BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PURWOCENG

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

Bab IV Hasil dan Pembahasan

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan Anak Tikus Jantan yang Diberi purwoceng Sejumlah 14 ekor anak tikus jantan dari 3 ekor induk yang dicekok ekstrak etanol purwoceng dibandingkan bobot badannya dengan 12 ekor anak jantan dari 3 ekor induk tikus kontrol yang tidak diberi purwoceng. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pertambahan bobot badan tikus jantan yang induknya diberi ekstrak etanol purwoceng selama 21 hari masa laktasi tidak berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan pertambahan bobot badan tikus anak tikus kontrol. Rataan pertambahan bobot badan anak tikus jantan tiap minggu selama 21 hari disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan pertambahan bobot badan anak tikus jantan dari induk yang dicekok purwoceng dan kontrol. Induk Σ anak Tikus Jantan Rataan Pertambahan Bobot Badan Anak Tikus Jantan (g) Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol A 6 3 4.65 2.56 10.05 7.60 16.77 11.66 B 4 3 4.40 4.57 11.30 14.67 22.65 24.84 C 4 6 3.50 2.40 9.80 6.78 15.15 14.29 Rata-rata 4.18±0.60 3.18±1.21 10.38±0.80 9.68±4.34 18.19±3.95 16.93±6.98 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5%. Berdasarkan tabel 1 tersebut memberikan gambaran bahwa pemberian purwoceng tidak mempengaruhi bobot badan jantan anak tikus. Jumlah anak yang berbeda disetiap induknya kemungkinan menjadi faktor penyebab rataan bobot badan anak jantan yang tidak berbeda antara perlakuan dan kontrol. Rataan bobot badan anak jantan perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, kecuali untuk induk B rataan bobot badan anak jantan perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan anak jantan kontrol (untuk setiap minggunya). Hal ini disebabkan jumlah anak keseluruhan untuk induk B perlakuan lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Purwoceng mengandung zat fitoestrogen yang bersifat estrogenik. Fitoestrogen merupakan sumber estrogen yang berasal dari tanaman yang merupakan senyawa non steroidal dan mempunyai aktivitas estrogenik atau dimetabolisme menjadi senyawa beraktivitas estrogen (Tsourounis 2004).

22 Hasil uji fitokimia dengan metode kualitatif dari kandungan ekstrak akar purwoceng yang di pakai pada penelitian ini tertera pada Tabel 2 (Balitro 2011): Tabel 2 Komposisi kandungan zat kimia pada ekstrak etanol purwoceng Zat yang terkandung pada akar Kadar zat yang terkandung pada purwoceng akar purwoceng Alkaloid Saponin - Tanin Fenolik - Flavonoid Triterfenoid Steroid Glikosida Keterangan : - negatif; positif lemah; positif; positif kuat; positif kuat sekali Hasil uji fitokimia yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, menunjukkan bahwa zat yang terkandung di dalam akar purwoceng adalah flavonoid, tanin, steroid, triterfenoid, glikosida, dan alkaloid. Flavanoid, alkaloid, steroid yang terdapat dalam purwoceng merupakan golongan fitoestrogen yang mampu berfungsi seperti estrogen karena diduga dapat menduduki reseptor estrogen dalam tubuh yang akan meningkatkan efek estrogen. Afinitas fitoestrogen terhadap reseptor estrogen sangat rendah bila dibandingkan dengan estrogen endogen. Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah berikatan dengan reseptor estrogen. Menurut Tsourounis (2004) beberapa senyawa flavonoid merupakan antioksidan. Flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol yang terdiri atas 15 atom karbon sebagai kerangka dasarnya. Susunan rantai karbon dari senyawa polifenol menghasilkan tiga jenis struktur yaitu flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid. Purwoceng memiliki dua bahan aktif yang berfungsi sebagai prekursor estrogen di dalam tubuh yaitu flavonoid dan steroid. Jika dibandingkan keduanya, flavonoid berpengaruh lebih besar dibandingkan dibandingkan steroid, karena pada hasil pengujiannya flavonoid menunjukkan positif kuat, sedangkan steroid positif lemah (Balitro 2011). Bahan-bahan yang ada pada purwoceng ini diduga bersifat estrogenik, maka diduga bahwa purwoceng dapat mempengaruhi kondisi ambing tikus pada saat menyusui.

23 Setiap kelenjar terdiri atas beberapa lobus. Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang disebut stroma. Tiap lobus terdiri atas saluran-saluran yang dikenal dengan duktus laktiferus. Percabangan duktus ini dipengaruhi hormon mamogenik. Percabangan duktus laktiferus membentuk ranting-ranting terminal yang disebut lobulo-alveola. Lapisan lobuloalveolar menyusun permukaan sekretori (epitel) tempat proses sintesis susu terjadi (Turner dan Bagnara 1995). Knight dan Peacker (1982) mengemukakan bahwa selama kehidupan hewan, kelenjar susu tersebut kemungkinan mengalami perubahan lebih banyak dan lebih besar dalam ukuran, struktur, komposisi dan aktivitas dibandingkan jaringan atau organ lainnya. Perubahan tersebut dimulai sejak stadium fetus sampai kelenjar mencapai pematangan dan kemudian pada periode dewasa hanya sedikit mengalami pengerasan dan surut kembali mengikuti daur reproduksi. Pertumbuhan kelenjar susu merupakan proses yang sangat kompleks karena dipengaruhi oleh faktor instrinsik (kontrol lokal) pada kelenjar itu sendiri maupun pada keseluruhan hewan (kontrol sistemik) sebagai pengaruh eksternal seperti lingkungan, iklim dan makanan (Knight dan Parker 1982). Hurley (2000) mengemukakan bahwa pertumbuhan kelenjar susu terjadi selama lima fase yang berbeda yaitu: prenatal, sebelum pubertas, selama pubertas, selama kebuntingan dan awal laktasi. Pada waktu lahir, kelenjar susu terdiri atas sistem duktus yang masih kurang berkembang dibandingkan dengan bagian stroma. Namun ketika memasuki masa pubertas, terjadi pemanjangan duktus ke dalam stroma. Pada siklus estrus pertama, sistem duktus tumbuh dengan cepat melebihi laju pertumbuhan tubuh umumnya yang dikenal dengan pertumbuhan allometrik. Pada tikus pertumbuhan allometrik diteruskan untuk beberapa siklus estrus dan kembali lagi ke pertumbuhan isometrik sama seperti organ-organ tubuh lainnya. Alveoli yang sesungguhnya pada kelenjar susu masih belum terbentuk sampai konsepsi. Pada saat konsepsi, terjadi pemanjangan duktus pada pembentukan alveoli serta permulaan perletakan bantalan lemak (Tucker 1987). Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu sangat dipengaruhi oleh hormon mamogenik yaitu progesteron, estradiol, dan laktogen plasenta (Fahey 1998). Purwoceng yang mengandung bahan estrogenik yaitu

24 flavonoid diduga dan diharapkan turut berperan seperti estrogen endogen di dalam tubuh yang dapat merangsang peningkatan pertumbuhan duktus pada kelenjar susu selama laktasi. Total pertumbuhan kelenjar susu selama kebuntingan berkisar antara 48% sampai 94%, bergantung pada masing-masing spesies. Pada tikus, kira-kira 12% pertumbuhan kelenjar susu terjadi sebelum konsepsi, 48% terjadi selama kebuntingan sedangkan sisanya terjadi selama laktasi (Tucker 1987). Pertambahan Bobot Badan Anak Betina yang Diberi Purwoceng Pertambahan bobot badan dari 10 ekor anak tikus betina dari 3 ekor induk yang dicekok ekstrak etanol purwoceng dibandingkan dengan pertambahan bobot badan dari 11ekor anak tikus betina dari 3 ekor induk kontrol yang tidak diberi perlakuan, Pertambahan bobot badan anak betina pada kelompok tikus yang diberi purwoceng secara umum cenderung tidak berbeda dibandingkan dengan pertambahan bobot anak betina tikus kontrol. Hasil analisa statistik yang didapat tidak berbeda nyata antara kelompok tikus perlakuan dengan kontrol (p>0.05). Rataan pertambahan bobot badan anak tikus betina tiap minggu selama 21 hari disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rataan pertambahan bobot badan anak tikus betina yang dicekok purwoceng dan kontrol. Induk Σ anak tikus betina Rataan Pertambahan Bobot Badan Anak Betina (g) Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Perlakuan Kontrol perlakuan kontrol perlakuan kontrol perlakuan kontrol A 2 4 3.75 3.02 9.50 8.35 14.93 13.15 B 5 3 3.96 5.63 10.02 14.33 19.68 23.43 C 3 4 3.60 2.15 9.73 6.35 16.23 12.64 Rata-rata 3.77±0.18 3.60±1.18 9.75±0.26 9.68±4.15 16.95±2.45 16.41±6.09 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5%. Rataan bobot badan anak betina perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, kecuali untuk induk B rataan bobot badan anak betina perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan anak betina kontrol (untuk setiap minggunya). Hal ini disebabkan jumlah anak keseluruhan untuk induk B perlakuan lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Menurut Tuju (2001) pertumbuhan dan daya tahan anak selama prasapih dipengaruhi oleh jumlah anak, bobot lahir anak dan

25 tingkat produksi susu induk selama laktasi. Produksi susu induk selama laktasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sel epitel kelenjar susu selama periode kebuntingan, awal laktasi (Tucker 1987), laju penyediaan zat-zat makanan ke kelenjar serta kelengkapan perangkat sintesisnya selama laktasi, dan laju involusi sel-sel kelenjar (Wilde dan Knight 1989). Jumlah anak yang berbeda setiap induk merupakan faktor penyebab dari rataan bobot badan anak betina yang tidak menampakkan perbedaan. Fitoestrogen yang terkandung pada ekstrak etanol purwoceng pada induk laktasi memberikan peningkatan terhadap hormon estrogen. Menurut Ganong (1994), Pada jaringan ambing, estrogen menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi saluran epitelium, menginduksi aktivitas mitotik saluran sel-sel silindris, dan menstimulasi pertumbuhan jaringan penyambung. Semakin aktifnya pertumbuhan dan diferensiasi pada duktus kelenjar mamae akan meningkatkan produksi susu pada induk laktasi. Menurut Forbes (1992), estrogen di dalam plasma dapat meningkatkan metabolisme lemak di dalam jaringan adiposa. Di dalam jaringan adiposa terdapat reseptor estrogen, sehingga estrogen dapat berperan dalam peningkatan metabolisme lemak. Meningkatnya produksi susu pada jaringan ambing induk laktasi dan kemungkinan meningkatnya konsentrasi estrogen pada jaringan adiposa anak tikus betina akan menambah bobot badan anak tikus betina seperti yang terjadi pada anak tikus jantan. Pertambahan Bobot Badan Anak Betina dan Jantan yang Diberikan Purwoceng Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng selama 21 hari laktasi terhadap peningkatan bobot badan anak jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 5. 20 15 10 5 0 minggu I minggu II minggu III Jantan perlakuan Betina perlakuan Gambar 5 Rataan perkembangan bobot badan anak betina dan jantan perlakuan.

26 Androgen ialah senyawa steroid produk dari testis, ovarium, korteks adrenal, dan kemungkinan juga dari plasenta. terdapat lima senyawa androgen yang penting yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA); 4 -androstene-3, 17-dion; testosterone; 11βhidroksi- 4 -androstene-3, 17-dion; dan adrenosteron. Androgen yang paling aktif adalah androsteron dan testosteron, masing-masing memberikan aktivitas biologis sebesar satu unit internasional pada jumlah μg (androsteron) dan 13-16 μg testosteron. Peningkatan sintesis protein di dalam tubuh dapat meningkatkan bobot badan tubuh. Meningkatnya produksi susu pada induk laktasi yang diberi purwoceng ditambah dengan efek anabolik hormon androgenik yang dikandung purwoceng menyebabkan bobot badan jantan lebih tinggi dari bobot badan betina. Testosteron disekresikan mulai dari proses perubahan asetat menjadi kolesterol kemudian kemudian berubah menjadi pregnenolon dan berubah lagi menjadi progesteron. Dari pregnenolon menjadi progesteron melalui beberapa perubahan hingga menjadi testosteron. Testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig akan menuju sel Sertoli melalui sirkulasi darah dan berperan dalam proses pematangan sperma. Di dalam sirkulasi darah testosteron ditransportasi oleh adanya steroid binding globulin (β-globulin) yang disekresikan oleh sel sertoli akibat adanya rangsangan dari FSH. Sekitar 98% dari testosteron yang bersirkulasi dalam darah berada dalam keadaan terikat dan sisanya merupakan testosteron yang bebas masuk ke organ target. Proses tersebut terjadi bila terdapat enzim α-reductase dalam sitoplasma yang akan merubah testosteron menjadi dehidrotestosteron sehingga dapat bereaksi dengan reseptor testosteron pada organ target (Johnson dan Everitt 1984). Menurut Rudiono (2005) pemberian hormon testosteron pada kambing kacang betina dengan dosis 0.77 mg/kg BB/hari pada umur 7-9 bulan memberikan hasil terbaik dan mampu meningkatkan ukuran fibril otot longisimus dorsi, otot rectus femoris, dan luas mata rusuk, namun tidak meningkatkan bobot otot-otot tersebut. Pemberian hormon testosteron secara berlebih, yakni sampai dengan 2.31 mg/kg BB/hari, tidak mampu memberikan respon positif terhadap perkembangan otot. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena testosteron mampu merangsang peningkatan pengeluaran hormon lain, seperti Growth Hormone (GH) dari hipothalamus dengan

27 optimal. Selanjutnya GH memacu pembentukan jaringan otot melalui peningkatan aktivitas ribosom serta peningkatan produksi DNA oleh inti sel.