1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus (Piet Sahertian: 2000). Perlu dipahami bahwa Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan menerima potensi sumber daya manusia melalu berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi. Pendidikan sekolah mempunyai tujuan untuk merubah agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar sehingga tujuan pendidikan tercapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka disamping dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dapat diukur dari keberhasilan belajar peserta didik yang
2 mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar peserta didik. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa proses pembelajaran mata pelajaran IPS kelas 5 SDN 1 Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2013/2014 ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: (1) Peserta didik masih kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. (2) Hasil belajar rendah atau masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. (3) Guru masih menggunakan model pemebelajaran konvesional yaitu ceramah Dari masalah-masalah diatas merupakan masalah yang harus segera diselesaikan dalam proses pembelajaran. Dari hasil yang diperoleh dari keterangan guru kelas banyak peserta didik yang kurang aktif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran. Padahal didalam tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut peserta didik aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap materi pembelajran yang di ajarakan oleh guru. Didalam proses pembelajaran mata pelajaran yang disampaikan guru dapat tercapai apabila menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi sehinga peserta didik dapat termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa di harapakan aktif, kreatif dan inovatif dalam semua kegiatan belajar sehingga apa yang menjadi tujuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat tercapai. Pada umumnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD/MI kurang menarik dikarenakan banyaknya materi, selalu ada perubahan materi, sehingga guru didalam menyampaikan materi hanya menggunakan model ceramah untuk mencapai target materi yang harus di ajarakan, sehingga guru kurang memperhatikan apakah peserta didik nantinya bisa memahami atau mencapai apa yang diharapakan dari tujuan pembelajaran. Dengan kondisi yang demikian berakibat bagi peserta didik, sehingga peserta didik kurang aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran yang
3 disampaikan guru. Maka didalam pembelajaran IPS jika menggunakan model Think Talk Write (TTW) kemungkinan siswa dapat lebih aktif, kreatif, inovatif, dan siswa lebih dapat mengeluarkan/menyampaikan ide-ide yang ada dalam pikiran siswa, mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mengorganisasikan ide-ide untuk dikemukakan dalam kegiatan diskusi, serta menuangkan ide tersebut dalam tulisan sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan mudah. Model pembelajaran think-talk-write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996: 82) yang pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Strategi TTW ini mempunyai kelebihan yaitu pada tahap atau alur model pembelajaran Think Talk-Write (TTW) dalam suatu pembelajaran dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir (bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu masalah) atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah, selanjutnya berbicara (bagaimana mengkomunikasikan hasil pemikirannya dalam diskusi dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2009: 84). Toni Mistyardi, Mumun Nurmilawati (2012) menyatakan permasalahan pemebelajaran masih bersifat monoton dimana peserta didik kelihatan pasif hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan hanya guru saja yang kelihatan aktif. Hal yang demikian dapat menyebabkan rendahnya mutu belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik. Dalam penelitiannya, diketahui harga t- hitung sebesar 2,883, dari hasil perbandingan terhadap harga kritik t-hitung dengan program SPSS 17 pada taraf signifikansi 95% (atau tingkat kesalahan 0,05) diketahui jauh besar nilainya pada perlakuan dengan Model TTW (Think Talk Write) yaitu 1,178 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,091, ternyata mendapatkan hasil alternatif model pembelajaran dan penerapan model pembelajaran inovatif Model TTW (Think Talk Write) sangat baik, sehingga memberikan hasil belajar yang baik pula bagi prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
4 Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 5 SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapat identifikasi masalah yaitu peserta didik kurang aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran yang disampaikan guru, cara mengajar guru yang kurang efektif dan kebanyakan masih bersifat konvensional, masih belum menggunakan model yang kreatif sehingga menyebabkan kejenuhan dalam diri siswa itu sendiri. Jika hal ini tidak dapat diatasi maka hasil belajar anak akan kurang maksimal dan kualitas pendidikan menjadi menurun. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memberi kesempatan kepada siswa dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan peneliti ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh dengan menggunakan model Think-Talk-Write (TTW) pada mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) pada mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2013/2014.
5 1.5 Manfaat Hasil Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : a) Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengaruh model pembelajaran Thik-Talk- Write (TTW) terhadap hasil belajar siswa. b) Manfaat Praktis 1. Bagi siswa 1) Sebagai sarana meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). 2) Dapat meningkatkan kemampuan bersosialisai siswa. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep IPS. 2. Bagi Guru Untuk meningkatakan pemahaman model pembelajaran Think- Talk-Write (TTW) khususnya pada pembelajaran IPS. 3. Bagi Sekolah 1) Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya. 2) Sekolah mempunyai banyak siswa yang berprestasi. 3) Memilki tenaga pendidik yang profesional dan kompeten.