PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PEER EDUCATION TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWA KELAS 7 DI SMPN I JIWAN MADIUN Any Setyowati STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai adanya perubahan emosi, fisik, dan psikis. Pada remaja perempuan, salah satu tanda menginjak masa remaja adalah dengan adanya menstruasi. Gangguan yang menyertai menstruasi adalah Premenstrual Syndrome. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Peer Education terhadap tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun. Desain dari penelitian ini adalah pre ekperimental one group pre test-post test. Populasi dari penelitian ini adalah sebesar 27 siswi yang mengalami kecemasan Premenstrual Syndrome. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rank Test. Pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan Peer Education (pre test) tergolong berat 63%. Tingkat kecemasan setelah diberikan pendidikan Peer Education (post test) adalah ringan 51,9%. Hasil yang dapat diketahui bahwa ada perubahan tingkat kecemasan sebelum diberikan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Peer education. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,000 = 0 %) < α = 5%, yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan Peer education terhadap tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun Pendidikan kesehatan Peer Education dapat menurunkan tingkat kecemasan Premenstrual Syndrome pada remaja yang akan mengalami menstruasi Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Peer Education, Kecemasan, Premenstrual Syndrome PENDAHULUAN Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Moersintowarti, 2002). Pada saat itu mereka tidak hanya tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Kecemasan dalam menghadapi Premenstrual Syndrome adalah suatu keadaan menjelang menstruasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yaitu terjadinya hiperaktifitas sistem saraf otonom. Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil (Ganong, 2012). Hal ini berpengaruh terhadap aktifitas seharihari menjadi terganggu, misalnya pada saat menjelang menstruasi menjadi malas masuk sekolah (absen meningkat) sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi menurun. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja dengan rentang usia 10-19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta remaja tersebut tinggal di negara berkembang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 jumlah remaja di Indonesia mencapai 36 juta jiwa dan 55% diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia. SURYA 62 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
Berdasarkan data dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM, sebanyak 48% timbul suatu kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome (Hestiantoro, 2009). Sedangkan menurut penelitian Dwi Yati (2014) dilaporkan bahwa yang mengalami kecemasan Premenstrual Syndrome yaitu kecemasan ringan 19 responden (17,1%), kecemasan sedang 33 responden (29,7%) dan kecemasan berat 59 (53,2%). Berdasarkan hal tersebut maka semakin berat tingkat kecemasannya, maka premenstruasi syndrome nya semakin berat, sebaliknya semakin ringan tingkat kecemasannya, maka premenstruasi syndrome nya juga semakin ringan. Dalam penatalaksanaan kecemasan pre menstruasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitufarmakologi seperti obat anticemas,dan anti depresan. Sedangkan penanganan nonfarmakologi merupakan penanganan meliputi melakukan diet, senam aerobic dan terapi relaksasi Mengingat hal tersebut, diperlukan solusi lain untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh remaja putri. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN I Jiwan Kabupaten Madiun dari 10 siswi yang diwawancarai terdapat 8 siswi (80%) yang mengatakan sangat cemas dan takut menghadapi menstruasi dan 2 siswi (20%) tidak mengalami kecemasan. Sebagian besar alasan mereka mengatakan cemas dan takut menghadapi menstruasi dikarenakan kurangnya informasi mengenai menstruasi dan cara mengatasi rasa cemas saat Premenstrual Syndrome Dari fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer education Terhadap Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian merupakan rancangan untuk mengarahkan penelitian yang pengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan (Notoatmodjo, 2010). Desain yang digunakan adalah pre experiment Design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguhsungguh, penelitian ini menggunakan One group pretest-postest, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Madiun yang berjumlah 32 siswi yang mengalami kecemasan saat Premenstrual Syndrome. Sampel didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013): Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1. Responden yang mengalami PMS 7-10 hari sebelum menstruasi 2. Dapat berkomunikasi dengan baik 3. Bersedia menjadi responden penelitian Kriteria eksklusi : 1. Siswi yang tidak hadir saat penelitian 2. Siswi yang mendapat anti depresan sebelumnya Dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : 1. Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). 2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian. Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMPN I Jiwan Kabupaten Madiun.SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun sampai saat ini masih menempati 2 lokasi: di Jalan Pangongangan (Belakang Kantor Kecamatan Jiwan) ditempati untuk siswa-siswi kelas 7, dan di Jalan Raya Solo Desa Kincang ditempati untuk pembelajaran siswa-siswi kelas 8 dan 9. (Sejak Tahun Pelajaran 2013/2014). SMPN 1 Jiwan sebelumnya adalah Sekolah Teknik (ST 7) yang didirikan pada tanggal 26 Maret 1972 dengan lokasi pada awalnya di depan Kampoeng Palm Resto Jalan Raya Solo Jiwan (sekarang garasi mobil), kemudian pindah di Jalan SURYA 63 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
Pangongangan belakang Kantor Kecamatan Jiwan.ST 7 beralih menjadi SMPN Jiwan sejak tahun 1979 dan menempati lokasi gedung belakang Kantor Kecamatan Jiwan tersebut. Dan berangsur-angsur jumlah siswa semakin banyak bertambah sehingga lokasi sekolah tidak menampung, sehingga untuk siswa-siswi kelas 1 dipinjamkan gedung (bangunan yang sekarang ditempati SDN 1 Jiwan). Sedangkan siswa-siswi kelas 2 dan 3 tetap menempati gedung belakang Kantor Kecamatan Jiwan sebagai gedung pusat 1. Data Umum Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia No Usia F % 1 12 tahun 7 25,9 2 13 tahun 18 66,7 3 14 tahun 2 7,4 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak berumur 13 tahun ada 18 siswi (66,7%) yang paling sedikit sedikit berumur 14 tahun ada 2 siswi (7,4%), dan. Berarti sebagian besar siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun yang menjadi responden dalam penelitian ini berusia di atas 13 tahun sejumlah 18 orang atau 66,7%. Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Haid (Menarche) No Usia Menarche F % 1 11 4 14,8 2 12 10 37,0 3 13 13 48,2 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa usia saat pertama kali haid adalah paling banyak umur 13 sebanyak 13 siswi (48,1%) dan yang paling sedikit 11 tahun sebanyak 4 siswi (14,8%). Berarti usia saat pertama kali haid sebagian besar siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun saat pertama kali haid berusia 13 tahun sejumlah 13 orang atau 48,1%. Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Haid No Lama Haid F % 1 < 4 hari 1 3,7 2 4 5 hari 10 37,0 3 6 7 hari 14 51,9 4 > 7 hari 2 7,4 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwalama haid yang terbanyak antara 6-7 hari ada 14 siswi (51,9) dan yang paling sedikit yaitu <4 hari sebanyak 1 siswi (3,7%). Berartisebagian besar siswi kelas 7 SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun yang menjadi responden dalam penelitian mengalami haid 6 sampai 7 hari sejumlah 14 orang atau 51,9%. 2. Data Khusus Tabel 4 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome sebelum Mendapatkan Peer education. No Tingkat Kecemasan F % 1 Tidak ada kecemasan 0 0 2 Ringan 1 3,7 3 Sedang 9 33,3 4 Berat 17 63,0 Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa yang paling banyak adalah tingkat kecemasan berat sebanyak 17 (63,0%) responden dan yang sedikit adalah responden yang mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu 1 (3,7%) responden dan sebagian besar tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan peer education dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 17 (63,0%) responden. Tabel 5 Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome sesudah Mendapatkan Peer education No Tingkat Kecemasan F % 1 Tidak ada kecemasan 0 0 2 Ringan 14 51,9 3 Sedang 13 48,1 4 Berat 0 0,0 Hasil penelitian pada tabel 5 dapat diketahui sebagian besar tingkat kecemasan responden setelah dilakukan pendidikan kesehatan peer education yang paling banyak adalah tingkat kecemasan ringan yaitu 14 (51,9%) responden dan yang sedikit adalah SURYA 64 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
tingkat kecemasan sedang yaitu 13 (48,1%) responden dan sebagian besar tingkat kecemasan responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan peer education dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 13 (48,1%) responden. Tabel 6 Pengaruh Peer education terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS) Tidak Kelompok Cemas Ringan Sedang Berat Jumlah F % F % F % F % Sebelum 0 0 1 3,7 9 33,3 17 63,0 27 intervensi Sesudah 0 0 14 51,9 13 48,1 0 0 27 intervensi Wilcoxon Signed Rank Test: P value=0,000 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan Premenstrual Syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehataan peer education paling tinggi adalah tingkat kecemasan berat yaitu 17 (63,0%) responden dan yang paling rendah adalah pada tingkat kecemasan ringan yaitu 1(3,7%) responden. Sedangkan tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sesudah diberikan pendidikan kesehaatan peer education paling tinggi adalah tingkat kecemasan ringan yaitu 14 (51,9%) responden dan yang rendah yaitu 13 (48,1%) responden. Uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,000 = 0 %) < α = 5%, yang berarti H 0 ditolak dan ha diterima yang artinya ada perbedaan antara kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan Peer education pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Amelia.2014. Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. education terhadap Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sebelum (pre test) mendapatkan pendidikan kesehatan Peer education pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun sebagian besar sebanyak 63% adalah kecemasan berat. 2) Tingkat kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome sesudah (post test) mendapatkan pendidikan kesehatan Peer education pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun sebagian besar sebanyak 51,9% adalah kecemasan ringan. 3) Ada pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan dengan P value = 0,000. 2. Saran Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Bagi Responden Diharapkan dengan penelitian ini remaja mampu mengatasi kecemasan menghadapi Premenstrual Syndrome dengan mengikuti penyuluhan, pendidikan kesehatan. Sehingga dapat mengetahui segala informasdi yang terkait baik penanganan aupun pencegahan dalam menghdapi kecemasan Premenstrual Syndrome. 2) Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan dosen stikes Bhakti Husada Mulia Madiun untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual Syndrome. 3) Bagi SMPN 1 Jiwan Madiun Diharapkan untuk memberikan pendidikan reproduksi kepada siswi agar siswi dapat mengetahui bagaimana cara penanganan saat menghadapi Premenstrual Syndrome. DAFTAR PUSTAKA (Jurnal).Bogor: Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis SURYA 65 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018
Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2015. http://demografi.bgs.go.id/ Diakses pada tanggal 6 januari 2016. Dwi Yati. 2014. Pengaruh Peer education Terhadap Kecemasan Pada Remaja Post Menarche Di Wilayah Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. (Jurnal). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Ganong, W.F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hestiantoro. 2009. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Sindroma Pramenstruasi pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta.(Jurnal). Surakarta:Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta Moersintowarti, 2002, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto. WHO. World Health Statistics 2015. World Health Organization. SURYA 66 Vol. 10, No. 02, Agustus 2018