Indonesian Physical Review Volume 2 Issue 1, January 2019 P-ISSN: , e-issn:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM DAN INTENSITAS GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO)

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) dan Intensitas Gempabumi berdasarkan Data Gempabumi Terasa Tahun di Kabupaten Bantul Yogyakarta

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM DAN INTENSITAS GEMPABUMI KECAMATAN ARJOSARI PACITAN JAWA TIMUR

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

MIKROZONASI PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM MENGGUNAKAN METODE KANAI (1966) DAN INTENSITAS GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK

Unnes Physics Journal

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

MIKRO-ZONASI TINGKAT POTENSI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BENGKULU UNTUK MENDUKUNG MITIGASI BENCANA (BAGIAN I)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG

STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) ABSTRAK

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Unnes Physics Journal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Keywords: circle method, intensity scale, P wave velocity

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR)

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

GEMPABUMI DIRASAKAN DI KENDARI TAHUN DALAM SKALA INTENSITAS

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIASI SPASIAL GETARAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI (STUDI KASUS: RANGKAIAN GEMPABUMI SUMATERA UTARA 9-13 FEBRUARI 2017)

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

MIKROZONASI PERCEPATAN GETARAN TANAH M MAKSIMUM MENGGUNAKAN METODE KANAI (1966) DAN INTE ENSITAS GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK

NILAI PERCEPATAN MAKSIMUM GERAKAN TANAH DAERAH JAWA BAGIAN BARAT

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU SUMATRA,JAWA DAN BALI (INDONESIA BAGIAN BARAT)

Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

ANALISA KOMPARATIF PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM AKIBAT GEMPABUMI M6.3 DI SELAT MENTAWAI BERDASARKAN RUMUSAN EMPIRIS GROUND MOTION PREDICTION EQUATION

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( )

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: SARIF HIDAYAT NIRM: E

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

ANALISIS PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH YOGYAKARTA DENGAN METODE ATENUASI PATWARDHAN

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

IDENTIFIKASI KERENTANAN DINDING BENDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIKROSEISMIK (STUDI KASUS BENDUNGAN JATIBARANG, SEMARANG) Skripsi

Transkripsi:

Indonesian Physical Review Volume 2 Issue 1, January 2019 Mikrozonasi Gempabumi di Desa Medana dan Jenggala Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Menggunakan Metode Mikroseismik Rahmatul Fatimah 1, Teguh Ardianto 2, Nurul Qomariyah 3 1 Faculty of Science, Mataram University, Indonesia. E-mail: fatimfisika14@gmail.com 2 Faculty of Science, Mataram University, Indonesia. E-mail: tardianto@yahoo.com 3 Faculty of Science, Mataram University, Indonesia. E-mail: nurulqomariyah@unram.ac.id INFO ARTIKEL Kata Kunci : mikrotremor, indeks kerentanan seismik, GSS, intensitas gempa. Cara Sitasi : Fatimah, R., Ardianto., Qomariyah, N. (2019). Mikrozonasi Gempabumi di Desa Medana dan Jenggala Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Menggunakan Metode Mikroseismik. Indonesian Physical Review, 2(1), 18-26 DOI : https://doi.org/10.29303/i pr.v2i1.19 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendapatkan peta mikrozonasi gempabumi di Desa Medana dan Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara berdasarkan nilai GSS (Ground Shear Strain) dan intensitas gempa dalam skala MMI (Modified Mercalli Intensity). Data mikrotremor dianalisis menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) untuk mendapatkan nilai frekuensi dominan dan faktor amplifikasi di setiap titik pengukuran, dari nilai tersebut digunakan sebagai data awal untuk mendapatkan nilai periode dominan, indeks kerentanan seismik (K g ), percepatan getaran tanah maksimum menggunakan metode Kanai, nilai GSS serta Intensitas gempa diperoleh menggunakan metode Wald. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai GSS didapatkan nilai yang bervariasi untuk setiap desa, Desa Medana memiliki nilai GSS (0,465 x 10-4 9,06 x 10-4 ) dan Desa Jenggala (0,337 x 10-4 42,73 x 10-4 ). ini menunjukkan bahwa Desa Jenggala memiliki tingkat kerawanan lebih tinggi terhadap gempabumi dibandingkan dengan Desa Medana. Intensitas gempa pada kedua desa tersebut berada pada skala III, IV, V, dan VI (MMI) yang termasuk dalam tingkat kerawanan yang rendah hingga menengah. Copyright 2019 IPR. All rights reserved.. Pendahuluan Gempabumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi di litosfer [1]. Salah satu penyebab gempabumi adalah tectonic force yang berkaitan erat dengan pembentukan patahan (fault) atau geologi suatu daerah. Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Pulau Lombok berada di depan jalur tumbukan aktif yang merupakan pusat gempa. Pulau Lombok juga memiliki kondisi tanah yang bersifat lepas, tebal, mempunyai akuifer, kondisi geologi struktur kekar dan sesar [2]. Dari kondisi geologi ini, maka Pulau Lombok mempunyai potensi yang cukup besar terhadap gempabumi. Salah satu tahap dasar untuk memperkirakan bahaya seismik yang mungkin terjadi adalah mikrozonasi daerah setempat, yang memberikan analisa bahaya seismik dasar dari suatu wilayah untuk mengurangi dampak bencana gempabumi. 18

Indonesian Physical Review. 2(1): 18-26 Meita Aulia Sari [3] berhasil melakukan pemetaan mikrozonasi gempabumi di Kabupaten Bantul (Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Dlingo) serta Kabupaten Gunungkidul (Kecamatan Panggang dan Playen) menggunakan data mikrotremor berbasis metode HVSR untuk mendapatkan nilai GSS dan intensitas gempa. Dengan menggunakan metode yang hampir serupa Fitriyani [1] mendapatkan distribusi spasial nilai GSS pada 3 Kecamatan di daerah Kabupaten Lombok Utara yaitu Kecamatan Pemenang, Tanjung, dan Gangga yang menyatakan tingkat kerawanan gempabumi di tiga daerah tersebut daerah Pemenang memiliki tingkat kerawanan paling tinggi sedangkan pada Kecamatan Tanjung memiliki tingkat kerawanan paling rendah. Metode Serupa juga telah dilakukan oleh Kurniawan [4], di Kotamadya Denpasar dan sekitarnya oleh Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung menggunakan mikrotremor single station. Pemetaan ini dilakukan untuk memetakan daerah rawan resiko di daerah penelitian berdasarkan hasil pengolahan data mikrotremor menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) dengan bantuan software geopsy. Berdasarkan pengolahan data mikrotremor daerah Kotamadya Denpasar dan sekitarnya menunjukan bagian selatan daerah penelitian memiliki potensi kerusakan lebih tinggi dibandingkan dengan bagian utara saat terjadi gempabumi. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa gempa Lombok yang terjadi berpusat di Kabupaten Lombok Utara dan kecamatan tanjung merupakan salah satu daerah yang mengalami kerusakan parah, sehingga perlu dilakukan pemetaan mikrozonasi di daerah tersebut dengan metode yang tepat. Dalam penelitian ini penentuan peta mikrozonasi pada lokasi penelitian dilakukan untuk memberikan informasi awal mengenai daerah-daerah yang rawan terhadap gempabumi pada 2 desa di Kecamatan Tanjung, yaitu Desa Medana dan Desa Jenggala. Penentuan tingkat kerawanan menggunakan data mikrotremor yang dianalisis menggunakan Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) untuk mendapatkan nilai dari parameterer GSS yang didapatkan dari indek kerentanan seismik dan nilai percepatan getaran tanah maksimum yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan besarnya intensitas gempa (tingkat kerawanan) yang dialami tempat tersebut [3]. Sehingga dapat dijadikan sebagai data dasar dalam perencanaan dan pengembangan wilayah serta sebagai langkah awal untuk mengurangi resiko bencana alam khususnya gempabumi. Teori Gempabumi merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan penjalaran gelombang seismik. Pada dasarnya ada dua jenis gelombang yang dilepas pada saat terjadi gempa, yaitu gelombang seismik yang merambat melalui interior bumi disebut sebagai body wave, dan yang merambat melaui permukaan bumi yang disebut surface wave [5]. Dalam kajian teknik kegempaan, litologi yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi bila digoncang gelombang gempabumi, karena akan mengalami penguatan (amplifikasi) gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan batuan yang lebih kompak. Secara umum, mikrozonasi mikrotremor dapat dikatakan sebagai proses untuk memperkirakan respon dan tingkah laku dari lapisan tanah atau sedimen terhadap 19

adanya gempabumi [6]. Beberapa parameter untuk memetakan mikrozonasi mikrotremor suatu wilayah adalah: 1. Periode dominan memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan kedalaman lapisan sedimen lunak [7]. Periode yang tinggi menunjukkan sedimen lunak yang tebal dan sebaliknya periode yang rendah menunjukkan sedimen lunak yang tipis. Daerah yang memiliki periode dominan tinggi umumnya memiliki kerentanan untuk mengalami kerusakan wilayah yang cukup tinggi jika terlanda gempabumi. Hal ini dikarenakan periode dominan berbanding lurus dengan nilai penguatan goncangan / amplifikasi. 2. Indeks kerentanan seismik merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan suatu daerah terhadap ancaman resiko gempabumi. Indeks kerentanan seismik berbanding lurus terhadap kerusakan akibat gempabumi. Nilai indeks kerentanan seismik dapat diperoleh dengan persamaan: Keterangan : K g = Indeks Kerentanan Seismik (s 2 /cm) A = Amplifikasi f g = Frekuensi dominan (Hz) 3. Percepatan getaran tanah maksimum atau PGA (Peak Ground Acceleration) adalah nilai percepatan getaran oleh gelombang gempabumi. Dengan demikian semakin besar nilai percepatan getaran tanah maksimum maka gempabumi yang bersangkutan dianggap semakin kuat, energi besar dan dianggap semakin banyak membuat kerusakan. Persamaan Kanai merupakan salah satu persamaan empiris yang digunakan dalam perhitungan percepatan tanah. Persamaan ini diterapkan di California dan Jepang, dengan bentuk persamaan sebagai berikut : (1) (2) Keterangan : α = Percepatan getaran tanah maksimum (cm/s 2 ) T g = Periode dominan (s) M = Magnitudo (SR) R = Jarak hiposenter (km) Dengan p = (1,66 + 3,6R) 4. GSS merupakan kemampuan suatu material lapisan tanah untuk meregang dan bergeser saat terjadi gempabumi. Daerah-daerah yang memiliki nilai GSS tinggi memiliki resiko tinggi terhadap gerakan tanah akibat gempabumi, seperti penurunan tanah, getaran tanah, dan peregangan tanah. Untuk menghitung GSS lapisan tanah permukaan di suatu tepat saat terajdi gempabumi, Nakamura [7] 20

Indonesian Physical Review. 2(1): 18-26 mengalikan antara indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor dengan percepatan tanah maksimum yang dirumuskan sebagai berikut [3] : Keterangan : γ = GSS K g = Indeks kerentanan seismik (s 2 /cm) = Percepatan getaran tanah maksimum (cm/s 2 ) 5. Intensitas gempabumi digunakan untuk mengukur tingkat getaran tanah berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa. Gempa besar yang terjadi dapat menyebabkan perubahan pada susunan alami permukaan bumi atau kerusakan berat pada struktur buatan manusia seperti bangunan, jembatan, dan bendungan. Gempa kecil pun dapat menyebabkan ketidakseimbangan bahkan kerusakan pada bangunan, jika konstruksi atau penggunaan material pada bangunan tersebut buruk. Intensitas gempa dinyatakan dalam bentuk skala Mercally yang biasa disebut MMI (Modified Mercally Intensity). Skala ini diusulkan oleh G. Mercalli pada tahun 1902 yang berisi 12 tingkatan dari akibat yang ditimbulkan gempabumi, dimulai dari yang lemah sampai yang kuat. Terdapat hubungan secara empiris dari nilai percepatan tanah maksimum dengan skala intensitas dalam MMI, seperti diberikan oleh persamaan Wald [8] berikut ini: Keterangan : IMM = Intensitas Gempa = Percepatan getaran tanah maksimum (cm/s 2 ) (3) (4) Metode Penelitian Pengambilan data berupa pengukuran mikrotremor dalam bentuk transient sinyal seismik berdomain waktu di Desa Medana dan Desa Jenggala. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar (1). Data yang digunakan adalah data primer berupa data mikrotremor. Pengukuran mikrotremor ini dilakukan untuk mendapatkan nilai indeks kerentanan seismik. Teknik survey mikrotremor yang dilakukan mengacu kepada standar SESAME European Research Project 2004. Data Sekunder untuk pengambilan data didapatkan dari katalog gempabumi yang terdiri dari : koordinat episenter, waktu kejadian gempabumi, kedalaman, dan magnitudo. Data Katalog ini ini bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)[9]. 21

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Data seismik yang diperoleh dari lapangan dianalisis untuk mendapatkan nilai frekuensi dan amplitudo. Data ini kemudian diolah dengan proses HVSR sehingga menghasilkan rata-rata spektrum mikrotremor seperti yang ditunjukkan gambar (2). Dari spektrum ini dapat diketahui nilai frekuensi dominan (f g ) dan puncak spektrum mikrotremor (A) di lokasi pengukuran. Dari nilai frekuensi dominan dan amplifikasi, maka dapat dketahui nilai indeks kerentanan seismik dengan persamaan (1). Gambar 2. Grafik Frekuensi dan Amplifikasi dari HVSR Nilai PGA didapatkan dari katalog gempa yang didownload pada website BMKG. Sebelum menghitung nilai ini, diperlukan pula nilai periode dominan yang diperoleh dari pengukuran mikrotremor sebelumnya yang mengahsilkan nilai frekuensi dominan. Setelah mendapatkan nilai periode dominan, maka nilai PGA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan empiris Metode Kanai (persamaan 2)[10]. 22

Indonesian Physical Review. 2(1): 18-26 Setelah diperoleh nilai indeks kerentanan seismik dan nilai PGA, maka didapatkan nilai GSS. Setelah ini peta kontur tersebut diubah menjadi peta mikrozonasi GSS sebagai peta mikrozonasi gempa bumi dengan menggunakan software Surfer 10. Untuk menghitung Intensitas Gempa didapatkan dengan menggunakan persamaan 4. Setelah itu didaptkan peta kontur untuk menvisualisasikan (mikrozonasi) intensitas gempa dengan menggunakan software Surfer 10. Hasil dan Diskusi Dari pengolahan data didapatkan nilai beberapa parameter yaitu periode dominan, indek kerentanan seismik (K g ), PGA, GSS, dan intensitas gempa untuk peta mikrozonasi gempabumi di Desa Medana dan Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Periode dominan di lokasi penelitian memiliki nilai minimum 0,07 sekon dan nilai maksimum 1,59 sekon yang tersebar di 30 titik pengamatan. Nilai periode dominan tertinggi berada pada Desa Jenggala, sedangkan periode dominan rendah berada pada Desa Medana. Periode dominan diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan gelombang mikrotremor untuk merambat melewati lapisan endapan sedimen permukaan atau mengalami satu kali pemantulan terhadap bidang pantulnya ke permukaan, dimana bidang pantul tersebut merupakan batas antara lapisan sedimen dengan batuan dasar. Dari periode dominan yang didapat digunakan untuk menentukan parameter lainnya, dalam hal ini untuk menentukan nilai indeks kerentanan seismik. Pada daerah penelitian menghasilkan nilai indeks kerentanan (K g ) yang bervariasi antara (0,3x10-6 173,033x10-6 ) s 2 /cm. Desa Medana memiliki nilai indeks kerentanan seismik yang rendah yaitu sebesar(0,6x10-6 22,15x10-6 ) s 2 /cm, Desa Jenggala memiliki nilai indeks kerentanan seismik tinggi yaitu sebesar (0,3x10-6 173,03x10-6 ) s 2 /cm. Nilai indeks kerentanan seismik yang bervariasi ini berkaitan dengan kondisi geomorfologis dan geologi daerah penelitian. Nilai indeks kerentanan seismik yang tinggi akan mengindikasikan daerah tersebut akan mengalami kerusakan besar akibat guncangan gempabumi. Sedangkan untuk nilai indeks kerentanan seismik yang rendah mengindikasikan daerah tersebut jarang mengalami kerusakan. Nilai PGA didapat menggunakan persamaan (2). Analisis percepatan getaran tanah menggunakan metode Kanai menghasilkan nilai PGA akibat gempa Lombok 22 Juni 2013 sebesar 23,79 114,06 cm/s 2. Distribusi spasial nilai PGA tertinggi terletak pada wilayah Desa Medana dengan nilai PGA yaitu sebesar 114,063 cm/s 2, sementara nilai PGA terendah terletak pada wilayah Desa Jenggala dengan nilai PGA sebesar 23,788 cm/s 2. Nilai PGA yang didapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai GSS berdasarkan persamaan (3). Desa Medana didominasi oleh nilai GSS rendah, sedangkan pada Desa Jenggala didominasi oleh nilai GSS tinggi. Distribusi spasial nilai GSS pada 2 desa bervariasi, yaitu (0,37 42,37)x10-4. Karena Desa Jenggala memiliki nilai indeks kerentanan seismik tinggi, maka nilai GSS pada Desa Jenggala juga tinggi, dengan nilai GSS maksimum sebesar 42,37 x 10-4, pada Desa Medana nilai GSS berkisar antara (0,465 9,06) x 10-4 yang memiliki nilai GSS yang rendah. 23

Intensitas gempa pada suatu tempat diklasifikasikan berdasarkan efek yang terlihat akibat gempa yang terjadi. Nilai intensitas gempa dipengaruhi oleh nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA), semakin tinggi nilai PGA maka nilai intensitas gempa semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya. Pada peta kontur gambar (3) terlihat bahwa Desa Medana didominasi oleh nilai intensitas gempa tinggi, sedangkan pada Desa Jenggala didominasi oleh nilai intensitas gempa rendah. Apabila hasil ini dibandingkan dengan tingkat kerusakan gempa yang pernah terjadi pada lokasi penelitian pada tanggal 22 Juni 2013 yang menyebabkan banyak kerusakan, terlihat bahwa nilai GSS rendah hingga sedang inilah yang mengalami kerusakan parah yaitu pada Desa Medana. Sementara daerah dengan nilai GSS tinggi yang terletak pada Desa Jenggala hanya sedikit mengalami kerusakan akibat gempabumi. Untuk nilai intensitas gempabumi, Desa Medana dan Desa Jenggala memiliki nilai intensitas gempabumi yang rendah hingga menengah. Nilai intensitas gempabumi dipengaruhi oleh percepatan getaran tanah maksimum pada lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan bangunan akibat gempabumi tidak hanya ditunjukkan oleh kondisi geologi dan geomorfologi daerah tersebut, namun juga ditentukan oleh struktur bangunan serta interaksi antara kondisi geologi dan geomorfologi dengan struktur bangunan Gambar 3. Peta Kontur Intensitas Gempa. 24

Indonesian Physical Review. 2(1): 18-26 Nilai intensitas gempa pada Desa Medana memiliki nilai intensitas rendah hingga menengah yaitu pada skala IV-VI MMI. Pada Desa Jenggala memiliki nilai intensitas gempa yang rendah hingga menengah yaitu pada skala III-VI MMI. Pada kondisi geologi, Desa Jenggala memiliki jenis tanah lunak yang dapat meningkatkan kerawanan terhadap gempabumi. Berdasarkan nilai GSS (Ground Shear Strain) dan intensitas gempa, dari 2 Desa yang termasuk ke dalam daerah penelitian memiliki titik-titik kerawanan yang rawan terhadap bencana gempabumi dan Desa yang memiliki kerawanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Medana adalah Desa Jenggala dengan nilai GSS maksimum sebesar 42,73 x 10-4 dan nilai intensitas gempa maksimum pada Skala VI MMI. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Desa Jenggala memiliki tingkat resiko gempabumi yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa jenggala dengan nilai GSS maksimum sebesar 42,73 x 10-4 dan nilai intensitas gempa maksimum pada Skala VI MMI Daftar Pustaka [1] Fitriyani. 2016. Penentuan Zona Rawan Guncangan Gempa Bumi Berdasarkan Analisis Nilai GSS (Ground Shear Strain) Di Tiga Kecamatan Kabupaten Lombok Utara. Mataram : Universitas Mataram. [2] Fulki, Ahmad. 2011. Analisis Parameter Gempa, b Value dan PGA di Daerah Papua. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. [3] Sari, Meita Aulia. 2016. Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Intensitas Gempabumi Di Kawasan Jalur Sesar Sungai Oyo Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. [4] Kurniawan, Riski, Marinda Noor Eva, Marjiyono, dan Sismanto. (2017). Pemetaan Daerah Rawan Resiko Gempa Bumi Menggunakan Metode HVSR Di Kotamadya Denpasar dan Sekitarnya, Bali. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. [5] Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur Bagian dalam Bumi.Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara. [6] Arifin, Satria Subkhi. 2013. Penentuan Zona Rawan Guncangan Bencana Gempa Bumi Berdasarkan Analisis Nilai Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah Liwa dan Sekitarnya. Universitas Lampung. Bandar Lampung. [7] Nakamura, Yuuichi. 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura s Technique and Its Application. Japan : Tokyo University. 25

[8] Wald d. J., Quitoriano V., Heaton T. H., and Kanamori H. 1999. Relationships between Peak Ground Acceleration, Peak Ground Velocity, and Modified Mercalli Intensity in California. Earthquake Spectra, 15, No.3. [9] Ibrahim, G. dan Subardjo. 2004. Seismologi. Jakarta : BMKG. [10] Kanai, Kei. 1983. Engineering Seismology. Japan : Tokyo University. 26