Prakiraan Musim Hujan 2018/ 2019 Provinsi Jawa Barat Musim BMKGHujan Tahun 2009/2010 Wilayah Jawa Barat. Buletin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

P E N G A N T A R. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I FEBRUARI 2017

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II FEBRUARI 2017

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II OKTOBER 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II JUNI 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II SEPTEMBER 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III FEBRUARI 2017

Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Analisis Hujan Bulan Oktober 2012 Iklim Mikro Bulan Oktober 2012

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II AGUSTUS 2017

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III DESEMBER 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

UPDATE DASARIAN III MARET 2018

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Agustus Volume V - No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, September 2017 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, GOEROEH TJIPTANTO, M.T.I NIP

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JUNI 2017

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

Transkripsi:

i

PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal September. Informasi yang disajikan dalam Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 wilayah Jawa Barat ini meliputi Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019, Perbandingan antara Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 terhadap Rata-ratanya atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), dan Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Hujan 2018/2019. Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanannya, BMKG telah mengidentifikasi khusus untuk wilayah Jawa Barat terbagi menjadi : a. Daerah - daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, disebut Zona Musim (ZOM) sebanyak 36 ZOM b. Daerah - daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Non Zona Musim (Non ZOM) sebanyak 2 Non ZOM Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dapat dirangkum informasi Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 yaitu Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 umumnya terjadi pada bulan Oktober hingga November 2018, Prakiraan Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 umumnya Mundur dari normalnya dan Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 umumnya Normal (N) hingga Bawah Normal (BN). Demikian diharapkan Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 ini bermanfaat dalam mendukung berbagai kegiatan terkait. Bogor, Agustus 2018 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR Drs. BUDI SUHARDI, DEA NIP. 196102271987031001 i

DAFTAR ISI PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM.. i ii iii iv v vi I. PENDAHULUAN.. 1 Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia. 2 II. RINGKASAN. 4 III. A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut.. 4 B. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Zona Musim Jawa Barat... 6 C. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Wilayah Non ZOM (Luar Zona Musim )... PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2018/2019 WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) JAWA BARAT.. 7 A. Gambaran Umum Geografi Wilayah dan Iklim... 7 B. Prakiraan Hujan Musim Hujan 2018/2019... 10 B.1 Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019... 10 B.2 Perbandingan Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-ratanya... B.3 Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019... C. Peta Prakiraan Hujan Musim Hujan 2018/2019... C.1 Peta Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019... C.2 Peta Perbandingan Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-ratanya... C.3 Peta Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019... IV. PRAKIRAAN HUJAN KUMULATIF OKTOBER 2018 MARET 2019 DAERAH NON ZONA MUSIM (NON ZOM) 19 A. Prakiraan Curah Hujan Kumulatif Oktober 2018 Maret 2019... 19 B. Prakiraan Sifat Hujan Kumulatif Oktober 2018 Maret 2019 Terhadap Rata-Ratanya (1981-2010)... 19 6 11 12 16 16 17 18 ii

LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1. Wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat... 8 Tabel 2. Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 Jawa Barat... 10 Tabel 3. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-Ratanya... 11 Tabel 4. Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 Jawa Barat... 12 Tabel 5. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Zona Musim (ZOM) Jawa Barat... 13 Daftar Peta Peta 1. Peta Wilayah Zona Musim (ZOM) JawaBarat 7 DAFTAR iii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta ZOM dan Non ZOM di Provinsi Jawa Barat..... 8 Gambar C.1 Peta Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019... 16 Gambar C.2 Peta Perbandingan Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-Ratanya... 17 Gambar C.3. Peta Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019... 18 iv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Normal Musim Hujan 1981-2010 Zona Musim di Jawa Barat. 20 Lampiran 2. Rata-rata Curah Hujan Dasarian Periode 1981-2010 Zona Musim di Jawa Barat. 21 Lampiran 3. Grafik Rata-rata Curah Hujan Dasarian Periode 1981-2010 (Milimeter) Zona Musim di Jawa Barat... 22 v

ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM 1. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. 2. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM). 3. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM. Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM. 4. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010). 5. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010). 6. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10. b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20. c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan. i

7. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010) dalam periode yang sama. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu : a. Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya. b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya. c. Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya. 8. Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan curah hujan normal, menggunakan data periode 1981-2010. ii

I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca. Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan dipengaruhi oleh fenomena El Nino/La Nina bersumber dari wilayah timur Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah/Nino34) dan Dipole Mode bersumber dari wilayah barat Indonesia (Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika), disamping pengaruh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia. Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia terdapat 407 pola kemarau, dimana 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim Kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah. Jumlah pola hujan dalam 30 tahun terakhir (periode 1981-2010) sebanyak 342 pola hujan tersebut, merupakan hasil pemutakhiran pola iklim sebelumnya (periode 1971-2000) yang berjumlah 293 pola hujan, dimana 220 pola merupakan Zona Musim (ZOM) dan 73 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Dari 342 Zona Musim dimaksud, sebanyak 9 ZOM memiliki pola hujan kebalikan dengan daerah zona musim pada umumnya (pola monsun), dimana pada dae rah pola monsun mengalami musim kemarau, di daerah 9 ZOM tersebut mengalami musim hujan, demikian sebaliknya. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-108 48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten dan DKI Jakarta serta sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Daratan di Provinsi Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100-1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0-10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 ºC di Puncak Gunung Pangrango dan 34 ºC di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun Berdasarkan hasil analisis data periode terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Jawa Barat terdapat 38 pola hujan, dimana 36 pola merupakan Zona Musim (ZOM) dan 2 daerah Non Zona Musim (Non ZOM). 1

Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia 1. El Nino dan La Nina El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomaly suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Sementara itu dampak pengaruh El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino yang berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat, El Nino tidak menyebabkan kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia. 2. Dipole Mode Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat. 3. Sirkulasi Monsun Asia Australia Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya menaikan pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. 2

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan. 5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer. 3

II. RINGKASAN A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia. Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Hujan 2018/2019, adalah : 1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD a. El Nino Southern Oscillation (ENSO) Sejak bulan April tahun 2018, kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino 3.4) berada pada kondisi netral/ normal, kondisi ini diprediksi berlanjut hingga Agustus/September 2018 kemudian akan menghangat menuju kondisi El Nino lemah hingga moderate pada akhir tahun 2018. Pada akhir Juli 2018 indeks Nino3.4 berada pada kondisi Netral dengan indeksnya bernilai +0.28. Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi El Nino Lemah hingga Moderate akan terbentuk pada akhir tahun 2018. Dalam kaitan ini memberikan indikasi bahwa awal Musim Hujan 2018/2019 di Wilayah Indonesia akan sedikit terpengaruh prediksi kondisi El Nino. Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Maret 2018 sampai dengan Juli 2018 umumnya bernilai positif namun kurang dari 5, nilai ini menunjukkan kondisi netral. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat berpengaruh kurang signifikan ke wilayah Indonesia. b. Indian Ocean Dipole (IOD) Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0.22 (Mei 2018); - 0.14 (Juni 2018) dan +0.14 (Juli 2018). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Agustus hingga Oktober 2018 berkisar pada nilai 0 s/d +0.4. Nilai ini berada pada kondisi normal. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Hujan 2018/2019, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi Normal. 2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ, dan Suhu Permukaan Laut Indonesia a. Sirkulasi Monsun Asia Australia Hingga akhir Juli 2018 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya masih dalam kisaran normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb untuk wilayah Indonesia bagian selatan bertiup dari arah timur dan tenggara, sedangkan di wilayah 4

Indonesia bagian utara angin berbelok dari arah tenggara ke timur laut. Diprakirakan bahwa monsun Australia diprediksi masih kuat hingga September 2018. b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ) Posisi ITCZ pada akhir Juli 2018 dominan masih berada di utara ekuator dan akan bergerak ke arah selatan menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim hujan di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah masing-masing. c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia Hingga akhir Juli 2018, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi netral dengan anomali suhu berkisar -1 C s/d +1 C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan sebelah barat Sumatera, sekitar kepulauan Maluku, dan utara Papua Barat yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1 C. Sementara anomali suhu permukaan lautnya hingga -2 C terjadi di perairan di selatan Jawa dan Bali. Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Hujan 2018/ 2019 diprakirakan sebagai berikut : 1) Wilayah perairan Indonesia bagian barat dan tengah umumnya diprakirakan akan relatif normal cenderung hangat hingga Oktober 2018 dengan anomali suhu berkisar -0.5 C s/d +0.5 C. 2) Wilayah perairan Indonesia timur seperti Laut Banda dan perairan sekitar Papua umumnya diprakirakan akan lebih hangat dengan anomali suhu permukaan laut hingga +2 C. 5

B. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 pada 36 Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat 1. Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 - September 2018 : 1 ZOM ( 2,8% dari 36 ZOM) - Oktober 2018 : 11 ZOM (30.6% dari 36 ZOM) - November 2018 : 18 ZOM ( 50% dari 36 ZOM) - Desember 2018 : 6 ZOM (16,7% dari 36 ZOM) 2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-Ratanya (Periode 1981 2010) - Maju dari rata-ratanya : 1 ZOM ( 3 % dari 36 ZOM) - Sama dengan rata-ratanya : 5 ZOM (14% dari 36 ZOM) - Mundur dari rata-ratanya : 30 ZOM (83% dari 36 ZOM) 3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 - Normal (N) : 21 ZOM (58% dari 36 ZOM) - Bawah Normal (BN) : 15 ZOM (42% dari 36 ZOM) Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 di wilayah Jawa Barat secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Awal Musim Hujan 2018/2019 di 36 Zona Musim (ZOM) diprakirakan umumnya mulai Oktober 2018 sebanyak 11 ZOM (30,6%), November 2018 sebanyak 18 ZOM (50%) dan sebagian kecil daerah lainnya awal musim hujannya pada bulan September 2018 sebanyak 1 ZOM (2,8 %) dan Desember 2018 sebanyak 6 ZOM (16,7%). 2. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010) di 36 Zona Musim, Awal Musim hujan 2018/2019 diprakirakan pada umumnya mundur dari rataratanya yaitu 30 ZOM ( 83%), sama dengan rata-ratanya sebanyak 5 ZOM ( 14%) dan maju dari rata-ratanya sebanyak 1 ZOM (3%). 3. Sifat Hujan selama musim hujan 2018/2019 di sebagian besar Zona Musim (ZOM) pada umumnya diprakirakan Normal (N) sebanyak 21 ZOM ( 58%) dan sifat hujan Bawah Normal (BN) sebanyak 15 ZOM (42%). C. Prakiraan Hujan Kumulatif Periode Oktober 2018 Maret 2019 di Luar Zona Musim (Non ZOM) 1. Curah hujan kumulatif selama periode Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 di wilayah luar Zona Musim, diprakirakan antara > 2000 mm, wilayah Non Zona Musim ( Non ZOM) yang diprakirakan tersebut meliputi wilayah sebagian besar Kabupaten dan Kota Bogor. 2. Sifat hujan kumulatif selama periode Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 di wilayah luar Zona Musim diprakirakan Normal (N) hingga Bawah Normal (BN). 6

III. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2018/2019 PADA ZONA MUSIM (ZOM) DI JAWA BARAT A. Gambaran Umum Geografi Wilayah dan Iklim Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-108 48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan Banten serta DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, antara Samudera Indonesia di Selatan dan Selat Sunda di barat. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km² atau 4.435.461 Ha. Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100-1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0-10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 ºC di Puncak Gunung Pangrango dan 34 ºC di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun. Propinsi ini memiliki banyak objek unggulan di bidang perkebunan, antara lain teh, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, kopi, tebu, dan akar wangi. Dari semua jenis komoditas itu, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan nasional asal Jawa Barat. Dari sisi lahan, produktivitas terbaik yakni luas areal tanam sama dengan Iuas tanaman yang menghasilkan adalah komoditas tembakau dan tebu. Dari sisi produksi, produktivitas terbanyak adalah kelapa sawit (6,5 ton/ha) dan tebu(5,5ton/ha). 7

Untuk memberi penggambaran yang detil secara pewilayahan di bawah ini disajikan peta dan tabel wilayah 36 Zona Musim (ZOM) wilayah Jawa Barat sebagai berikut : Gambar 1. Peta ZOM dan Non ZOM di Provinsi Jawa Barat Tabel 1. Wilayah Zona Musim (ZOM) Jawa Barat sebagai berikut : NO ZOM DAERAH / KABUPATEN NO ZOM DAERAH / KABUPATEN 60 61 Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut 66 Karawang/Bekasi bagian selatan, Bogor utara bagian timur, Purwakarta bagian utara 67 Sukabumi bagian barat 64 Karawang/ Bekasi bagian utara 68 Cianjur/Sukabumi bagian selatan 65 Karawang bagian tengah, Bekasi utara bagian timur 69 Sebagian Sukabumi tengah dan Cianjur bagian tengah 8

Tabel 1 (Lanjutan) NO ZOM DAERAH / KABUPATEN NO ZOM DAERAH / KABUPATEN 70 Sukabumi bagian utara 84 Bandung bagian tengah 71 72 73 74 75 76 77 Sukabumi utara bagian timur, Cianjur tengah, Bandung bagian barat Bogor Selatan bagian timur, Sukabumi utara bagian timur, Cianjur utara bagian barat. Cianjur bagian utara, Bandung bagian utara Subang bagian selatan, Sumedang bagian barat, Bandung bagian utara, Purwakarta bagian selatan Subang bagian tengah, Purwakarta bagian utara Subang bagian utara, Karawang bagian barat Indramayu Barat bagian utara, Subang Utara bagian timur 85 Bandung bagian selatan, Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan 86 Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan. 87 88 89 90 91 78 Indramayu Timur bagian utara 92 79 80 81 82 83 Indramayu Timur bagian selatan, Cirebon bagian utara Indramayu Barat bagian selatan, Subang Tengah bagian timur Majalengka bagian utara, Cirebon bagian utara Sumedang bagian tengah dan utara, Kota Bandung, Bandung bagian utara Garut Selatan bagian timur, Tasikmalaya bagian selatan, Ciamis bagian selatan Bandung bagian timur, Garut bagian tengah,tasikmalaya bagian barat Bandung Utara bagian timur, Garut bagian utara, Tasikmalaya bagian utara, Sumedang bagian selatan Kuningan bagian selatan, Ciamis bagian utara, Majalengka bagian selatan, Sumedang bagian timur Kuningan bagian barat, Majalengka bagian tengah Cirebon bagian tengah, Kuningan bagian utara 93 Tasikmalaya bagian utara, Ciamis bagian utara 94 Ciamis bagian tengah, Tasikmalaya Tengah bagian barat 95 Kuningan bagian timur, Brebes bagian tengah, Tegal bagian barat 96 Cirebon bagian timur, Brebes bagian utara 100 Tasikmalaya bagian tengah, Ciamis bagian selatan, Garut selatan bagian timur 9

B. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 di Wilayah Jawa Barat B.1 Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 Awal Musim Hujan 2018/2019 pada wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat diprakirakan berkisar antara bulan September s/d Desember 2018. Sebanyak 1 wilayah ZOM awal musim hujan pada bulan September dasarian III, sebanyak 11 wilayah ZOM awal musim hujan pada bulan Oktober dasarian I-III, sebanyak 18 wilayah ZOM awal musim hujan pada bulan November dasarian I-III, serta sebanyak 6 wilayah ZOM awal musim hujan pada bulan Desember dasarian I-II. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 AWAL MUSIM HUJAN Dasarian III September 2018 Dasarian I-III Oktober 2018 Dasarian I III November 2018 URAIAN Bogor bagian selatan, Sukabumi bagian utara, Cianjur utara bagian barat Sukabumi barat dan selatan, Cianjur timur, selatan dan utara, Purwakarta selatan, sebagian besar Bandung, Subang selatan, Garut selatan bag. barat dan timur, Sumedang barat, sebagian besar Tasikmalaya, sebagian besar Ciamis, Banjar, Pangandaran. Bogor utara, Depok, Bekasi selatan, dan timur, Sebagian besar Karawang, Purwakarta utara, Cianjur tengah dan timur bag.selatan, sebagian besar Garut, Bandung barat dan timur, sebagian besar Subang, sebagian besar Sumedang, Majalengka, Indramayu selatan, sebagian besar Cirebon, Kuningan, Ciamis utara, Tasikmalaya utara, Pangandaran timur. Dasarian I-II Desember 2018 Bekasi bagian Bekasi, Karawang utara, Subang timur, Indramayu, Malajengka utara, Cirebon utara. 10

B.2 Prakiraan Perbandingan Awal Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata- ratanya Apabila dibandingkan dengan rata-rata awal musim hujan periode 1981-2010 sebagian besar Zona Musim Jawa Barat sama dari rata-ratanya sebanyak 5 ZOM, sebanyak 1 wilayah ZOM yang awal musim hujannya maju 2 dasarian dari rataratanya, sebanyak 12 wilayah ZOM awal musim hujannya mundur 1 dasarian dari rata-ratanya, sebanyak 13 wilayah ZOM awal musim hujannya mundur 2 dasarian dari rata-ratanya. sebanyak 5 wilayah ZOM awal musim hujannya mundur 3 dasarian dari rata-ratanya Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Perbandingan Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 PERBANDINGAN AWAL MUSIM HUJAN Maju 2 Dasarian (Lebih Cepat 2 Dasarian) Sama dengan Rata-ratanya Mundur 1 Dasarian (Lebih Lambat 1 Dasarian) Mundur 2 Dasarian (Lebih Lambat 2 Dasarian) Mundur 3 Dasarian (Lebih Lambat 3 Dasarian) URAIAN Bekasi timur bag.tengah, Karawang tengah. Bekasi utara, Subang utara bag.timur, Indramayu utara bag.timur, Cianjur timur, Garut timur, Bandung selatan, Kuningan timur, Cirebon selatan. Cianjur utara, sebagian besar Bandung, sebagian besar garut, Sumedang selatan dan timur, Tasikmalaya utara, sebagian besar Majalengka, sebagian besar Cirebon, sebagian besar Kuningan, sebagian besar Ciamis, Banjar. Bogor utara, Depok, Bekasi selatan, Karawang selatan, sebagian besar Purwakarta, sebagian besar Subang, Sukabumi barat, selatan dan tengah, Cianjur tengah dan selatan, Bandung barat dan utara, Sumedang tengah dan utara, sebagian besar Indramayu, Cirebon utara, sebagian Tasikmalaya bagian tengah, Ciamis barat dan selatan, Pangandaran tengah. Bogor selatan, Sukabumi utara dan tengah, Cianjur tengah, Subang timur bag.tengah, Indramayu selatan, Majalengka utara, Garut selatan, Tasikmalaya selatan, Pangandaran selatan dan timur. 11

B.3 Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 diprakirakan antara lain sebanyak 15 wilayah ZOM sifat hujannya Normal (N), sebanyak dan sebanyak 21 wilayah ZOM sifat hujannya Bawah Normal (BN). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2018/2019 SIFAT MUSIM HUJAN URAIAN Atas Normal (AN) Normal (N) Diprakirakan tidak Terjadi. Sebagian besar Jawa Barat. Bawah Normal (BN) Bekasi timur, Karawangan utara, Purwakarta tengah dan timur, Sebagian besar Subang, Sebagian besar Sukabumi barat, Cianjur selatan, Bandung selatan, Garut barat dan selatan, sebagian besar Indramayu, Majalengka tengah dan utara, Kuningan utara, Cirebon tengah dan utara, Tasikmalaya selatan, Pangandaran selatan dan timur. 12

Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 setiap wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat secara rinci disajikan dalam tabel 5 dibawah ini : Tabel 5. Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat NO ZOM Daerah / Kabupaten Awal Musim Hujan Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) Sifat Hujan 1 2 3 4 5 60 Jakarta Utara, Jakarta Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat Nov III Des II 0 N 61 64 65 66 Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut Karawang/ Bekasi bagian utara Karawang bagian tengah, Bekasi utara bagian timur Karawang/Bekasi bagian selatan, Bogor utara bagian timur, Purwakarta bagian utara Nov I Nov III +2 N Nov III Des II 0 BN Nov II Des I -2 BN Okt III Nov II +2 N 67 Sukabumi bagian barat Sep III Okt II +2 BN 68 69 Cianjur/Sukabumi bagian selatan Sebagian Sukabumi tengah dan Cianjur bagian tengah Okt II Nov I +2 BN Okt III Nov II +3 BN 70 Sukabumi bagian utara Okt III Nov II +3 N 71 72 73 74 Sukabumi utara bagian timur, Cianjur tengah, Bandung bagian barat Bogor Selatan bagian timur, Sukabumi utara bagian timur, Cianjur utara bagian barat Cianjur bagian utara, Bandung bagian utara Subang bagian selatan, Sumedang bagian barat, Bandung bagian utara, Purwakarta bagian selatan Okt III Nov II +2 N Sep II Okt I +3 N Okt II Nov I +1 N Okt II Nov I +2 N 13

NO ZOM Daerah / Kabupaten Tabel 5 (Lanjutan) Awal Musim Hujan Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) 1 2 3 4 5 75 76 77 Subang bagian tengah, Purwakarta bagian utara Subang bagian utara, Karawang bagian barat Indramayu Barat bagian utara, Subang Utara bagian timur Sifat hujan Okt III Nov II +2 BN Nov II Des I +2 BN Des I Des III 0 BN 78 Indramayu Timur bagian utara Nov III Des II +2 BN 79 80 81 82 83 Indramayu Timur bagian selatan, Cirebon bagian utara Indramayu Barat bagian selatan, Subang Tengah bagian barat Majalengka bagian utara, Cirebon bagian utara Sumedang bagian tengah dan utara, Kota Bandung, Bandung bagian utara Okt III Des II +2 BN Okt III Des II +3 BN Nov II Des I +1 N Nov I Nov III +2 N Okt II Nov I +1 N 84 Bandung bagian tengah Okt II Nov I +1 N 85 86 87 88 89 Bandung bagian selatan, Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan Garut Selatan bagian timur, Tasikmalaya bagian selatan, Ciamis bagian selatan Bandung bagian timur, Garut bagian tengah,tasikmalaya bagian barat Bandung Utara bagian timur, Garut bagian utara, Tasikmalaya bagian utara, Sumedang bagian selatan Nov III Okt II 0 BN Okt III Nov II +1 N Okt II Nov I +3 BN Okt III Nov II +1 N Okt III Nov II +1 N 14

NO ZOM Daerah / Kabupaten Lanjutan (Tabel 5) Awal Musim Hujan Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) 1 2 3 4 5 90 91 92 93 94 95 96 100 Kuningan bagian selatan, Ciamis bagian utara, Majalengka bagian selatan, Sumedang bagian timur Kuningan bagian barat, Majalengka bagian tengah Cirebon bagian tengah, Kuningan bagian utara Tasikmalaya bagian utara, Ciamis bagian utara Ciamis bagian tengah, Tasikmalaya Tengah bagian barat Cirebon bagian timur, Brebes bagian tengah, Tegal bagian barat Kuningan bagian timur, Brebes bagian utara Tasikmalaya bagian tengah, Ciamis bagian selatan, Garut selatan bagian timur Sifat hujan Okt III Nov II +1 N Nov I Nov III +1 BN Nov II Des I +1 BN Okt I Okt III +2 N Okt II Nov I +1 N Nov I Nov III 0 N Nov II Des I +1 N Okt I Okt III +2 N Keterangan : a. I, II, III : Menunjukkan dasarian pada bulan yang bersangkutan b. Kolom 4*) 0 : Awal Musim Hujan sama dengan rata-ratanya -1 : Awal Musim Hujan maju 1 dasarian (10 hari) dari rata-ratanya -2 : Awal Musim Hujan maju 2 dasarian (10 hari) dari rata-ratanya +1 : Awal Musim Hujan mundur 1 dasarian (10 hari) dari rata-ratanya +2 : Awal Musim Hujan mundur 2 dasarian (10 hari) dari rata-ratanya b. Kolom 5*) AN : Atas Normal ( > 115% dari rata-ratanya) N : Normal (85-115% dari rata-ratanya) BN : Bawah Normal (< 85% dari rata-ratanya) 15

C. Peta Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 di Jawa Barat Untuk memberikan penggambaran yang detil disajikan peta Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 pada Gambar C.1, Gambar C.2, dan Gambar C.3 sebagai berikut : Gambar C.1. Prakiraan Awal Musim Hujan 2018/2019 Zona Musim di Jawa Barat 16

Gambar C.2. Perbandingan Awal Musim Hujan 2018/2019 Terhadap Rata-Ratanya Zona Musim di Jawa Barat 17

Gambar C.3. Prakiraan Sifat hujan Musim Hujan 2018/2019 Zona Musim di Jawa Barat 18

IV. PRAKIRAAN HUJAN KUMULATIF PERIODE OKTOBER 2018 MARET 2019 DAERAH NON ZONA MUSIM (NON ZOM) JAWA BARAT A. PRAKIRAAN CURAH HUJAN KUMULATIF PERIODE OKTOBER 2018 MARET 2019 Sebagian besar diperkirakan wilayah Non ZOM di Jawa Barat dengan curah hujan kumulatif bervariasi dari >2000 mm. Curah hujan kumulatif selama periode Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 di daerah Non Zona Musim 26 diprakirakan berkisar antara >2000 mm ini terjadi di sebagian Kabupaten Bogor bagian barat. Sementara itu di daerah Non Zona Musim 27, curah hujan kumulatif selama Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 berkisar >2000 mm terjadi di sebagian Kota Bogor dan Kabupaten Bogor bagian tengah dan timur. B. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN KUMULATIF OKTOBER 2018 MARET 2019 TERHADAP RATA-RATANYA (1981-2010) Sifat hujan kumulatif selama periode Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 di daerah Non Zona Musim, merupakan perbandingan antara curah hujan yang diprakirakan terhadap rata-rata periode tahun 1981-2010 pada masing-masing daerah dalam periode yang sama. Sifat hujan tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu Atas Normal, Normal, dan Bawah Normal. Sifat hujan kumulatif di daerah Non Zona Musim, diprakirakan umumnya Normal (N) hingga Bawah Normal ( BN) atau diprakirakan hujannya sama hingga lebih sedikit dari rata-ratanya. 19