BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2018 KEMEN-KP. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan. P

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

2017, No Indonesia Nomor 5949); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Re

2017, No Tahun 2017 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian (inpassing), masing-masing Kementer

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); 2. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor Jabatan Fungsional Bidang Pertanian; Mengingat :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsiona

2017, No Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keterampilan melalui Penyesuaian/Inpassing di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Ma

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keahlian melalui Penyesuaian/I

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

2018, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lemb

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhenti

2016, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Peraturan...

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

2017, No Penyesuaian/Inpassing Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Bidang Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia N

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN MELALUI INPASSING

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5949); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perub

2016, No Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa P

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYESUAIAN/INPASSING JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

2018, No Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31

- 3 - Pasal Jabatan

NOMOR : TANGGAT : BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2018 KEMEN-KP. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2018 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan; Mengingat : 1. Ung-Ung Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5949); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037);

-2-3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 5. Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Kelautan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Kelautan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 317); 6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 198); 7. Peraturan Ba Kepegawaian Negara Nomor 4 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan Jabatan Fungsional Asisten Pembina Hasil Kelautan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 516);

-3- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN. Pasal 1 Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan merupakan acuan dalam menyusun kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan di lingkungan Instansi Pusat Instansi Daerah. Pasal 2 Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diungkan.

-4- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengungan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2018 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SUSI PUDJIASTUTI Diungkan di Jakarta pada tanggal 5 September 2018 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA

-5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2018 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 38 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, Menteri Kelautan Perikanan selaku pimpinan instansi pembina diberikan kewenangan untuk mengatur pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. Pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan digunakan oleh Instansi Pusat Instansi Daerah untuk menghitung kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, dengan berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari indikator antara lain: 1. jumlah pelaku usaha hasil kelautan perikanan; 2. luas wilayah Perikanan; 3. frekuensi pelaksanaan Hasil Kelautan Perikanan. B. Maksud Tujuan 1. Maksud penyusunan pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, yaitu untuk mendapatkan jumlah susunan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional, serta memungkinkan pencapaian jumlah Angka Kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat.

-6-2. Tujuan penyusunan pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, yaitu untuk memberikan acuan bagi Instansi Pusat Instansi Daerah dalam melakukan perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. C. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 2. Jabatan Fungsional Pembina Perikanan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melaksanakan kegiatan Perikanan. 3. Pembina Perikanan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk melaksanakan tugas mutu hasil kelautan perikanan pada Instansi Pusat Instansi Daerah, sesuai dengan peraturan perung-ungan. 4. Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan adalah jumlah jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan yang diperlukan oleh suatu unit kerja yang memiliki ruang lingkup terkait kegiatan mutu keamanan hasil kelautan perikanan agar mampu melaksanakan tugas fungsi dalam jangka waktu tertentu. 5. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian PNS manajemen PNS di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perungungan 6. Perikanan adalah semua kegiatan yang meliputi bimbingan, fasilitasi, pemantauan, evaluasi terhadap mutu keamanan hasil kelautan perikanan dalam rangka menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi atau digunakan, berdaya saing.

-7-7. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan /atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pembina Perikanan dalam rangka karier yang bersangkutan. 8. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang harus dicapai oleh Pejabat Fungsional Pembina Perikanan sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat jabatan. 9. Jam Kerja Efektif adalah jam kerja yang secara objektif digunakan untuk menyelesaikan tugas pokok. 10. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, kesekretariatan lembaga nonstruktural. 11. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah.

-8- BAB II TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN A. Umum Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan melalui pengangkatan pertama, perpindahan dari jabatan lain, penyesuaian/inpassing, promosi dilakukan karena kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan dapat terjadi karena kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan yang belum terisi, yang disebabkan karena perpindahan, pemberhentian dari jabatan, aya peningkatan volume beban kerja, pembentukan unit kerja baru. Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan pada Instansi Pusat Instansi Daerah disusun berdasarkan analisis kebutuhan jabatan dengan menghitung rasio keseimbangan antara beban kerja dengan jumlah Jabatan Fungsional Pembina Perikanan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tugas pokoknya. B. Tahapan Penghitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan Penghitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan dapat digunakan untuk kebutuhan Pembina Perikanan di Instansi Pusat Instansi Daerah dengan tahapan sebagai berikut: 1. mengidentifikasi susunan seluruh jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan yang ada pada Instansi Pusat Instansi Daerah; 2. menginventarisasi tugas pokok yang dilaksanakan pada masingmasing jenjang jabatan nilai Angka Kredit untuk masing-masing butir kegiatan, yang besaran Angka Kredit tersebut telah mencerminkan standar Jam Kerja Efektif yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir kegiatan;

-9-3. menghitung waktu penyelesaian butir kegiatan, dengan cara membagi Angka Kredit butir kegiatan (Akb) masing-masing dengan konstanta untuk masing-masing jenjang jabatan berdasarkan standar Jam Kerja Efektif, atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Wpk = Akb Kt Keterangan: Wpk = Waktu penyelesaian butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun. Akb = Angka Kredit butir kegiatan. Kt = Konstanta untuk masing-masing jenjang jabatan berdasarkan standar Jam Kerja Efektif. 4. untuk menghitung konstanta masing-masing jenjang jabatan berdasarkan standar Jam Kerja Efektif, perlu diketahui terlebih dahulu besaran Angka Kredit tambahan (Akt) untuk kenaikan jabatan /atau pangkat setingkat lebih tinggi, misalnya: a. Pembina Perikanan Ahli Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b dengan angka kredit kumulatif 150, untuk dapat naik jenjang Pembina Perikanan Ahli Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c harus mencapai angka kredit kumulatif 200, sehingga diperlukan Akt sebanyak 50; b. Pembina Perikanan Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dengan angka kredit kumulatif 300, untuk dapat naik jenjang Pembina Perikanan Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a harus mencapai angka kredit kumulatif 400, sehingga diperlukan Akt sebanyak 100; c. Pembina Perikanan Ahli Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c dengan angka kredit kumulatif 700, untuk dapat naik jenjang Pembina Perikanan Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d harus mencapai angka kredit kumulatif 850, sehingga diperlukan Akt sebanyak 150;

-10- d. Pembina Perikanan Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d dengan Angka Kredit Kumulatif 850, untuk dapat naik pangkat menjadi Pembina Utama, golongan ruang IV/e harus mencapai Angka Kredit Kumulatif 1.050, sehingga diperlukan Akt sebanyak 200. Berdasarkan besaran Akt untuk kenaikan jenjang jabatan /atau pangkat setingkat lebih tinggi, dapat dihitung Kt untuk masingmasing jenjang jabatan dengan cara: Akt untuk setiap kenaikan jenjang jabatan /atau pangkat, dibagi hasil perkalian antara standar Jam Kerja Efektif (1.250 jam) dengan masa kerja dalam pangkat 4 (empat) tahun, atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kt = Akt : (1.250 x 4) Keterangan: Kt = Konstanta masing-masing jenjang jabatan per jam efektif dalam 1 (satu) tahun. Akt = Angka Kredit tambahan untuk setiap kenaikan jabatan /atau pangkat. 1.250 = Standar Jam Kerja Efektif dalam 1 (satu) tahun. 4 = Masa kerja dalam pangkat secara normal untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi adalah 4 (empat) tahun. Dengan demikian, Kt untuk Pembina Perikanan adalah sebagai berikut: a. Pembina Perikanan Ahli Pertama, pangkat Penata Muda (III/a) sampai dengan Penata Muda Tingkat I (III/b) = 50 : (1.250 x 4) = 0,01. b. Pembina Perikanan Ahli Muda, pangkat Penata (III/c) sampai dengan Penata Tingkat I (III/d) = 100 : (1.250 x 4) = 0,02. c. Pembina Perikanan Ahli Madya, pangkat Pembina (IV/a) sampai dengan Pembina Utama Muda (IV/c) per jenjang = 150 : (1.250 x 4) = 0,03.

-11- d. Pembina Perikanan Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya (IVd) sampai dengan Pembina Utama (IV/e) = 200 : (1.250 x 4) = 0,04. 5. menghitung volume (V) masing-masing kegiatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan dalam 1 (satu) tahun, sesuai dengan satuan hasil masing-masing butir kegiatan berdasarkan pengamatan/pengalaman penghitungan dari Instansi Pusat atau Instansi Daerah; 6. menghitung waktu penyelesaian volume masing-masing butir kegiatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan dengan cara mengalikan waktu penyelesaian butir kegiatan dengan volume (V) masing-masing butir kegiatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan, atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Wpv = Wpk x V Keterangan: Wpv = Waktu penyelesaian volume masing-masing butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun. Wpk = Waktu penyelesaian butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun. V = Volume masing-masing butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun. C. Penghitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung kebutuhan jabatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. Cara penghitungan kebutuhan jabatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan, yaitu dengan menjumlahkan seluruh waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1 (satu) tahun dibagi jumlah standar Jam Kerja Efektif per tahun, atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

-12- Kebutuhan Pembina = ΣWpv 1.250 Keterangan: Kebutuhan Pembina = Jumlah Pembina Perikanan masing-masing jenjang jabatan yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pada unit kerja. Wpv = Jumlah waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan jenjang jabatan. 1.250 = Standar Jam Kerja Efektif dalam 1 (satu) tahun. Contoh penghitungan kebutuhan jabatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan sebagaimana tercantum pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4. Tabel 1. Contoh penghitungan kebutuhan Jabatan Pembina Perikanan Ahli Pertama URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 I. A. Persiapan 1. Menyusun 0,20 0,01 20 1 Rencana 20 rencana kerja tahunan Hasil Kelautan Perikanan Perikanan Hasil Kelautan Perikanan Tahunan 2. Menyusun 0,10 0,01 10 12 Rencana 120 rencana teknis Bulanan pelaksanaan Perikanan

-13- URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 bulanan 3. Menyusun rancangan teknis pelaksanaan Perikanan 4. Menyiapkan rancangan kebijakan Perikanan 5. Melakukan penyusunan pedoman teknis (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, rancangan standar, prosedur) di big Perikanan 0,05 0,01 5 6 Rancangan Teknis 0,20 0,01 20 1 Rancangan Kebijakan 0,15 0,01 15 4 Pedoman Teknis 30 20 60 B. Pelaksanaan kegiatan di big Hasil Kelautan Perikanan 1. Melakukan pemantauan mutu keamanan hasil kelautan perikanan (kesegaran ikan, bahan tambahan pangan pada saat pembongkaran 0,10 0,01 10 480 Laporan 4.800

-14- URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 /pemanenan/ penanganan/ pengolahan/ logistik/ pemasaran) 2. Melakukan pemantauan kondisi sanitasi sarana prasarana di sentra produksi (unit penanganan pengolahan ikan/ unit penanganan pengolahan produk nonkonsumsi/ kapal/ tambak/perair an), pusat pendaratan ikan (PPI), pasar 3. Merencanakan /atau melakukan pengambilan sampel produk hasil kelautan perikanan sampel lain (air, sampel swab peralatan) 4. Melakukan identifikasi sarana prasarana dalam rangka identifikasi, analisis,, kajian rencana 0,10 0,01 10 480 Laporan 4.800 0,05 0,01 5 360 Laporan 1.800 0,05 0,01 5 360 Laporan 1.800

-15- URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 induk pembangunan pemanfaatan sarana prasarana untuk peningkatan mutu keamanan hasil kelautan perikanan 5. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala kecil 6. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala menengah 7. Melakukan verifikasi kelayakan pengolahan dalam rangka penerbitan sertifikat 0,05 0,01 5 200 Laporan 1.000 0,10 0,01 10 50 Laporan 500 0,05 0,01 5 500 Laporan 2.500

-16- URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 kelayakan pengolahan 8. Melakukan penyebarluasan informasi, publikasi, promosi tentang mutu keamanan hasil kelautan perikanan 9. Melakukan identifikasi ragam/diversif ikasi produk kelautan perikanan 10. Melakukan analisis registrasi usaha (identifikasi, verifikasi, validasi) untuk mendapatkan kriteria usaha (layak, prospektif, potensial) untuk usaha kelautan perikanan dalam rangka peningkatan mutu 11. Melakukan kompetensi tenaga kerja di unit penanganan/ pengolahan 0,10 0,01 10 24 Laporan 240 0,05 0,01 5 34 Laporan 170 0,25 0,01 25 34 Laporan 850 0,25 0,01 25 34 Laporan 850

-17- URAIAN BERDASARKAN UNSUR UTAMA) *) (Akb) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9= 7 x 8 hasil kelautan perikanan untuk usaha kelautan perikanan untuk peningkatan mutu 12. Melakukan pengelolaan standar/kultur bakteri 13. Melakukan penyeliaan pengujian sampel dengan menggunakan metode tingkat sederhana 0,03 0,01 3 36 Rekomendasi 108 0,03 0,01 3 36 Laporan 108 14. Membuat tabel 0,10 0,01 10 24 Tabel 240 kendali Kendali jaminan mutu hasil pengujian C. Evaluasi 1. Menyusun 0,05 0,01 5 4 Rekomen 20 pelaporan pelaksanaan rekomendasi hasil dasi mutu dalam rangka keamanan evaluasi hasil pelaksanaan kelautan kegiatan perikanan Perikanan Wpv 20.036 Jumlah Kebutuhan Pembina Perikanan Ahli Pertama Wpv/1.250) 16,03 Pembulatan 16

-18- Keterangan: *) Butir kegiatan besarnya Angka Kredit (Akb) untuk Pembina Perikanan Ahli Pertama diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan; **) Volume kegiatan dalam 1 tahun (V) ditentukan oleh instansi berdasarkan realitas kegiatan yang dilaksanakan Tabel 2. Contoh penghitungan kebutuhan Jabatan Pembina Perikanan Ahli Muda BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 I A. Persiapan 1. Menyusun 0,40 0,02 20 1 Rencana 20 rencana kerja tahunan kegiatan Hasil Kelautan Perikanan Perikanan Perikanan tahunan 2. Menyusun 0,20 0,02 10 12 Rencana 120 rencana teknis Bulanan pelaksanaan Perikanan bulanan 3. Menyusun 0,10 0,02 5 6 Rancangan 30 rancangan Teknis teknis pelaksanaan Perikanan 4. Menyiapkan 0,40 0,02 20 1 Rancangan 20 rancangan Kebijakan kebijakan Perikanan

-19- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 5. Melakukan penyusunan pedoman teknis (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, rancangan standar, prosedur) di big Perikanan 0,30 0,02 15 2 Pedoman Teknis 30 B. Pelaksanaan kegiatan di big Hasil Kelautan Perikanan 1. Melakukan pemantauan mutu keamanan hasil kelautan perikanan (kesegaran ikan, bahan tambahan pangan pada saat pembongkaran / pemanenan/ penanganan/ pengolahan/ logistik/ pemasaran) 2. Melakukan pemantauan kondisi sanitasi sarana prasarana di sentra produksi (unit penanganan/ unit pengolahan ikan/unit penanganan 0,20 0,02 10 480 Laporan 4.800 0,20 0,02 10 480 Laporan 4.800

-20- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 pengolahan produk nonkonsumsi /kapal/ tambak/ perairan), pusat pendaratan ikan (PPI), pasar 3. Melakukan analisis sarana prasarana dalam rangka identifikasi, analisis,, kajian rencana induk pembangunan pemanfaatan sarana prasarana untuk peningkatan mutu keamanan hasil kelautan perikanan 4. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala kecil 0,16 0,02 8 240 Laporan 1.920 0,10 0,02 5 200 Laporan 1.000

-21- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 5. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala menengah 6. Melakukan verifikasi kelayakan pengolahan dalam rangka penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan 0,20 0,02 10 50 Laporan 500 0,10 0,02 5 500 Laporan 2.500 7. Melakukan penyusunan dokumen kerja sama di big Perikanan dengan negara lain/instansi lain 0,40 0,02 20 4 Rancangan Dokumen Kerja sama 80 8. Melakukan identifikasi penyebab penolakan dalam rangka tindak lanjut kasus penolakan 0,20 0,02 10 12 Laporan 120

-22- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 9. Melakukan identifikasi ragam/diversif ikasi produk kelautan perikanan 10. Melaksanakan terkait diversifikasi produk kelautan perikanan 11. Melakukan analisis registrasi usaha (identifikasi, verifikasi, validasi) untuk mendapatkan kriteria usaha (layak, prospektif, potensial) dalam rangka usaha kelautan perikanan dalam rangka peningkatan mutu 12. Melakukan kompetensi tenaga kerja di unit penanganan/ pengolahan hasil kelautan perikanan dalam rangka usaha kelautan perikanan 0,10 0,02 5 34 Laporan 170 0,10 0,02 5 34 Laporan 170 0,50 0,02 25 34 Laporan 850 0,50 0,02 25 34 Laporan 850

-23- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 untuk peningkatan mutu 13. Melakukan pendampingan layanan investasi fasilitasi akses pembiayaan di big usaha 0,30 0,02 15 34 Laporan 510 14. Merawat mengkondisikan peralatan uji tingkat sulit 0,06 0,02 3 24 Rekomen dasi 72 15. Melakukan kalibrasi internal peralatan tingkat sulit 16. Melakukan pengujian sampel di laboratorium tingkat sulit 17. Melakukan penyeliaan pengujian sampel dengan metode tingkat seg 0,08 0,02 4 24 Rekomendasi 96 0,08 0,02 4 48 Laporan 192 0,06 0,02 3 48 Laporan 144 18. Melakukan verifikasi data hasil pengujian dengan menggunakan metode tingkat sederhana 0,02 0,02 1 48 Rekomen dasi 48 19. Melakukan penyiapan bahan uji banding/uji profisiensi dalam rangka 0,10 0,02 5 4 Laporan 20

-24- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 penerapan jaminan mutu 20. Menyusun 0,10 0,02 5 4 Notulen 20 Rancangan Penyusunan Standar Nasional Indonesia 1 (satu) 21. Melakukan 0,10 0,02 5 6 Notulen 30 perumusan Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia 2 (dua) C. Evaluasi 1. Melakukan 0,20 0,02 10 4 Hasil 40 pelaporan pelaksanaan kajian kegiatan Kajian program mutu keamanan hasil kelautan perikanan Perikanan (monitoring produk/sarana /pengambilan sampel) 2. Menyusun 0,10 0,02 5 4 Rekomen 20 rekomendasi hasil dasi dalam rangka evaluasi pelaksanaan kegiatan Perikanan Wpv 19.172 Jumlah Kebutuhan Pembina Perikanan Ahli Muda ( Wpv/1.250) 15,34

-25- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7=5/6 8 9=7 x 8 Pembulatan 15 Keterangan: *) Butir kegiatan besarnya Angka Kredit (Akb) untuk Pembina Perikanan Ahli Muda diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan. **) Volume kegiatan dalam 1 tahun (V) ditentukan oleh instansi berdasarkan realitas kegiatan yang dilaksanakan. Tabel 3. Contoh penghitungan kebutuhan Jabatan Pembina Perikanan Ahli Madya BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 I. A. Persiapan 1. Menyusun rencana kerja 0,60 0,03 20 1 Rencana Tahunan 20 Hasil Kelautan Perikanan Perikanan Perikanan tahunan 2. Menyusun rencana teknis 0,30 0,03 10 12 Rencana Bulanan 120 pelaksanaan Perikanan bulanan 3. Menyusun rancangan 0,15 0,03 5 6 Rancangan Teknis 30 teknis pelaksanaan

-26- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 Perikanan 4. Menyiapkan rancangan kebijakan Perikanan 5. Melakukan penyusunan pedoman teknis (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, rancangan standar, prosedur) di big Perikanan 0,60 0,03 20 1 Rancangan Kebijakan 0,45 0,03 15 2 Pedoman Teknis 20 30 B. Pelaksanaan kegiatan di big Hasil Kelautan Perikanan 1. Melakukan pemantauan kondisi sanitasi sarana prasarana di sentra produksi (unit penanganan/ unit pengolahan ikan/unit penanganan pengolahan produk nonkonsumsi/ kapal/tambak /perairan), pusat 0,30 0,03 10 240 Laporan 2.400

-27- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 pendaratan ikan pasar (PPI), 2. Melakukan sarana prasarana untuk standar kelayakan dasar dalam rangka identifikasi, analisis,, rencana induk pembangunan pemanfaatan sarana prasarana untuk peningkatan mutu keamanan produk kelautan perikanan 0,15 0,03 5 24 Bahan Rekomendasi 120 3. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala besar 0,45 0,03 15 240 Laporan 3.600 4. Melakukan Gap Analysis terhadap penyusunan manual Good Manufacturing 0,30 0,03 10 12 Bahan Kebijakan 120

-28- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 Practices (GMP)/ Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)/Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) 5. Melakukan penyusunan manual Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) 0,30 0,03 10 24 Laporan 240 6. Melakukan penyusunan dokumen kerja sama di big Perikanan dengan negara lain/instansi lain 0,60 0,03 20 2 Rancangan Dokumen Kerjasama 40 7. Melakukan untuk tindak lanjut kasus penolakan 8. Melaksanakan terkait diversifikasi produk kelautan perikanan 0,15 0,03 5 12 Laporan 60 0,15 0,03 5 24 Laporan 120

-29- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 9. Melakukan analisis registrasi usaha (identifikasi, verifikasi, validasi) guna mendapatkan kriteria usaha (layak, prospektif, potensial) untuk usaha kelautan perikanan dalam rangka peningkatan mutu 10. melakukan kompetensi tenaga kerja di unit penanganan/ pengolahan hasil kelautan perikanan dalam rangka usaha kelautan perikanan untuk peningkatan mutu 11. Melakukan pendampingan layanan investasi fasilitasi akses pembiayaan di big usaha 12. Melakukan pengembangan model usaha 0,75 0,03 25 4 Laporan 100 0,75 0,03 25 6 Laporan 150 0,45 0,03 15 6 Laporan 90 0,75 0,03 25 2 Laporan 50

-30- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 13. Melakukan penyeliaan pengujian sampel dengan menggunakan metode tingkat sulit 0,12 0,03 4 24 Laporan 96 14. Melakukan verifikasi data hasil pengujian dengan menggunakan metode tingkat seg 0,06 0,03 2 24 Rekomendasi 48 15. Menyusun instruksi kerja /atau metode pengujian tingkat sulit 16. Melakukan audit internal/ekster nal atau evaluasi data uji banding/uji profisiensi dalam rangka penerapan jaminan mutu 0,15 0,03 5 24 Laporan 120 0,15 0,03 5 6 Laporan 30 17. Menyusun konsensus 0,30 0,03 10 3 Notulen Konsensus 30 Rancangan Standar Nasional Indonesia 3 (tiga) C. Evaluasi pelaporan 1. Melakukan kajian 0,30 0,03 10 4 Hasil Kajian 40 pelaksanaan kegiatan program mutu keamanan hasil kelautan

-31- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **)(V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 perikanan Perikanan (monitoring produk/sarana /pengambilan sampel) 2. Menyusun rekomendasi hasil dalam rangka evaluasi pelaksanaan kegiatan Perikanan 3. Menyusun bahan kebijakan kegiatan Perikanan 0,15 0,03 5 4 Rekomen- dasi 0,15 0,03 5 12 Bahan Kebijakan 20 60 Jumlah Kebutuhan Pembina Wpv 7.754 Perikanan Ahli Madya ( Wpv/1.250) 6,20 Pembulatan 6 Keterangan: *) Butir kegiatan besarnya Angka Kredit (Akb) untuk Pembina Perikanan Ahli Madya diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. **) Volume kegiatan dalam 1 tahun (V) ditentukan oleh instansi berdasarkan realitas kegiatan yang dilaksanakan.

-32- Tabel 4. Contoh penghitungan kebutuhan Jabatan Pembina Perikanan Ahli Utama BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 I. A. Persiapan 1. Menyusun rencana kerja 0,80 0,04 20 1 Rencana Tahunan 20 Hasil Kelautan Hasil Kelautan Perikanan Perikanan Perikanan tahunan 2. Menyusun rancangan 0,20 0,04 5 6 Rancangan Teknis 30 teknis pelaksanaan Perikanan 3. menyiapkan rancangan 0,80 0,04 20 1 Rancangan kebijakan 20 kebijakan Perikanan 4. melakukan penyusunan 0,60 0,04 15 2 Pedoman Teknis 30 pedoman teknis (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, rancangan standar, prosedur) di big

-33- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 Perikanan B. Pelaksanaan kegiatan di 1. Melakukan kajian rencana 0,40 0,04 10 12 Bahan Kebijakan 120 big induk pembangunan pemanfaatan Hasil sarana Kelautan prasarana Perikanan dalam rangka identifikasi, analisis,, rencana induk pembangunan pemanfaatan sarana prasarana untuk peningkatan mutu keamanan hasil kelautan perikanan 2. Melakukan kelayakan dasar (Good Manufacturing Practices Sanitation Standard Operating Procedure) di unit pengolahan ikan skala besar 0,60 0,04 15 240 Laporan 3.600

-34- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 3. Melakukan kajian regulasi untuk Perikanan 0,40 0,04 10 6 Bahan Kebijakan 60 4. Melakukan Gap Analysis terhadap penyusunan manual Good Manufacturing Practices (GMP)/ Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)/Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) 0,40 0,04 10 6 Bahan Kebijakan 60 5. Melakukan penyusunan manual Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) 0,40 0,04 10 240 Laporan 2.400 6. melakukan penyusunan dokumen kerja sama di big Perikanan dengan negara lain/instansi 0,80 0,04 20 2 Rancangan Dokumen Kerjasama 40

-35- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 lain 7. Menyusun bahan rekomendasi dalam rangka tindak lanjut kasus penolakan 0,40 0,04 10 12 Bahan Rekomend asi 120 8. Melaksanakan terkait diversifikasi produk kelautan perikanan 0,20 0,04 5 24 Laporan 120 9. Melakukan pendampingan layanan investasi fasilitasi akses pembiayaan di big usaha 0,60 0,04 15 24 Laporan 360 10. Melakukan pengembangan model usaha 1,00 0,04 25 2 Laporan 50 11. Melakukan verifikasi data hasil pengujian dengan menggunakan metode tingkat sulit 0,16 0,04 4 24 Rekomendasi 96 12. Melakukan kajian dokumen sistem manajemen mutu 0,40 0,04 10 1 Bahan Rekomendasi 10

-36- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 13. Melakukan kajian sistem manajemen mutu 0,40 0,04 10 1 Bahan Kebijakan 10 14. Menyusun skema uji banding/uji profisiensi 0,40 0,04 10 4 Laporan 40 15. Melakukan penyusunan 0,40 0,04 10 1 Rekomendasi 10 skema proses pengolahan hasil kelautan perikanan 16. Menyusun kajian hasil 0,40 0,04 10 1 Bahan Kebijakan 10 jajak pendapat 17. Melakukan kajian 0,40 0,04 10 1 Bahan Kebijakan 10 penerapan Standar Nasional Indonesia C. Evaluasi pelaporan 1. Melakukan kajian 0,40 0,04 10 4 Hasil Kajian 40 pelaksanaan kegiatan program Hasil Kelautan Perikanan Perikanan (monitoring produk/sarana /pengambilan sampel) 2. Menyusun rekomendasi 0,20 0,04 5 4 Rekomendasi 20 hasil pembinaaan

-37- BERDASARKAN UNSUR UTAMA) DALAM 1 (SATU) TAHUN **) (V) 1 2 3 4 5 6 7= 5/6 8 9= 7 x 8 dalam rangka evaluasi pelaksanaan kegiatan Perikanan 3. Menyusun bahan kebijakan kegiatan Perikanan 0,20 0,04 5 12 Bahan Kebijakan 60 Wpv 7.336 Jumlah Kebutuhan Pembina Perikanan Ahli Utama ( Wpv/1.250) 5,87 Pembulatan 6 Keterangan: *) Butir kegiatan besarnya Angka Kredit (Akb) untuk Pembina Perikanan Ahli Utama diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. **) Volume kegiatan dalam 1 tahun (V) ditentukan oleh instansi berdasarkan realitas kegiatan yang dilaksanakan. D. Penentuan Jumlah Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Hasil Kelautan Perikanan Penentuan jumlah kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan didasarkan atas penghitungan kebutuhan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. apabila berdasarkan penghitungan tersebut, kebutuhan Pembina Perikanan diperoleh nilai 0,50 (sama dengan atau lebih dari nol koma lima puluh), maka dapat ditetapkan

-38-1 (satu) kebutuhan; 2. apabila berdasarkan penghitungan tersebut, kebutuhan Pembina Perikanan diperoleh nilai <0,50 (kurang dari nol koma lima puluh), maka tidak dapat ditetapkan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan.

-39- BAB III TATA CARA PENGUSULAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PEMBINA MUTU HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN A. Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan pada Instansi Pusat 1. Menteri Kelautan Perikanan selaku pimpinan instansi pembina mengajukan usul kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Kepala Ba Kepegawaian Negara; 2. Ba Kepegawaian Negara berdasarkan usulan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan dari Menteri Kelautan Perikanan selaku Pimpinan Instansi Pembina, memberikan pertimbangan teknis kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi; 3. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big pendayagunaan aparatur negara reformasi birokrasi berdasarkan usulan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan pertimbangan teknis dari Kepala Ba Kepegawaian Negara, menetapkan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan. B. Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan pada Instansi Daerah 1. Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi/Kabupaten/Kota mengajukan usulan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Kepala Ba Kepegawaian Negara; 2. Ba Kepegawaian Negara berdasarkan usulan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi/Kabupaten/Kota

-40- memberikan pertimbangan teknis kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi; 3. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di big pendayagunaan aparatur negara reformasi birokrasi berdasarkan usulan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan pertimbangan teknis dari Kepala Ba Kepegawaian Negara, menetapkan kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan.

-41- BAB IV PENUTUP Pedoman Perhitungan Kebutuhan Jabatan Fungsional Pembina Perikanan ini disusun digunakan sebagai acuan bagi Instansi Pusat Instansi Daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas Perikanan. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI