BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskular (PERDOSSI, 2004). Stroke juga merupakan salah satu penyakit neurologi yang paling sering dijumpai dan merupakan penyakit neurologi terbanyak yang dirawat di bagian penyakit saraf (Adam, 2001). Stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia yang menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut serta dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Setiap tahunnya 700.000 orang mengalami stroke baru atau berulang. Di seluruh dunia, stroke dialami oleh 20 juta orang dan menyebabkan 5 juta kematian per tahun (Kurniasih&Wijaya, 2002; Fisher, 2009). Prevalensi stroke di Indonesia adalah 0,0017% di pedesaan, 0,022% di perkotaan, 0,5% di antara orang dewasa Jakarta perkotaan, dan 0,8% secara keseluruhan (Kusuma Y et al., 2009). Data laporan tahunan dari Unit Stroke di RSUP Dr. Sardjito menunjukkan adanya peningkatan kasus tiap tahunnya dengan distribusi didominasi oleh stroke iskemik. Pada tahun 2009 kasus stroke iskemik mencapai 70% dari total kasus. Jumlah ini sedikit lebih rendah dari data terakhir 4
American Heart Association (AHA) dimana stroke iskemik mencapai 87% kasus, stroke perdarahan 10 % kasus stroke perdarahan intraserebral, 3% kasus stroke perdarahan subarachnoid (Setyopranoto, 2012). Stroke adalah penyebab kematian terbanyak ketiga diseluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia, stroke adalah penyebab utama kematian di atas usia lima tahun (Kusuma Y et al., 2009). Penelitian di Yogyakarta pada tahun 1991 melaporkan bahwa angka mortalitas pada pasien stroke adalah 28,3% (1.053 kasus) dari total seluruh pasien stroke dan dari jumlah tersebut mortalitas stroke iskemik adalah 20,4% dari 780 kasus (Setyopranoto, 2012). Selain menyebabkan kematian, prognosis bagi pasien stroke yang bertahan hidup paling sering menyebabkan masalah kecacatan kronis (disability), ketidak puasan (dissatisfaction) dan ketidaknyamanan (discomfort). Stroke merupakan suatu keadaan yang amat kompleks yang menyangkut terjadinya iskemia serebral, perubahan aliran darah serebral, inflamasi, peningkatan produksi radikal bebas, nekrosis neuronal, apoptosis serta disfungsi neurologik (Kurniasih&Wijaya, 2002). Apolipoprotein (Apo) merupakan protein komponen dari lipoprotein plasma. Ada banyak jenis lipoprotein. Apo A1 merupakan apolipoprotein mayor pada High Density Lipoprotein (HDL). Apo B merupakan komponen apolipoprotein mayor pada kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) (Li et al., 2009). 6
Apolipoprotein telah banyak diteliti dalam kaitannya dengan penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Apo A1 dan Apo B merupakan prediktor penyakit aterosklerosis yang lebih baik dibandingkan profil lipid konvensional (Qureshi et al., 2002). Penelitian tentang kadar Apo A1 pada penyakit serebrovaskular belum sebanyak pada penyakit kardiovaskular. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walldius et al., 2007 menyatakan bahwa kadar apolipoprotein A1 merupakan penanda yang lebih baik dibanding profil HDL untuk menilai faktor resiko dan prognosis pada kejadian infark miokard maupun stroke iskemik. Beberapa referensi menujukkan bahwa kadar apolipoprotein tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor genetik salah satunya adalah polimorfisme apolipoprotein yang dipengaruhi oleh perbedaan etnis. Penelitian sebelumnya menunjukkan konsentrasi Apo B sedikit lebih rendah pada orang kulit hitam dibandingkan kulit putih, sedangkan kulit hitam memiliki konsentrasi Apo A1 signifikan lebih tinggi dibandingkan kulit putih (Rifai et al., 1986). Sejauh pengetahuan penulis masih belum ada penelitian terkait kadar Apo A1 sebagai prediktor derajat keparahan outcome Stroke Iskemik akut yang dilakukan di Indonesia. Hal ini yang menjadikan alasan perlu dilakukannya penelitian terkait dengan peran kadar Apo A1 sebagai prediktor derajat keparahan outcome Stroke Iskemik akut di Indonesia. B. Permasalahan Berdasarkan fakta-fakta yang telah disebutkan, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 7
1. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan kecacatan terbesar di dunia. 2. Distribusi jenis stroke mayoritas adalah stroke iskemik. 3. Kadar apolipoprotein A1 merupakan penanda yang lebih baik dibanding profil HDL untuk menilai faktor resiko dan prognosis pada kejadian infark miokard maupun stroke iskemik 4. Kadar apolipoprotein dipengaruhi oleh faktor genetik salah satunya adalah polimorfisme apolipoprotein yang dipengaruhi oleh perbedaan etnis. 5. Kadar Apo A1 yang tinggi sebagai prediktor perbaikan outcome defisit neurologis stroke iskemik akut belum pernah diteliti khususnya di Yogyakarta, sehingga perlu diketahui perannya dalam mempengaruhi outcome defisit neurologis pada pasien stroke iskemik akut. C. Pertanyaan Penelitian Apakah kadar apoliprotein A1 tinggi mempengaruhi perbaikan outcome defisit neurologis pada pasien stroke iskemik akut? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar apolipoprotein A1 tinggi mempengaruhi perbaikan outcome defisit neurologis pada pasien stroke iskemik akut. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah mengenai pengaruh kadar apolipoprotein A1 tinggi terhadap perbaikan outcome defisit neurologis pada pasien stroke iskemik akut di Indonesia. 8
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam melakukan skrining laboratorium terhadap pasien sehingga klinisi dapat melakukan tindakan pencegahan dan memperbaiki outcome defisit neurologis stroke iskemik akut. F. Keaslian Penelitian Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya untuk menilai kadar Apolipoprotein A1 sebagai prediktor outcome derajat keparahan stroke iskemik disajikan dalam daftar sebagai berikut : Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti/Judul Desain Basis Hasil Yeh et al., 2013 Low levels of high-density lipoprotein cholesterol in patients with atherosclerotic stroke : a Prospective cohort study Florvall et al., 2006 Apolipoprotein is a stronger prognostic marker than are HDL and LDL cholesterol for cardiovascular disease and mortality in elderly men Olsson et al., 2005 High-density lipoprotein, but not low-density lipoprotein cholesterol levels influence short-term prognosis after acute coronary syndrome: results from the MIRACL trial Proposal Penelitian Kadar Apolipoprotein A1 Tinggi Sebagai Prediktor Perbaikan Outcome Defisit Neurologis Stroke Iskemik Akut prospective Cross sectional study prospective Prospective Hospital based Kadar HDL-C rendah pada saat masuk rumah sakit berhubungan dengan tingkat keparahan dan outcome klinis yang buruk pada follow-up pasien dengan stroke iskemik atherosklerotik Hospital based Serum Apo-A1 merupakan penanda yang lebih baik dibanding Apo B, rasio Apo B/Apo A1, HDL-C dan LDL- C untuk penyakit kardiovaskular dan mortalitasnya pada laki-laki tua Hospital based Kadar HDL-C yang tinggi berhubungan dengan kejadian ACS rekuren dalam 16 minggu pertama setelah ACS Hospital Based - 9