BAB I PENDAHULUAN. manusia. Segala aktivitas dapat teratasi dengan kondisi yang sehat. Seiring

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan


BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan penting di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Segala aktivitas dapat teratasi dengan kondisi yang sehat. Seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah telah mampu memberikan hasil yang positif di berbagai bidang seperti kemajuan di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis. Kemajuan dalam bidang medis dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan angka harapan hidup masayarakat, namun terdapat berbagai macam penyakit yang masih menjadi permasalahan sehingga masyarakat dapat beranggapan hal tersebut dapat menurunkan kualitas kesehatan seperti adanya penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan dunia adalah tuberkulosis walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS (Directly Observed Trearment Shortcourse) telah diterapkan di banyak Negara sejak tahun 1995 (Kemenkes RI, 2014). Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global, dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, tuberkulosis diperkirakan 1

2 masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia, dan China merupakan Negara dengan penderita Tuberkulosis terbanyak dari seluruh penderita di dunia, sedangkan Indonesia berada pada urutan ke dua penderita tuberkulosis terbanyak di dunia (WHO, 2016). Indonesia termasuk salah satu Negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak di dunia. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, prevalensi kasus Tuberkulosis tahun 2015 sebanyak 129/ 100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan dengan prevalensi kasus Tuberkulosis yang pada tahun 2014 sebesar 127/ 100.000 penduduk. Tahun 2015 penemuan kasus tuberkulosis di Jawa Tengah sebesar 117,36 per 100.000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus Tuberkulosis di Jawa Tengah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 89,01 per 100.000 penduduk. Keberhasilan pengobatan (success Rate) sebesar 88,58%. Keberhasilan pengobatan ini belum mencapai standar minimal 90% (Dinkes Surakarta, 2016). Dari data diatas keberhasilan pengobatan masih belum memenuhi target. Fakta menunjukan bahwa data yang didapatkan dari rekam medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta jumlah penderita tuberkulosis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2014 jumlah penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif ditemukan sebanyak 286 penderita meningkat pada tahun 2015 menjadi 353 penderita. Berdasarkan data rekam medik di Balai Besar Kesehatan Paru

3 Masyarakat (BBKPM) Surakarta tahun 2016 jumlah penderita paru BTA positif ditemukan sebanyak 292 penderita dengan jumlah penderita yang mengalami drop out sebanyak 40 penderita. Penderita yang mengalami drop out akibat penderita tidak patuh dengan program pengobatan sehingga dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 sebanyak 22 orang meningkat menjadi 40 orang penderita pada tahun 2015. Data tahun 2017 bulan Januari sampai Juni didapatkan jumlah penderita tuberkulosis BTA positif sebanyak 115 orang. Peningkatan jumlah penderita tuberkulosis diantaranya disebabkan oleh kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tidak memadainya tatalaksana kasus, ketidakpatuhan pasien dalam program pengobatan, timbulnya resistensi ganda (Kemenkes RI, 2014). Sejauh ini terapi tuberkulosis masih megalami banyak permasalahan dalam pengobatan, karena terapi pengobatannya membutuhkan waktu yang lama minimal 6 bulan, hal tersebut menyebabkan penderita tuberkulosis merasa jenuh dengan program pengobatan. Rasa jenuh tersebut bisa saja disebabkan karena penderita kurang memahami tentang pengobatan atau kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mematuhi program pengobatan tuberkulosis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Anna (2016) mengatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru.

4 Semakin baik pengetahuan seseorang tentang pengobatan dan penyembuhan tuberkulosis maka kepatuhan dalam menjalani pengobatan juga akan baik sehingga keberhasilan pengobatan akan tercapai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imamalia, Betty (2016) yang mengatakan bahwa angka keberhasilan akan tercapai apabila pasien patuh terhadap program pengobatan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 July 2017 dari hasil wawancara dengan petugas di BBKPM Surakarta mengatakan bahwa penderita tuberkulosis sangat susah untuk melakukan pengobatan secara taratur sesuai jadwal walaupun sudah diberitahu bahkan diberikan konseling setiap kali berobat, serta meningkatnya jumlah penderita yang mengalami drop out dalam pengobatan, Sedangkan hasil wawancara yang didapatkan dari petugas di BBKPM Surakarta bagian konseling mengatakan bahwa konseling yang diberikan secara umum berupa pengetahuan tentang tuberkulosis bukan tentang kepatuhan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Sesuai Jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta B. Rumusan Masalah Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan kuman tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Tuberkulosis telah

5 menyerang jutaan penduduk di dunia hingga menyebabkan kematian. Indonesia termasuk negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak ke 2 dunia (WHO, 2016). Peningkatan jumlah penderita tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah ketidakpatuhan penderita dalam melakukan pengobatan, sehingga jumlah penderita yang mengalami drop out dalam pengobatan mengalami peningkatan setiap tahun. Kepatuhan dalam melakukan pengobatan disebabkan oleh beberapa faktor termasuk pengetahuan. Tingkat pengetahuan penderita dapat mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui gambaran pengetahuan tentang kepatuhan berobat pada penderita tuberkulosis. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Sesuai Jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik penderita tuberkulosis paru yang berobat di Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Surakarta

6 b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penderita tuberkulosis tentang kepatuhan pengobatan sesuai jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Surakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang tuberkulosis paru. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang gambaran pengetahuan tentang kepatuhan berobat sesuai jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Surakarta sehingga dapat dilakukan upaya untuk penaggulangan ketidakpatuhan penderita tuberkulosis dalam pengobatan. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan pengembangan penelitian di Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang

7 kepatuhan berobat sesuai jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Surakarta. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat mengenai gambaran pengetahuan tentang kepatuhan berobat sesuai jadwal, sehingga dampak yang negatif dapat ditanggulangi. d. Bagi peneliti Meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan serta pengalaman penelitian tentang gambaran pengetahuan penderita tuberkulosis tentang kepatuhan berobat sesuai jadwal di Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Surakarta. E. Keaslian Penelitian Adapun yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Menurut Betty (2016) penelitian dengan judul Hubungan Kepatuhan dan Keberhasilan Terapi pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil dalam penelitian ini adalah adanya hubungan bermakna antara kepatuhan dengan keberhasilan terapi pada pasien

8 tuberkulosis paru fase intensif di instalasi rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Persamaan dalam penelitian tersebut yaitu terkait dengan tempat penelitian di instalasi rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini meneliti tentang hubungan antara kepatuhan dengan keberhasilan terapi sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti tentang gambaran pengetahuan tentang kepatuhan berobat sesuai jadwal. 2. Menurut Suyanto (2016) penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasien Tuberkulosis Paru terhadap Upaya Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan penelitian deskripstif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pasien tuberkulosis paru terhadap upaya pengendalian tuberkulosis di Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru. Hasil dalam penelitian ini didapatkan pasien yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap upaya pengendalian tuberkulosis sebanyak 12 orang (38,7%), pengetahuan cukup sebanyak 16 orang (51,6%) dan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (9,7%). Sedangkan pasien yang memilki sikap yang positif terhadap upaya pengendalian tuberkulosis sebanyak 27 orang (87%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 4 orang (13%).. Persamaan dalam penelitian tersebut yaitu terkait dengan jenis

9 penelitian yaitu deskriptif secara cross sectional. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan teknik total sampling sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. 3. Wahyuningsih (2016) dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan dengan variabel terikat yaitu tingkat kepatuhan. Hasil dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan. Perbedaan dalam penelitian ini terdapat pada teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Perbedaan lain terdapat pada penelitian ini meneliti tentang hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam pengobatan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti tentang gambaran pengetahuan tentang kepatuhan berobat sesuai jadwal.