. (2) Dalam hal Pihak yang Berhak belum melunasi kewajiban pembayaran pajak, dapat dilunasi dari uang ganti rugi. (3) Pelunasan pembayaran pajak dari uang ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan Surat Pernyataan menerima pembayaran kewajiban pajak dari uang ganti rugi yang ditandatangani oleh Pihak yang Berhak. Pasal 43 (1) Inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf a dilakukan oleh satuan tugas atau jasa konsultansi. (2) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri atas: a. Kantor Pertanahan untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan bangunan untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi bangunan; c. Perangkat Daerah yang membidangi urusan pertanian untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi tanaman; d. Perangkat Daerah yang membidangi urusan lain untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi benda yang berkaitan dengan tanah;

- 29 - e. Kecamatan dan Kelurahan sesuai lokasi pengadaan tanah untuk satuan tugas pemberkasan dan verifikasi alas hak dokumen Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah; dan/atau f. Pengurus rukun warga dan/atau rukun tetangga untuk satuan tugas inventarisasi dan identifikasi dokumen Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah. (3) Pejabat administratur atau pengawas pada Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dengan cara ex officio menjabat sebagai koordinator pada satuan tugas masing-masing. (4) Jasa konsultansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. (5) Hasil inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk peta dan daftar nominatif. (6) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah atau Ketua Tim Pengadaan Tanah. Pasal 44 (1) Pengumuman peta dan daftar nominatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf b dapat dilakukan di Kantor Kelurahan. (2) Pengumuman peta dan daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari.

- 30 - Pasal 45 (1) Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dilaksanakan oleh: a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan; atau b. Tim Pengadaan Tanah. (2) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas melaksanakan pengadaan tanah. (3) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang terdiri atas: a. unsur Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah; b. unsur Kecamatan sesuai lokasi rencana pengadaan tanah; c. unsur Kelurahan sesuai lokasi rencana pengadaan tanah; dan d. unsur Kantor Pertanahan. (4) Tim Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Keempat Pensertifikatan Tanah, Perubahan atau Penghapusan Dokumen Penguasaan dan/atau Pemilikan atau Pajak Bumi dan Bangunan serta Penyerahan Hasil Pasal 46 (1) Pengadaan tanah yang telah melalui tahapan pembayaran ganti rugi dan pelepasan hak, wajib dilakukan pensertifikatan tanah ke Pihak Yang Berwenang. (2) Pensertifikatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh: a. Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah; dan/atau b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan aset Daerah.

- 31 - (3) Tata cara pensertifikatan tanah berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pendaftaran tanah. Pasal 47 (1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah wajib mengajukan perubahan atau penghapusan dokumen penguasaan dan/atau pemilikan kepada Pihak Yang Berwenang. (2) Pihak Yang Berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit adalah: a. Kantor Pertanahan untuk sertifikat; b. Kantor Kecamatan atau Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk Akta Jual Beli; dan/atau a. Kantor Kelurahan untuk Girik atau Letter C. Pasal 48 Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah wajib mengajukan perubahan atau penghapusan subyek atau obyek pajak bumi dan bangunan kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pajak bumi dan bangunan. Pasal 49 (1) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah wajib melakukan penyerahan hasil pengadaan tanah kepada Perangkat Daerah yang memerlukan tanah. (2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Berita Acara Serah Terima. (3) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan Barang Milik Daerah.

- 32 - Pasal 50 Biaya yang ditimbulkan akibat pensertifikatan tanah serta perubahan atau penghapusan dokumen penguasaan dan/atau pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47 dan Pasal 48 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB III KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 51 (1) Tahapan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum yang diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, tidak berlaku bagi Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Skala Kecil Pada Lokasi Yang Dapat Dipindahkan. (2) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum skala kecil pada lokasi yang dapat dipindahkan selain yang dimaksud dalam Pasal 3, dapat dilakukan dengan cara langsung oleh Perangkat Daerah yang memerlukan tanah dengan Pihak yang Berhak, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak. (3) Perangkat Daerah yang memerlukan tanah dalam melaksanakan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik dalam menentukan nilai jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak. (4) Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan tata ruang wilayah.

- 33 - Pasal 52 (1) Perangkat Daerah yang memerlukan tanah dapat membuat telaahan staf atau kajian kelayakan/ penentuan/pemilihan lokasi dengan menggunakan jasa konsultansi. (2) Kajian kelayakan/penentuan/pemilihan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah yang memerlukan tanah. (3) Perangkat Daerah yang menyusun telaahan staf atau kajian kelayakan/penentuan/pemilihan lokasi bertanggungjawab terhadap pemilihan lokasi. (4) Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dapat menggunakan kajian kelayakan lokasi yang disusun oleh Perangkat Daerah yang memerlukan tanah. (5) Dalam hal Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah tidak menggunakan kajian kelayakan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Daerah yang melaksanakan pengadaan tanah dapat menggunakan sayembara. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 53 Pengadaan tanah yang telah dianggarkan sampai Tahun Anggaran 2018 pada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengadaan tanah sebelum Peraturan Walikota ini berlaku, tetap menjalankan tugasnya dalam melaksanakan pengadaan tanah.

- 34 - BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 54 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tangerang Selatan. Ditetapkan di Tangerang Selatan pada tanggal 8 Desember 2017 WALIKOTA TANGERANG SELATAN, TTD AIRIN RACHMI DIANY Diundangkan di Tangerang Selatan pada tanggal 8 Desember 2017 SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN, TTD MUHAMAD BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 NOMOR 51