A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian dari Mahaputra (2012), meneliti tentang Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabelvariabel yang diteliti seperti rasio lancar, debt to equity ratio, rasio total aset, dan profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur. Ardyasari (2012), meneliti tentang Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel yang diteliti seperti Current Ratio (CR), Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities to Inventory (CLI), Operating Income to Total Asets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return On Asset (ROA), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Gunawan & Wahyuni (2013), meneliti tentang Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode analisis data kuantitatif, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara total asets turnover, fixed asets turnover, dan inventory turnover 8
9 terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Sedangkan hasil untuk current ratio, debt to equity ratio, dan debt to asets ratio tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba di perusahaan. Akan tetapi total asets turnover, fixed asets turnover, inventory turnover, current ratio, debt to equity ratio, dan debt to asets ratio secara bersamaan berpengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba di perusahaan. Sufiana & Purnawati (2013), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu regresi linier berganda, uji F dan uji t. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil uji secara parsial, hanya variabel perputaran piutang dan peputaran persediaan yang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Sari (2014), meneliti tentang Gross Profit Margin, Current Ratio, Total Asets Turnover, dan Debt Ratio terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan sampel yang diambil ada 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian Sari menunjukkan bahwa current ratio dan debt ratio secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba di perusahaan, sedangkan total asets turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan dan gross profit
10 margin secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Deni (2014), meneliti tentang Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F atau secara simultan variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap return on asets. Sedangkan berdasarkan hasil uji t, perputaran kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asets, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asets. Akan tetapi yang paling dominan pengaruhnya yaitu perputaran piutang. Sari & Widyarti (2015), meneliti tentang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa net profit margin, total asets turnover, dan debt to asets ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan current ratio tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Diana & Santoso (2016), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Semen di BEI. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
11 Berdasarkan dari hasil beberapa penelitian terdahulu yang telah diungkapkan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa untuk perputaran total aset berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini didukung oleh penelitian Mahaputra (2012), Ardyasari (2012), Gunawan & Wahyuni (2013), dan Sari & Widyarti (2015), yang menunjukkan hasil penelitiannya berpengaruh positif dan hanya hasil penelitian Sari (2014) yang menunjukkan tidak berpengaruh signifikan. Untuk perputaran piutang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Karena hal ini didukung oleh hasil penelitian Deni (2014) dan Sufiana & Purnawati (2013) yang menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan dan hanya penelitian Diana (2016) yang mengungkapkan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Untuk rasio lancar berpengaruh terhadap pertumbuhan laba karena dari hasil penelitian Mahaputra (2012), Sari (2014), dan Ardyasari (2012), mengungkapkan bahwa rasio lancar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba dan hanya penelitian Gunawan & Wahyuni (2013) dan Sari & Widyarti (2015) yang mengungkapkan bahwa rasio lancar tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Dan yang terakhir, untuk debt to equity ratio kesimpulan dari beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Mahaputra (2012) dan Ardyasari (2012) yang mengungkapkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba dan hanya penelitian
12 Gunawan & Wahyuni (2013) saja yang mengungkapkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Keterkaitan dari beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu adanya kesamaan objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan kesamaan beberapa variabel yang digunakan oleh penulis. Variabel-variabel tersebut yaitu perputaran total aset, perputaran piutang, rasio lancar, dan debt to equity ratio. B. Kajian Pustaka 1. Kinerja Keuangan Menurut Sularso & Restianto (2011), kinerja merupakan suatu pencapaian atas apa yang direncanakan, baik dilakukan perseorang ataupun sekelompok organisasi. Apabila pencapaian yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang tersebut terlaksana dengan baik. Akan tetapi, apabila pencapaian yang dilakukan tidak sesuai dari apa yang di rencanakan, maka kinerja tersebut bisa dikatakan kurang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu alat ukur kinerja yang menggunakan indikator keuangan (Sularso & Restianto, 2011). 2. Evaluasi Kinerja Keuangan Menurut Orniati (2009), kinerja keuangan dapat dievaluasi dengan menggunakan analisis laporan keuangan, dimana neraca atau laporan
13 posisi keuangan dan laporan laba rugi digunakan sebagai data utama dalam analisis ini. Sehingga menurut Prastowo & Juliaty (2005), evaluasi kinerja sangat penting karena laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan suatu keputusan dan laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila laporan keuangan tersebut diolah untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. 3. Pertumbuhan Laba Menurut Mahaputra (2012), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan. Salah satunya yaitu perubahan penjualan, harga pokok penjualan, beban operasi, beban bunga, dan adanya pos-pos luar biasa yang dapat menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan laba perusahaan. Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat memicu adanya perubahan laba yaitu karena peningkatan harga akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial dalam menentukan metode akuntansi, sehingga dapat meningkatkan laba. Pertumbuhan laba bisa dihitung dengan mengurangkan laba operasional pada periode/tahun sekarang dengan laba operasional pada periode/tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan laba operasional pada periode/tahun sebelumnya.
14 4. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang sering digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan bermanfaat bagi pihak internal ataupun pihak eksternal perusahaan. Untuk pihak internal perusahaan, analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pengevaluasian kinerja perusahaan selama periode tersebut. Sedangkan untuk pihak eksternal, analisis rasio keuangan dapat dijadikan suatu perkiraan untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil oleh investor atau kreditor (Andriyani, 2015). Menurut Hanafi dan Halim (2009:74), rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan cara menggabungkan angka-angka yang ada di dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan (neraca). Rasio keuangan diklasifikasikan menjadi: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi rasio lancar dan rasio cepat. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aset-aset yang
15 ada didalam perusahaan, sejauh mana efektivitas manajemen dalam penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Macam-macam rasio aktivitas terdiri dari rasio perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran aset tetap, dan perputaran total aset. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Ada beberapa macam rasio solvabilitas, diantaranya yaitu rasio total hutang terhadap total aset, rasio utang modal saham, rasio time interest earned, rasio fixed charges coverage 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). 5. Rasio Pasar Rasio pasar merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur penilaian kinerja saham perusahaan terhadap nilai buku. Ada beberapa macam rasio pasar, diantaranya yaitu price earning ratio (PER), dividend yield, dan pembayaran deviden (dividend payout).
16 5. Perputaran Total Aset Menurut Hanafi dan Halim (2009:78), perputaran total aset merupakan suatu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimiliki, dan menurut Sudana (2011:22) rasio perputaran total aset mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam penggunaan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aset tetapnya seperti gedung, rumah, kendaraan, mesin, dll yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Menurut Andriyani (2015), semakin tinggi rasio perputaran total aset, maka semakin efisien penggunaan aset-aset yang ada di dalam perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Perputaran total aset ini sangat penting bagi para kreditur dan juga pemilik perusahaan, terutama manajemen perusahaan. Karena hal itu dapat memberikan penilaian kepada manajemen dalam pengelolaan efisiensi atau tidaknya seluruh aset yang ada di dalam perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin efisien penggunaan aset yang ada didalam perusahaan maka dapat meningkatkan kepercayaan diri manajemen dalam mengelola aset yang ada di dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan penjualan. Menurut Hanafi & Halim (2009:78) rumus dari rasio perputaran total aset yaitu:
17 6. Perputaran Piutang Menurut buku yang ditulis oleh Hanafi & Halim (2009:76), bahwa semakin lama rata-rata umur piutang yang ada di dalam perusahaan maka semakin besar dana yang tertanam dalam piutang tersebut. Dari beberapa rumus perhitungan rata-rata umur piutang, apabila angka yang dihasilkan rata-rata piutang terlalu tinggi, maka hal itu menunjukkan kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika angka yang dihasilkan terlalu rendah, maka hal itu pun tidak baik untuk perusahaan, karena kemungkinan kebijakan piutang dalam perusahaan tersebut terlalu ketat, sehingga akan menurunkan penjualan perusahaan yang harusnya bisa dimanfaatkan. Akan tetapi menurut Sudana (2011:22), perputaran piutang merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat perputaran piutang dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio perputaran piutang, maka semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan oleh perusahaan, dan sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat rasio perputaran piutang, maka semakin buruk kinerja manajemen piutang perusahaan. Menurut Deni (2014), rasio perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata piutang yang dapat tertagih dalam suatu periode tertentu. Pengelolaan piutang dapat dilihat dari tingkat perputaran piutangnya, apabila tingkat perputaran piutang lebih cepat maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan. Karena
18 piutang sebagai unsur modal kerja yang dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang dan kembali lagi menjadi kas. Adapun rumus perputaran piutang menurut Prastowo & Juliaty (2005: 86) yaitu: 7. Rasio Lancar Menurut Mahaputra (2012) Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh Hanafi dan Halim (2009:75), bahwa rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya termasuk didalamnya aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu siklus bisnis. Angka rasio yang terlalu tinggi tidak baik untuk perusahaan, karena hal itu diduga perusahaan tidak bisa memanfaatkan aset lancarnya dengan sebaik mungkin. Akan tetapi rasio yang terlalu rendah juga akan berdampak buruk terhadap perusahaan, karena diduga perusahaan tersebut memiliki likuiditas yang tinggi dimana perusahaan kurang modal untuk memenuhi/membayar hutangnya. Jadi standar rasio lancar menurut buku Hanafi dan Halim (2009) yaitu berkisar di angka 2. Menurut Sudana (2011:21), rasio lancar merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar
19 yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka semakin likuid perusahaan. Adapun rumus rasio lancar menurut Hanafi & Halim (2009:75) yaitu: 8. Debt to Equity Ratio Menurut Gunawan & Wahyuni (2013), debt to equity ratio ini merupakan perbandingan antara utang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi akan berdampak buruk bagi perusahaan karena semakin tinggi rasio sama halnya dengan semakin tinggi tingkat hutang maka beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi laba/ keuntungan perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio maka semakin baik untuk perusahaan karena perusahaan mampu mengembalikan utangnya sangat tinggi. Akan tetapi, menurut Mahaputra (2012), debt to equity ratio ini merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik sendiri. Sama halnya dengan menurut Zanora (2013), debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah utang dengan jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki. Semakin besar tingkat rasio ini maka semakin besar pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya risiko yang akan ditimbulkan akan besar apabila perusahaan tidak mampu membayar hutang-hutangnya dan perusahaan bisa mengalami kebangkrutan. Tingkat rasio yang tinggi akan membebankan
20 perusahaan dalam biaya bunga yang tinggi, sehingga hal itu bisa berdampak pada penurunan laba perusahaan. Sebaliknya, apabila tingkat debt to equity ratio rendah maka biaya bunga yang dibebankan oleh perusahaan semakin sedikit sehingga bisa meningkatkan laba perusahaan. Adapun rumus debt to equity ratio menurut Prastowo & Juliaty (2005: 89) yaitu: C. Kerangka Konseptual Perputaran Total Aset (X 1 ) Perputaran Piutang (X 2 ) Rasio Lancar (X 3 ) Pertumbuhan Laba (Y) Debt to Equity Ratio (X 4 ) Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini Gambar 2.1. Model Penelitian Empiris D. Perumusan Hipotesis Perputaran total aset merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh asetnya secara efektif untuk menghasilkan penjualan. Menurut Hanafi dan Halim (2011) rasio total aset ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya. Semakin tinggi rasio perputaran total aset, maka
21 semakin efektif penggunaan seluruh aset yang ada di perusahaan. Menurut Mahaputra (2012) semakin tinggi perputaran total aset maka semakin tinggi pula pertumbuhan laba perusahaan, dan sebaliknya semakin rendah perputaran total aset maka semakin rendah pula pertumbuhan laba perusahaan. Karena hal itu menunjukkan adanya perilaku manajemen yang apabila rasio perputaran total aset tinggi, semakin meningkatkan tingkat kepercaya dirian manajer dalam meningatkan laba perusahaan, karena manajemen yang ada di dalam perusahaan berhasil mengelola asetnya dengan baik. Menurut hasil penelitian dari Mahaputra (2012), Ardyasari (2012), Gunawan & Wahyuni (2013), dan Sari & Widyarti (2015) menunjukkan bahwa perputaran total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sehingga dari ketiga hasil penelitian tersebut, dapat diajukan hipotesis: H 1 : Perputaran Total Aset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan Rasio perputaran piutang merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur berapa lama piutang tersebut berubah menjadi kas. Didalam suatu perusahaan, penjualan secara kredit otomatis akan meningkatkan laba perusahaan. Hal itu terjadi karena para konsumen-konsumen perusahaan lebih tertarik untuk membeli barang secara kredit. Semakin besar proporsi jumlah kredit yang diberikan, maka semakin besar pula jumlah piutang yang ada di dalam perusahaan. Menurut Sudana (2011), semakin tinggi perputaran piutang maka semakin efektif dan efisien pengelolaan piutang yang diatur oleh manajemen. Menurut hasil penelitian Sufiana & Purnawati (2013) dan Deni (2014) perputaran
22 piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sehingga dapat diajukan hipotesis: H 2 : Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Apabila rasio lancarnya terlalu rendah, maka itu berdampak buruk terhadap perusahaan karena perusahaan kurang modal untuk membayar hutang-hutangnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun, apabila hasil rasionya terlalu tinggi, itu juga akan berdampak buruk bagi perusahaan karena diduga perusahaan tidak bisa mengelola aset lancar yang ada di perusahaan dengan sebaik mungkin (Hanafi & Halim, 2009). Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) rasio lancar yang tinggi dapat disebabkan karena tidak tertagihnya piutangpiutang dan tidak terjualnya persediaan yang ada di perusahaan, sehingga hal itu juga tidak dapat dipakai untuk membayar utang dan bisa menyebabkan laba perusahaan rendah. Sehingga dapat diajukan hipotesis: H 3 : Rasio Lancar berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba perusahaan Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan jumlah dana yang disediakan oleh pemberi pinjaman dengan pemilik perusahaan. Apakah dana untuk perusahaan lebih besar dari dana pinjaman atau modal pemilik sendiri. Karena semakin tinggi tingkat debt to equity ratio yang dihasilkan maka akan berdampak buruk bagi perusahaan, hal itu ditunjukkan dengan semakin besarnya hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula beban bunga yang
23 dimiliki oleh perusahaan sehingga bisa mengurangi laba. Sebaliknya, jika semakin rendah debt to equity ratio maka akan semakin baik kinerja perusahaan. Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) kreditor lebih menyukai angka debt to equity ratio yang kecil, karena semakin kecil rasio maka semakin besar jumlah aset yang didanai oleh pemilik perusahaan sendiri, dan semakin besar pula penyangga risiko kreditor. Akan tetapi jika dilihat dari perilaku manajer, apabila tingkat debt to equity ratio nya tinggi hal itu menunjukkan pinjaman dana yang ada di perusahaan tinggi, sehingga dengan adanya hutang yang tinggi manajer akan lebih bersemangat untuk mengembalikan pinjaman-pinjaman dana yang telah dilakukan dengan memperoleh laba yang tinggi. Menurut hasil penelitian Mahaputra (2012) dan Ardyasari (2012) menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Sehingga dapat diajukan hipotesis: H 4 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan