Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan Perkembangan Anak. Oleh: Muthmainah PGPAUD FIP UNY

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

Mendampingi Perkembangan Mental Anak

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

Apa Respon Masyarakat terhadap individu yang sukses dan yang gagal dalam hidup??

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 2004), hlm. 1. Remaja Karya, 1988), hlm Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor penyebab kecemasan neurotik anak sulung berdasarkan psikoanalisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi dalam keluarga yakni antara orang tua dan anak akan

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

PENDIDIKAN (KEWIRAUSAHAAN) ANAK USIA DINI DALAM AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

ABSTRAK. Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap Perilaku Sosial Anak Di KelompokB1 PAUD Kartika XX-32 Palu. Ainur Istiqomah 1

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

PERAN ISTRI DALAM MEMOTIVASI PRESTASI KERJA SUAMI 1. Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum 2

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

POLA PENGASUHAN ANAK BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

Transkripsi:

Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan Perkembangan Anak Oleh: Muthmainah PGPAUD FIP UNY muthmainnah@uny.ac.id Pendahuluan Aristoteles memberikan pesan bermakna tentang peran orang tua yaitu kita mungkin tidak mampu menyiapkan masa depan bagi anak-anak, tetapi setidaknya kita dapat menyiapkan anak-anak kita menghadapi masa depan. Kata-kata bermakna tersebut hendaknya menjadi motivasi bagi orang tua untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan melakukan refleksi terhadap gaya pengasuhannya selama ini. Anak menghabiskan sebagian waktunya di rumah. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Keteladanan dan kebiasaan orang tua tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak (Syaiful Bahri Djamarah, 2004: 25). Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua akan lebih banyak dicerna dan dianut oleh anak. Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan sikap demokratis seseorang. Penghargaan pada anak sebagai manusia yang memiliki pandangan sendiri berdasarkan pengalaman, berawal dari penghargaan orang tua atau anggota keluarganya (Tim Penerbit Buku Kompas, 2001: 42) Dorothy Law Nolthe juga memberikan petuah berharga tentang pentingnya peran orang tua yaitu: Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya.

Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan anak. Sebagai orang tua sudah seyogyanya memberikan yang terbaik pada anak agar nantinya anak menjadi insan yang bermanfaat dan berkualitas. Peran Orang Tua bagi Perkembangan Anak Majelis Umum PBB (Megawangi, 2003) menjelaskan bahwa fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera. Mendidik dan membesarkan anak agar menjadi manusia yang berguna adalah tanggung jawab orang tua. Namun sebagian orang tua belum mampu mengerti anak dan banyak juga anak yang tidak mengerti orang tuanya. Akibatnya hubungan anak dan orang tua menjadi renggang. Sebagian orang tua juga menggunakan hak prerogratifnya, yang mana anak harus patuh dan tidak boleh melawan orang tua, sehingga anak semakin jauh dari orang tua (Tim Penerbit Buku Kompas, 2001: 6). Pada umumnya orang tua mengajari anak dengan empat cara yaitu memberi contoh, respon positif, tidak ada respon, dan hukuman (C Drew Edwards, 2006: 49-50). 1. Memberi contoh Anak menyerap apa yang dilakukan dibandingkan dnegan pa yang dikatakan. Jika orang tua megatakan pada anak untuk bicara sopan, namun orang tua berbicara kasar maka orang tua telah menyangkal diri sendiri. Perbuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata. 2. Respon positif Jika kita mengatakan pada anak betapa kita menghargainya karena telah menuruti nasehat. 3. Tidak ada respon Mengajari anak dengan cara mengabaikan sikap anak agar sikap yang tidak direspon tidak diulang. 4. Hukuman Hukuman tidak membantu apabila diberikan dengan sering, dan bila hukuman terlalu keras dapat menjadikan sikap negatif dan reaksi emosional anak. Keempat tindakan tersebut sebaiknya dipertimbangkan penerapannya agar tidak menghambat perkembangan anak. Misalnya hukuman, hukuman akan diberlakukan apabila anak melanggar aturan berulang kali. Hukuman tidak bermaksud untuk menyakiti anak, tapi

untuk memberikan pelajaran dan pengalaman pada anak bahwa perilakunya tidak baik dan sebaiknya tidak diulang. Sedangkan memberi contoh (teladan) dan respon positif sebaiknya diberikan sebagai bentuk penguatan dan penghargaan pada usaha anak. Refleksi bagi Orang Tua Beberapa refleksi bagi orang tua dalam gaya pengasuhan antara lain: 1. Sudahkah memberikan teladan? Teladan memberikan peran penting bagi anak untuk menunjukkan konsistensi orang tua terhadap aturan. Pepatah mengatakan satu teladan lebih bermakna daripada seribu nasehat. Efek atau dampak ketika orang tua hanya menyuruh saja tentu berbeda apabila anak bisa melihat langsung dari teladan orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua juga secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik. Meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak, memberi nasehat tidak pada tempatnya dan tidak tepat pada waktunya, berbicara kasar pada anak, terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mengakui kesalahan, merasa serba tahu, terlalu mencampuri urusan anak, membeda-bedakan anak, kurang memberikan kepercayaan anak, dan sebagainya (Syaiful Bahri, 2004: 26). Berikut ini gambaran kebiasaan yang dilakukan orang dewasa yang mungkin tidak disadari berdampak pada kebiasaan anak (Severe, 2003:86-87). Tabel 1. Dampak Kebiasaan Orang Dewasa pada Anak Apa yang Anda Lakukan Apa yang Dipelajari Anak Anda berdebat, berteriak, berkata-kata kasar. Saya boleh kasar. Anda marah pada anak-anak. Saya boleh marah. Anda meremehkan atau membuat malu anak. Saya boleh kritis terhadap orang lain dan diri sendiri. Anda minta maaf karena menggunakan katakata tidak baik. Saya perlu minta maaf. Anda berbagi sesuatu dengan orang lain. Saya ingin berbagi dengan orang lain. Anda mencoba sesuatu yang baru. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru. 2. Masihkah sering menyalahkan anak? Sebagian orang tua cepat menyalahkan anak. Bisa jadi kesalahan terletak pada pihak anak, namun semua terjadi karena anak belum mengerti. Atau ibu merasa sudah mengingatkan berulang kali, namun anak tetap mengulangi. Bisa saja cara ibu yang salah memperingatkan sehingga anak semakin sulit diatur. Menyalahkan anak dalam kondisi emosi negatif ternyata tidak menyelesikanmalaalah. Orang tua perlu melakukan introspeksi diri agar tidak mudah menyalahkan anak (Irawati Istadi, 2007: 62) 3. Kompakkah ayah dan ibu dalam pengasuhan?

Ayah dan ibu sebaiknya memiliki kesepakatan dalam gaya pengasuhan. Apabila ayah dan ibu tidak atau kurang kompak, maka anak akan menjadi bingung dan tidak disiplin. 4. Sudahkah memberikan penguatan atau penghargaan pada anak? Setiap orang pasti senang jika dipuji, maka berikan penguatan dan penghargaan padaanak agar anak merasa diakui dan dihargai. Dengan demikian perilaku positif anak akan diulang dan ditingkatkan. Penguatan atau penghargaan dapat diberikan dalam bentuk kata-kata pujian, isyarat seperti jempol dan tepuk tangan, benda atau barang yang disukai dan dibutuhkan, serta kegiatan yang disenannginya. Dalam pemberian hadiah, orang tua sebaiknya membuat strategi agar anak tidak bergantung dengan hadiah, misalnya dengan membuat varaisi jenis penguatan yang tidak harus selalu dalam bentuk barang. 5. Sejauhmana sudah melibatkan anak? Melibatkan anak artinya memberikan kepercayaaan pada anak, mengakui eksistensinya, menghargainya, melatih anak untuk belajar mengambil keputusan, dan menyampaikan pendapat. Hal ini dapat mendorong anak menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri. 6. Masihkah sering membandingkan? Hindarilah membandingkan anak dengan anak lain secara tidak adil karena dapat menghancurkan konsep diri anak. Anak akan merasa diremehkan, dan tentunya hal ini menyakiti perasaan anak dan justru dapat membuat anak patah semangat. Membandingkan boleh dilakukan, tapi dengan diri sendiri dan bersifat memotivasi. Contoh membandingkan: Lihat...temanmu sudah selesai mengerjakan, ayo cepat...kok kamu belum selesai. (tidak tepat) Lihat...temanmu sudah selesai mengerjakan. Kamu juga bisa...ayo anak hebat!!. (tepat) Kamu kemarin bisa menyelesaikan, ibu percaya sekarang kamu juga bisa. (tepat) 7. Masihkah sering mengancam? Salah satu sikap yang menjadi kebiasaan harian orang tua adalah mengancam. Kadangkala niat orang tua baik, namun caranya yang mungkin perlu ditinjau ulang. Seperti dalam hal mengancam, orang tua bermaksud mengkondisikan anak, namun dengan cara menakut-nakuti. Memberikan ancaman termasuk verbal abuse. Verbal abuse terjadi ketika orang dewasa (orang tua, pendidik, pengasuh dan lainnya) menggunakan kekerasan verbal. Wujud dari verbal abuse adalah penggunaan kata-kata kasar dan mengancam dengan katakata. Ancaman bukanlah cara yang efektif, bahkan apabila anak sudah biasa dengan ancaman, maka ancaman tidak akan punya efek atau dampak bagi anak karena anak sudah kebal dengan ancaman. Anak yang sering diancam tidak akan bergerak jika tidak diancam. Dampak lainnya adalah anak menjadi penakut dan kurang percaya diri.

8. Masihkah sering menggunakan kalimat negatif? Secara tidak sadar orang tua masih sering menggunakan kalimat negatif seperti jangan kesitu nanti jatuh, kodoknya nakal...uhhh (sambil memukul lantai), tidak boleh bertengkar lo sama temannya, dan kalimat negatif lainnya. Orang tua sebaiknya mulai membiasakan diri mengubah kalimat negatif tersebut menjadi kalimat positif seperti mainnya disini saja ya, disana berbahaya, nanti kalau main yang rukun ya sama temannya dan kalimat positif lainnya. Kalimat negatif dikhawatirkan akan mempengaruhi anak menjadi anakyang peragu dan pencemas, apalagi dengan seringnya larangan yang diberikan oeh orang tua. 9. Apakah demand dan respon sudah simbang? Demand dimaknai tuntutan dan harapan orang tua misalnya anak nilainya baik. Sedangkan respon dimaknai dengan umpan balik, pemberian pengakuan atau penghargaan terhadap usaha anak. Apabila demand lebih tinggi dibandingkan respon, maka yang terjadi adalah anak tertekan dengan harapan orang tua. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menyeimbangkan antara demand dan respon agar anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan, namun juga mendapat pengakuan dan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan. Upaya Orang Tua untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Upaya orang tua mengoptimalkan perkembangan anak diantaranya diwujudkan dengan memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang yang optimal, memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik, memilih lembaga pendidikan yang berkualitas, memberikan motivasi, menyalurkan minat dan bakat anak melalui kegiatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, memfasilitasi anak dengan berbagai sarana pendukung misalnya buku-buku bacaan, peralatan sekolah, alat bermain, dan sebagainya (Wright, 2009:). Upaya-upaya tersebut lebih menitikberatkan pada aspek kognitif dan termasuk upaya orang tua dalam memberikan makanan jasmani pada anak, sehingga orang tua tetap perlu mempertimbangkan pemberian asupan rohani seperti perhatian, dan bimbingan spiritual. Orang tua perlu melakukan refleksi atau introspeksi diri terhadap orientasi dan gaya pengasuhan yang dilakukan karena berdampak pada perkembangan anak. Lingkup perkembangan yang dikembangkan sebaiknya meliputi keseluruhan aspek yaitu perkembangan nilai agama moral agar anak menjadi pribadi yang memiliki budi pekerti mulia. Selain itu perkembangan fisik motorik agar anak mampu hidup sehat dan menggunakan kemampuan motorik untuk keperluan hidupnya. Perkembangan bahasa juga perlu dikembangkan agar anak mampu berkomunikasi, membaca, menulis dan melakukan kegiatan keaksaraan lainnya. Sedangkan perkembangan kognitif dikembangkan untuk

mengasah logika serta kemampuan berhitung anak. Selain itu perkembangan sosial emosional juga dikembangkan agar anak mampu memiliki pengendalian diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Upaya orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan anak sebaiknya juga memperhatikan sisi perbedaan individu (individual differences) agar orang tua tidak mudah membandingkan potensi anaknya dengan potensi anak yang lain. Mengingat bahwa setiap anak itu unik, maka peran orang tua adalah menggali kelebihan anak dan membantu mengaktualisasikan diri. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan teladan pada anak, menjalin komunikasi aktif dengan anak, memberikan motivasi pada anak, melibatkan anak, dan menghargai proses perkembangan anak. Penguatan dan penghargaan sebaiknya diberikan sebagai bentuk pengakuan atas usaha anak. Penutup Anak merupakan investasi masa depan bagi orang tua. Setiap orang tua menginginkan kebaikan bagi anaknya. Anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Bagi anak, keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam memberikan teladan dan meletakkan dasar-dasar penting melalui pembiasaan. Berkaitan dengan pendidikan karakter, maka orang tua perlu menerapkan pola asuh yang tepat, sehingga anak memiliki karakter positif, kepribadian yang tangguh, dan menjadikan karakter-karakter tersebut mengakar kuat dan selamanya akan menjadi prinsip hidup anak untuk mencapai kemuliaan hidup. Daftar Pustaka Edwards, C Drew. (2006). Ketika Anak Sulit Diatur. Panduan bagi Orang tua untuk Mengubah Perilaku Anak. Bandung: Kaifa. Irawati Istadi. (2007). Istimewakan Setiap Anak. Bekasi: Pustaka Inti Moch. Sochib. (2000). Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta: Jakarta. Ratna Megawangi. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation. Syaiful Bahri Djamarah. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Penerbit Buku Kompas. Shinta Ratnawati. (2001). Keluarga Kunci Sukses Anak. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Wright, Norman. (2009). Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana. Andi Offset: Yogyakarta.