BAB IV UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah kantor Badan Narkotika

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BIO DATA KOTA TANGERANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

Peraturan...

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

MEMBANGUN LAYANAN PUBLIK DI BNN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM P4GN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan. 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015


BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. BNN dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

PETUNJUK TEKNIS DEPUTI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NOMOR : JUKNIS/01/V/DE/PM.00/2015/DEP. DAYAMAS TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Jasa Lainnya 3 Paket Rp ,00 APBN ( )

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III PENUTUP. rawan menjadi sasaran peredaran gelap narkotika. penyalahgunaan narkotika. peredaran gelap narkotika.

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Antinarkoba Internasional, Tgl. 24 Juni 2013, Istana Negara Senin, 24 Juni 2013

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB IV UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA A. Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke Provinsi dan kabupaten/kota. Berdasarkan tujuan dan sasaran strategis Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung maka menetapkan tujuan Peningkatan penanganan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sedangkan sasaran strategis Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung adalah Meningkatnya Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Secara Efektif di Provinsi Lampung. Dapat di lihat pada Bab III hal 50. Dari data-data yang penulis kumpulkan selama penelitian, penulis mengamati keberadaan BNNP Lampung cukup berperan besar dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Di lingkungan sekolah ataupun universitas sudah ada upaya dari BNNP Lampug dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba yakni di adakannya tes urin pada ujian masuk penerimaan siswa / mahasiswa baru dan memberikan 71

72 penyuluhan bahaya narkoba yang di berikan pada saat sambutan pada upacara hari senin di sekolah. Pencegahan Penyalahgunaan narkoba merupakan bagian penting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba (P4GN), oleh karena mencegah lebih baik dari pada mengobati, dalam arti bahwa upaya pencegahan lebih murah dan lebih hemat biaya dari pada upaya lainnya. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab II hal 30. Upaya yang di lakukan oleh BNNP Lampung sendiri saja tidak akan mampu menghindari jumlah angka penyalahgunaan narkoba tiap tahunnya yang terus meningkat saat permintaan (demand) tidak berhenti. Kesadaran pada individu akan bahaya dan dampak dari penyalahgunaan narkoba itu harus ditumbuhkan sedini mungkin dan seefektif mungkin. Kerjasama dan dukungan dari pihak lain sangat berperan besar dalam mensinergitaskan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Seperti yang telah penulis paparkan pada Bab II hal 43 terkait UU yang mengatur mengenai BAB XIII peran serta serta masyarakat dan BAB XV ketentuan tindak pidana. Berdasarkan data penelitian yang terdapat di lapangan Upaya Pencegahan penyalahgunaan narkoba yang telah dilakukan oleh bidang P2M BNNP Lampung, sesuai tugas dan fungsi terdiri dari;

73 1. Seksi pencegahan a. Advokasi, Sebuah upaya untuk mempengaruhi orang lain atau instansi (kelompok) untuk mempunyai kebijakan yang pro anti narkoba. Seperti yang telah Penulis uraikan pada Bab III hal Fungsi advokasi sendiri yaitu mengajak instansi pemerintah, instansi swasta, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat (ormas) untuk sama-sama aktif dalam melakukan pencegahan narkoba. Sifatnya dapat mempengaruhi secara kelompok. Untuk saat ini sudah terdapat himbauan atau surat edaran dari Pemerintah yang mewajibkan suatu instansi itu memiliki ; 1) Membentuk satuan tugas di unit kerjanya. 2) Mengadakan penyuluhan, sosialisasi bahaya narkoba di lingkungan kerjanya. 3) Tes urin mandiri. Dengan dasar ini maka instansi tersebut dapat mengundang / kerjasama kepada BNNP Lampung dalam pelaksanaannya kegiatannya. b. Diseminasi Sebuah tugas pemberian layanan informasi kepada masyarakat khususnya individu untuk dapat mengetahui apa itu narkoba dan bahayanya. Bentuk kegiatannya melalui;

74 1) Sosialisasi Kegiatan sosialisai yang dilakukan berupa sosialisasi memperkenalkan Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung yang menangani upaya penanganan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dan sosialisasi mengenai apa itu narkoba, jenis-jenis nya, dampak Penyalahgunaan narkoba, hukuman menyalahgunakan narkoba, dan yang berkaitan dengan narkoba. 2) Penyuluhan Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada Bab II hal 32 mengenai KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) juga biasa disebut penyuluhan sebagai suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dan edukasi dengan penyebaran informasi. Penyuluhan dilakukan untuk memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran kepada semua kalangan mengenai bahaya narkoba dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Penyuluhan biasanya dilakukan di kampus-kampus atau sekolah-sekolah. Untuk sekolah, biasanya seorang penyuluh menjadi Pembina upacara pada sekolah tersebut.

75 3) Publikasi media Memanfaatkan berbagai media sebagai publikasi agar dapat menyampaikan informasi mengenai narkoba yang digunakan melalui media-media seperti internet, iklan televisi, radio, baliho, dan koran. Diseminasi itu sifatnya juga mempengaruhi kepada individu yang belum tahu menjadi tahu, yang tahu jadi lebih memahami,sehingga masuklah kegiatan penyuluhan, sosialisasi, pemanfaatan media online, surat kabar, televisi yang sifatnya dapat mempengaruhi secara individual. Penyuluhan di BNNP Lampung itu ada dua, penyuluh pencegahan dan penyuluh dayamas namun di sini penyuluh hanya dari seksi pencegahan belum ada di seksi dayamas. 2. Seksi Pemberdayaan Masyarakat a. Pemberdayaan alternatif Pemberdayaan alternatif merupakam program pemberdayaan pada masyarakat yang di nilai rawan, bahaya, dan rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Seperti yang telah diuraikan pada BAB II hal 32 Kecakapan (life skill) merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapai problem kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya

76 Untuk di lampung belum ada program andalan seperti di Aceh terdapat grand design development, namun terdapat pelatihan tertentu seperti pengembangan kapasitas yang sifatnya seperti kegiatan workhshop dalam bentuk pelatihan dan lokakarya. Pemberdayaan alternative, merupakam program pemberdayaan masyarakat yang di nilai rawan, bahaya, dan rentan terhadap penyalahgunaan narkoba Pemberdayaan aternative di sini pemberdayaan masyarakat agar tidak menjadi korban, kurir atau pengedar agar tidak masuk ke dalam lingkaran narkoba. Seperti pelatihan life skill sebagai pemberdayaan dalam mencari suatu mata pencarian yang di laksanakan dengan bekerjasama dengan BNN Kota yang ada di lampung. b. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat, merupakan pemberdayaan masyarakat pada 3 lingkungan masyarakat yaitu, ada pemerintah yang di berdayakan, swasta di berdayakan, dan institusi pendidikan juga di berdayakan. Dalam mengupayakan peran aktif masyarakat instansi pemerintah, swasta, dan lembaga masyarakat menjadi bagian dalam upaya P4GN, melalui tahap pelaksanaan rapat kerja, bimbingan teknis, dan training of trainer (TOT). 1) Rapat kerja, sebagai upaya membangun hubungan mitra dengan instansi atau lembaga masyarakat sehingga mengetahui masalah perkembangan dari upaya mengenai P4GN dilingkungan kerjanya. Seperti mengadakan tes urin pada tingkat pelajar siswa di sekolah dan, mahasiswa di perguruan tinggi dalam penerimaan pelajar/mahasiswa

77 baru sebagai pemberdayaan masyarakat yang terbebas dari bahaya narkoba. 2) Bimbingan teknis adalah kegiatan pengembangan kapasitas informasi/ pengetahuan pada individu atau institusi tertentu, yang dilakukan dalam tiap periode 2 sampai 3 kali pertemuan, yaitu ; (a) Monitoring, secara umum membahas mengenai masalah P4GN. (b) Evaluasi, selama tiap tahun melihat hasil perkembangan dari program P4GN. 3) Training of trainer (TOT), adalah sebuah bentuk usaha yang dilaksanakan sebagai pelatihan pada pembentukan satuan tugas anti narkoba, relawan dan penggiat anti narkoba pada suatu instasi pemerintah, pendidikan dan lembaga masyarakat. Juga sebagai stakeholders atau perpanjangan tangan dari BNNP Lampung dalam pelaksanaan P4GN di lingkungannya. Kemudian dibentuk satuan tugas anti narkoba, penggiat anti narkoba, dan relawan anti narkoba, yang berperan menjadi stakeholders dari BNNP dalam mensinergitaskan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di instansi atau lembaganya sendiri. Namun hingga saat ini BNNP sendiri belum bisa memastikan jumlahnya.

78 Dari hasill wawancara penulis mendapat informasi bahwa pada peringatan HANI masih banyak remaja dan lingkungan masyarakat sekitar yang belum tahu hari nasional tersebut. Seperti yang telah dipaparkan pada Bab III hal 62. Sayangnya diantara kita masih ada yang belum mengetahui hari nasional tersebut. Sebenarnya jika peran serta dari remaja maupun lingkungan masyarakat sekitar ikut memeriahkan dan memperingati HANI dengan berbagai kegiatan yang telah di buat oleh BNNP berarti kita telah membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba dan memberikan dukungan kepada korban penyalahgunaan narkoba agar bisa kembali hidup sehat. BNNP Lampung telah melakukan berbagai upaya agar penyalahgunaan narkoba tidak merambah luas, atau meningkat namun dengan adanya permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh BNNP Lampung menjadi salah satu penyebab kenapa narkoba sulit untuk dihentikan dan terus menyebar, dalam hal ini partisipasi dari pihak manapun sangat dibutuhkan, karena jika satu saja yang menggunakan narkoba di dalam sebuah lingkungan, itu dapat menyebarkan kepada individu lain dan akan terus berantai kepada individu yang lainnya. Dengan upaya yang telah dilakukan oleh BNNP Lampung, harapan kedepan paling tidak Lampung menjadi berkurang Penyalahgunaan narkoba dan peredaran narkoba terutama pada kalangan remaja yang menjadi kebanggaaan bangsa dan Negara.

79 Dari berbagai program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BNNP Lampung. Seperti yang telah dipaparkan dalam pembahasan di Bab III halaman 64. Bagan program upaya BNNP Lampug dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.1 PROGRAM UPAYA PENCEGAHAN (P4GN) Seksi Pencegahan Seksi pemberdayaan masyarakat 1. Advokasi 2. Disemninasi Informasi 1. Pemberdayaan alternative 2. Pemberdayaaan masyarakat Kebijakan P4GN di instansi, institusi, atau lemabaga masyarkat Membentuk Satuan tugas anti narkoba, relawan anti narkoba dan penggiat anti narkoba B. Tujuan Dan Hasil Kerja Upaya BNNP LAMPUNG Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Saat melakukan wawancara dengan Kepala bidang P2M pada Bab III hal 60, bahwasanya tujuan dari upaya BNNP Lampung dalam Pencegahan penyalahgunaan narkoba ini mereka tidak terfokus hanya pada salah satu bidang, kelompok, atau usia. 1 Sumber : Diolah Peneliti, 2018.

80 Karena semua elemen itu wajib mendapatkan informasi mengenai bahaya narkoba dan wajib menjauhi narkoba. Tujuan dari bidang P2M BNNP Lampung adalah di harapkan Jumlah penyalahgunaan narkoba di Lampung dapat berkurang dan tidak meningkat. Hasil yang dapat kita lihat dari upaya yang dilakukan oleh bidang P2M BNNP Lampung yaitu adalah ; 1. Keluarnya kebijakan P4GN pada instansi, institusi, ataupun lembaga. 2. Membentuk Satuan Tugas Anti Narkoba di unit kerjanya. Sehingga dapat mensinergitaskan upaya pencegahan Penyalahgunaan narkoba sedini mungkin dan menjadikan peran individu atau kelompok dalam suatu institusi, instansi dan lembaga dapat bereperan dan berkontribusi demi menjadikan masyarakat Lampung yang bebas dari Penyalahgunaan narkoba. C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Upaya BNNP LAMPUNG Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Adapun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang menjadi pendukung dan penghambat atau kendala dalam pelaksanaanya. Berdasarkan hasil penelitian di BNNP LAMPUNG melalui serangkaian kegiatan Observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis data, kepada pihak-pihak yang terkait sehingga dapat memberikan informasi sebagi berikut 1. Faktor pendukung a. Himbauan atau surat edaran dari Pemerintah untuk instansi atau lembaga untuk melaksanakan upaya P4GN di lingkungan kerjanya.

81 b. Adanya satuan tugas anti narkoba, penggiat anti narkoba, dan relawan anti narkoba sebagai stakeholders dari BNNP Lampung dalam melaksankan kegiatan dilingkungan kerjanya masing-masing. 2. Faktor penghambat Upaya BNNP Lampung dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba tidak selamanya berjalan dengan mulus dan lancar tanpa hambatan. Adapun yang menjadi penghambat diantaranya; a. Perda mengenai P4GN belum ada. b. Jumlah tim penyuluh / personil BNNP Lampung masih kurang. c. Koordinasi dengan satgas anti narkoba, relawan anti narkoba dan penggiat anti narkoba belum intens dan maksimal. d. Anggaran Dana. Dari uraian diatas mengenai keadaan yang menjadi pendukung maupun kendala dalam upaya BNNP Lampung dalam Pencegahan penyalahgunaan narkoba, dengan demikian maka hal tersebut dijadikan sebagai evaluasi dan kajian serta tolak ukur oleh BNNP Lampung untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba lebih baik lagi.