Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN PERIHAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN HOTEL LEGIAN BEACH RESORT & SPA DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR: 01/PDT.SUS-PHI/2015/PN.DPS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) PADA PT. TRICON BANGUN SARANA DI JAKARTA UTARA

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH YANG DIPUTUS HUBUNGAN KERJANYA AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA

TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THR) BAGI PEKERJA YANG DI PHK OLEH PENGUSAHA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

ABSTRACT. * Tulisan ini bukan merupakan ringkasan skripsi **

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam hubungan kerja adalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SETELAH TERJADINYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SECARA SEPIHAK PADA HOTEL FOUR SEASONS RESORT BALI DI SAYAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

MOGOK KERJA YANG MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MASSAL PADA HOTEL PATRA JASA BALI

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PARUH WAKTU APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA

PELAKSANAA PASAL 106 UNDUNG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI MERCURE RESORT SANUR BALI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG GIANYAR

JOSHUA ( ) Kata kunci : perjanjian jasa layanan pendidikan, perlindungan konsumen. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS PADA HOTEL PURI BAGUS CANDIDASA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan masyarakat sangat penting bagi dalam suatu Negara. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

ABSTRAK KAJIAN YURIDIS ATAS DOKTRIN CAVEAT VENDITOR

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

Kata Kunci: Penerapan, Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan, Pekerja, Perusahaan.

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

IMPLEMENTASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) TERHADAP PEKERJA STATUS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA PT X DI KOTA MALANG

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

KAJIAN NORMATIF PUTUSAN UPAYA PAKSA DALAM PASAL 116 UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

SEFI AYU KURNIA WATI, Dr. Abdul Rachmad Budiono SH.,MH, Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas SH.,LLM. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN DAILY WORKER PADA HOTEL MAYA SANUR RESORT & SPA DI KOTA DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DI MERTHA SUCI BANGLI

HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI HAK PEKERJA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Hanggoro Prabowo * ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PENGUSAHA DALAM MENJALANKAN PERUSAHAAN (Studi pada PT. Lajuperdana Indah Unit Pabrik Gula Pakis Baru)

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB III PENUTUP. dapat diperoleh kesimpulan bahwa : bekerja selama 12 (dua belas). ini berhak untuk mendapatkan cuti tahunan.

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA MUSIMAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) P.G MOJO KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP ASURANSI PEKERJA YANG MENDERITA SAKIT KARENA ADANYA KESENGAJAAN

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Serikat Pekerja (yang selanjutnya akan ditulis SP). Pada dasarnya SP

ABSTRAK. Adjeng Sugiharti

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JANGKA WAKTU PEMBAYARAN UPAH KERJA LEMBUR BAGI PEKERJA TETAP

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBATPEKERJA MELAKUKAN PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI KOPERASI SAMUAN AMERTHA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dalam suatu perumusan secara tepat, pada pokoknya mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PELAKSANAAN BATAS WAKTU PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA DENPASAR

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara Sepihak oleh Pengusaha terhadap Pekerja Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus Putusan Nomor 37 K/Pdt.Sus-PHI/2016) Termination of Work (Layoff) Unilaterally by Employers Against Workers in Terms of Law No. 13 Year 2003 about The Employment (Case Study of Desicion Number 37 K/Pdt. Sus-PHI/2016) 1 Ira Ardi Sari, 2 Deddy Effendi 1,2 Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 iraardisari@gmail.com Abstract. Termination of work (LAYOFF) unilaterally made by the company against the workers for no apparent reason resulted in workers feel aggrieved because of termination of employment relationships (LAYOFFS) are not in accordance with law No. 13 Year 2003 About Employment. As is the case of the termination of relations work (LAYOFF) unilaterally committed PT. MESTIKA KARUNIA UTAMA MEDAN against workers. Workers who experienced any termination of employment relationships (LAYOFFS) unilaterally should get the rights that have been arranged according to applicable laws. Methods used the methods Normative Juridical approach, the specs are Descriptive analytical, research phase using research libraries by examining the ruling Number 37K/Pdt-Sus-PHI/2016, the collection of data with the primary law materials consists of several rules and secondary legal materials consists of several text books, as well as legal materials tertiary form of legal dictionaries and articles from the internet, the last data analysis techniques with Qualitative Analysis. Conclusions from the study's verdict Number 37K/Pdt-Sus-PHI/2016 Termination of work (LAYOFF) unilaterally committed against workers of the company does not comply with article 161 paragraph (2) of Act No. 13 year 2003 Concerning Employment. And termination of employment relationships (LAYOFFS) are exercised without any errors because the worker is entitled to his or her rights in accordance with the provisions) Act No. 13 year 2003 Concerning Employment. Keywords: Termination Of Employment Relationships, Employment, Workers ' Rights. Abstrak. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan oleh perusahaan terhadap pekerja tanpa alasan yang jelas mengakibatkan pekerja merasa dirugikan karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Sebagaimana kasus yang terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan PT. MESTIKA KARUNIA UTAMA MEDAN terhadap perkerjanya. Pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak harus mendapatkan hak-hak yang telah diatur sesuai undang-undang yang berlaku. Metode yang digunakan metode pendekatan Yuridis Normatif, spesifikasi bersifat Deskriptif Analitis, tahap penelitian menggunakan penelitian kepustakaan dengan mengkaji Putusan Nomor 37K/Pdt- Sus-PHI/2016, pengumpulan data dengan bahan hukum primer terdiri dari beberapa peraturan dan bahan hukum sekunder terdiri dari beberapa teks berupa buku, serta bahan hukum tersier berupa kamus hukum dan artikel-artikel dari internet, terakhir teknik analisis data dengan Analisis Kualitatif. Kesimpulan dari kajian Putusan Nomor 37K/Pdt-Sus-PHI/2016 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan perusahan terhadap pekerja tidak sesuai dengan Pasal 161 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut dilakukan tanpa adanya kesalahan karena para pekerja berhak atas hak-hak nya sesuai dengan ketentuan ) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Kata Kunci: Pemutusan Hubungan Kerja, Ketenagakerjaan, Hak Pekerja. A. Pendahuluan Dalam setiap hubungan kerja pun akan memasuki suatu tahap dimana hubungan kerja akan berakhir atau diakhiri oleh salah satu pihak. selalu mejadi hal yang sulit baik bagi pengusaha maupun pekerja/buruh. 14

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara Sepihak oleh... 15 seringkali menimbulkan ketidakpuasan bagi salah satu pihak dikarenakan masing-masing pihak memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Kehadiran Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah memberikan kepastian hukum kepada para penggusaha dan pekerja/buruh. diatur dalam Pasal 150 sampai dengan Pasal 172 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Sebagai perlindungan hukum kepada pihak pekerja, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan oleh pengusaha jika terdapat alasanalasan tertentu sehingga pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), baik yang telah diatur dalam perjanjian kerja (PK), ataupun yang sudah diatur dalam Undang- Undang No.13 Tahun 2003 tentang Perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK) termasuk kategori perselisihan hubungan industrial, yang dimaksud dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. 1 Adapun objek sengketa dari perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah mengenai sah atau tidak sahnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan besaran kompensasi yang timbul jika pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut terjadi. Salah satu perselisihan yang terjadi di PT.MESTIKA KARUNIA UTAMA MEDAN adalah perselisihan karena pemutusan hubungan kerja (PHK), dimana secara tiba-tiba pengusaha PT.MESTIKA KARUNIA UTAMA MEDAN mengeluarkan surat keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena alasan pekerja mengundurkan diri padahal kenyataannya pekerja tidak pernah mengajukan surat pengunduran diri bahkan menandatangani surat pengunduran diri tersebut. Kasus tersebut akhirnya diselesaikan melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan, dengan putusan: Menyatakan putus hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat, dan Penggugat tidak berhak atas kompensasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Kasus mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) diatas menarik perhatian penulis karena ketentuan menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan oleh pengusaha jika terdapat alasan-alasan tertentu sehingga pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), baik yang telah diatur dalam perjanjian kerja (PK), ataupun yang sudah diatur dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Selanjutnya tujuan penelitian sebagai berikut Untuk mengetahui Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusahan terhadap pekerja ditinjau dari UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Untuk mengetahui putusan nomor : 37 K/Pdt.Sus-PHI/2016 tentang gugutan dari pekerja terhadap pengusaha di PT. 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselishan Hubungan Industrial, Pasal 1. Ilmu Hukum

16 Ira Ardi Sari, et al. Mestika Karunia Utama Medan ditinjau dari UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang B. Landasan Teori Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. 2 Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja dan perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum sehingga konsekuensi suatu hubungan kerja menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak, yakni pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh. Pasal 1 angka 25 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berkhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dengan alasan: pekerja telah melakukan kesalahan berat; pekerja yang mengundurkan diri atas kemauannya sendiri; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dalam hal terjadinya perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena 2 Abdul R. Saliman, Loc.cit, Hlm. 278. perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena perusahaan pailit; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena telah memasuki usia pension; dan apabila pekerja yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih tanpa keterangan secara tertulis oleh pengusaha. 3 Dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial disebutkan bahwa; perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan perselisihan antar serikat pekerja dalam suatu perusahaan. Prosedur untuk menyelesaikan perselisihan secara umum terbagi dua: Tahap pertama, penyelesaian dilakukan dengan musyawarah dan berunding bersama antara pekerja dan pengusaha yang terlibat, baik diperantai pihak ketiga yang bersifat netral maupun tidak (non litigasi) apabila tahap pertama ini tidak mampu menyelesaikan perselisihan, maka barulah dibenarkan menggunakan, Tahap Kedua, yaitu pengadilan dengan menggunakan hukum acara sebagaimana ditentukan Undang-Undang. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan ketentuan Pasal 161 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 3 Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Volume 5, No. 1, Tahun 2019

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara Sepihak oleh... 17 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu: 1. Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. 2. Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. 3. Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Ketentuan dari Pasal 161 ayat (2) bahwa pekerja sebelum mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) haruslah diberikan surat peringatan terlebih dahulu yang berlaku dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. Dalam hal ini berdasarkan keterangan dari Penggugat bahwa Penggugat tidak mendapatkan teguran/surat peringatan dari pihak perusahaan baik lisan maupun tertulis, sehingga tindakan dari pihak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja telah terang dan nyata menunjukkan bahwasanya tindakan dari pihak perusahaan tersebut adalah tindakan yang sewenang-wenang. Pekerja mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak, padahal selama pekerja bekerja di perusahaan tersebut selalu bekerja dengan baik, penuh rasa tanggung jawab, menaati peraturan yang berlaku serta tidak pernah melakukan pelanggaran apapun terhadap aturan yang berlaku pada perusahaan. Pihak perusahaan pada saat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak memberikan 3 (tiga) bulan gaji dengan mentransfer ke rekening masing-masing Penggugat sebagai uang pisah. Berdasarkan ketentuan Pasal 161 ayat (3) pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berhak mendapatkan uang pesangon sesuai dengan lamanya masa kerja. Dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh Tergugat kepada para Penggugat dilakukan tanpa adanya kesalahan para Penggugat, karenanya para Penggugat berhak atas uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai Pasal 156 ayat (3) dan (4) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Serta upah proses 4 (empat) bulan sejak bulan April 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. D. Kesimpulan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh pegusaha terhadap pekerja dalam putusan nomor 37 K/Pdt.Sus-PHI/2016, bermula dari tindakan pengusaha yang memaksa para pekerja untuk menandatangani surat penguduran diri tanpa adanya teguran atau surat peringatan sebelumnya dan mentransfer 3 (tiga) bulan gaji sebagai uang pisah. Tindakan dari pihak perusahaan yang melakukan PHK terhadap pekerja telah menunjukkan bahwasanya tindakan Ilmu Hukum

18 Ira Ardi Sari, et al. tersebut adalah tindakan yang sewenang-wenang tanpa mendasarkan pada ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Putusan Nomor 37 K/Pdt.Sus- PHI/2016 tentang gugatan dari pekerja terhadap pengusaha di PT. Mestika Karunia Utama Medan, terbukti Judex Facti telah salah menerapkan ketentuan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Karena tidak ada bukti surat pengunduran diri dari Penggugat serta para Penggugat telah membantah pengunduran diri. Dan bukti T-3 dan T- 7 berupa transfer uang pisah tidak dapat membuktikan bahwa para Penggugat telah setuju adanya pengunduran diri denga kompensasi 3 bulan upah karena uang pisah tersebut ditransfer secara sepihak oleh Tergugat kepada para Penggugat. Maka dapat diperoleh fakta hukum bahwa PHK yang dilakukan oleh Tergugat kepada para Penggugat dilakukan tanpa adanya kesalahan. E. Saran 1. Seharusnya pihak pengusaha bersikap adil terhadap semua pekerja sehingga menimbulkan keselarasan dalam sebuah perusahaan. Selain itu, antara pekerja dan pengusaha harus saling melaksanakan hak dan kewajibannya agar tujuan dari perjanjian kerja terlaksana dengan baik. Dan sebagai pihak perusahaan dalam melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) harus berdasarkan dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku, dimana hak dan kewajiban masingmasing pihak tertera didalamnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. 2. Hakim dalam memberikan putusan harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang telah ada selain itu hakim harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dalam memberikan putusan akan bersikap adil dan objektif. Daftar Pustaka Buku : Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, 2011. Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2016. Cholid Narbuko, Metode Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2001. Djoko Triyanto, Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi, Mandar Maju, Bandung, 2004. H.Zainal Asikin, H.Agusfian Wahab, dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Volume 5, No. 1, Tahun 2019