PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN DENGAN METODE SNOWBALL THROWING

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

Transkripsi:

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1 2018 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE () PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KELURAHAN SEMPUR KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR TAHUN 2018 Biella Salsabilla 1), Andreanda Nasution 2) dan Ichayuen Avianty 3) 1) Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor email: bileh.salsabilla@gmail.com 2) Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor email: andre.anda88@gmail.com 3) Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor email: ichayuen@gmail.com Abstrak Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian, dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi. Hal ini menjadi penyebab utama ledakan jumlah penduduk. Oleh karena itu upaya menekankan jumlah penduduk dengan cara menggalakan program keluarga berencana salah satunya dengan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara sikap (p-value 0,006) dan dukungan suami (p-value 0,009) terhadap pemilihan alat kontrasepsi dan tidak ada hubungan antara pendidikan (p-value 0,821), paritas (p-value 0,335), pengetahuan (p-value 0,416) dan kepercayaan (p-value 0,120) terhadap pemilihan alat kontrasepsi. Kata Kunci :, pengetahuan, dan dukungan suami. Pendahuluan Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian, dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi. Hal ini menjadi penyebab utama ledakan jumlah penduduk. Oleh karena itu upaya menekankan jumlah penduduk dengan cara menggalakan program keluarga berencana (KB) (BPS, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah meningkat dibanyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub- Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak 241.642 (0,69%), Implant sebanyak 3.680.816 (10,46%), kondom 8

sebanyak 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil KB sebanyak 8.300.362 (29,58%) (Depkes RI, 2014). Hasil Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat 2015 persentase pasangan usia subur (PUS) berumur 15-49 tahun yang menggunakan atau memakai alat kontrasepsi KB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 tercatat sebanyak 153.127 peserta KB aktif dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi Intra Uterine Device () sebanyak 3.928 peserta, medis operatif wanita (MOW) sebanyak 1.119 peserta, medis operatif pria (MOP) sebanyak 77 peserta, kondom sebanyak 1.357 peserta, Implan sebanyak 8.894 peserta, suntik sebanyak 84.569 peserta, pil KB sebanyak 53.129 peserta (BPS Jawa Barat, 2015). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2016 tercatat jumlah pasangan usia subur (PUS) di Kota Bogor sebanyak 153.463 dengan jumlah peserta KB baru sebanyak 17.442 atau 111,17% dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 116.819 atau 76,12%. Alat kontrasepsi merupakan salah satu alat kontrasepsi yang cakupan peserta KB aktifnya masih rendah di Kota Bogor jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil dan suntik. Di Kota Bogor sendiri untuk menambah cakupan peserta KB baru dan KB aktif digalakan suatu program yaitu program safari keluarga berencana untuk menambah jumlah akseptor KB baru dan KB aktif di Kota Bogor. Proporsi KB aktif menurut tingkat Kecamatan di Kota Bogor paling rendah diantara 6 kecamatan terdapat di Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 2.117 peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi. Dan diantara 5 puskesmas yang berada di Kecamatan Bogor Tengah Puskesmas Sempur berada di tingkat terendah dalam penggunaan alat kontrasepsi yaitu sebesar 94 peserta KB aktif. Berdasarkan Laporan Pengendalian Lapangan Tingkat Kecamatan Bogor Tengah tahun 2017 tercatat jumlah pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Bogor Tengah sebanyak 14.138 dan % terhadap PUS sebesar 75.52%. Puskesmas Sempur merupakan Puskesmas yang memiliki peserta KB aktif terendah di Kecamatan Bogor Tengah sesuai dengan laporan Dinas Kesehatan tahun 2016 yaitu sebesar 94 peserta KB aktif. Puskesmas Sempur memiliki wilayah kerja yang mencakup 3 Kelurahan, diantaranya Kelurahan Babakan, Kelurahan Sempur dan Kelurahan Tegallega. Dari masing-masing Kelurahan terdapat peserta KB aktif, Kelurahan Babakan peserta KB aktif sebesar 35,6%, Kelurahan Tegallega peserta KB Aktif sebesar 31,4% dan Kelurahan Sempur peserta KB aktif sebesar 17,6% (Dallap Kecamatan Bogor Tengah,2017). Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui atau mempelajari antara variabel penelitian dengan cara mengamati dan mengidentifikasi variabel dependen dan variabel indipenden dikumpulkan dalam satu waktu yang bersamaan (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini yaitu Akseptor KB Aktif di Kelurahan Sempur Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor dengan jumlah populasi sebanyak 156 orang. Sampel pada penelitian ini adalah 61 responden yang menggunakan KB dan Non. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan alat kontrasepsi sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, kepercayaan dan dukungan suami. 9

Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Laporan Pengendalian Lapangan Tingkat Kecamatan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara simple random sampling. Analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan pendidikan, paritas, pengetahuan, dukungan suami, sikap, kepercayaan dengan pemilihan alat kontrasepsi menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil Tabel 3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Pendidikan Pemilihan Alat Kontrasepsi Total p Non value OR(95%CI) Tinggi 18 51,4% 17 48,6% 35 100,0% 0,821 1,288 (0,463-3,579) Rendah 15 57,7% 11 42,3% 26 100,0% Total 33 54,1% 28 45,90% 61 100,0% Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,821) > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. Tabel 3.2 Hubungan Paritas dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Paritas Pemilihan Alat Kontrasepsi Total p Non value OR(95%CI) < 2 6 40,0% 9 60,0% 15 100,0% 0,335 0,469 (0,143-1,539) 2 27 58,7% 19 41,3% 46 100,0% uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,335) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. 10

Tabel 3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Pengetahuan Pemilihan Alat Kontrasepsi Total p value OR(95%CI) Non Baik 21 60,0% 14 40,0% 35 100% 0,416 1,750 (0,628-4,880) Kurang 12 46,2% 14 53,8% 26 100% uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,416) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. Tabel 3.4 Hubungan Sikap dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Sikap Pemilihan Alat Kontrasepsi Total p value OR(95%CI) Non Positif 21 75,0% 7 25,0% 28 100% 0,006 5,250 (1,728-15,949) Negatif 12 36,4% 21 63,6% 33 100% uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,006) < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. 11

Tabel 3.5 Hubungan Kepercayaan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Kepercayaan Pemilihan Alat Kontrasepsi Non Total p value OR(95%CI) Percaya 17 68,0% 8 32,0% 25 100,0% 0,120 0,376 (0,130-1,094) Tidak Percaya 16 44,4% 20 55,6% 33 100,0% uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,120) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. Table 3.6 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018 Dukungan Suami Pemilihan Alat Kontrasepsi Non Total p value OR(95%CI) Mendukung 26 68,4% 12 31,6% 38 100,0% 0,009 4,952 (1,614-15,194) Tidak Mendukung 7 30,4% 16 69,6% 23 100,0% uji Chi Square diperoleh nilai p-value (0,009) < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada Pembahasan Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi bukan jaminan seseorang akan melakukan sebuah tindakan termasuk dalam memilih alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarce hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Sempur tahun 2018. Pinontoan dkk (2014) dengan hasil uji statistik chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim dengan nilai (p) = 0,745 ( > 0,05). Berdasarkan tabel 3.2 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik ibu yang 12

memiliki 2 anak atau lebih cenderung tidak memilih alat kontrasepsi dengan berbagai alasan, salah satunya adalah alasan responden atau ibu merasa kurang nyaman dan merasa ketakutan dengan proses pemasangan Alat Kontrasepsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak (paritas) dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Berdasarkan tabel 3.3 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi Hal ini di karenakan tingkat pengetahuan yang baik bukan berarti menjadi jaminan bahwa responden memilih alat kontrasepsi semuanya kembali lagi kepada kesesuaian dan kenyamanan individu masing-masing terhadap suatu alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawaty (2013) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan KB. Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulastin (2010) di Kabupaten Jepara dan penelitian Henny (2009) di Kecamatan Tanjung Morawa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan keikutsertaan perempuan menggunakan. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh pengetahuan. Tingginya pengetahuan responden juga mempengaruhi sikap positif terhadap. Berdasarkan tabel 3.5 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Wulandari (2013) hubungan kepercayaan dengan keikutsertaan KB menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan dengan keikutsertaan KB dengan P-value 0.486. Berdasarkan tabel 3.6 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shindy (2017) menyatakan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kecamatan Bantul Yogyakarta, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,000 < 0,05). Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Sempur tahun 2018 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device () pada pasangan usia subur di Kelurahan Sempur tahun 2018, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dan tidak terdapat hubungan antara pendidikan, paritas, pengetahuan dan kepercayaan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Dalam hal ini perlu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pasangan usia subur agar lebih memahami mengenai program keluarga berencana salah satunya metode jangka panjang yaitu alat kontrasepsi. Referensi [1] BPS. 2013. Statistical Year Book of Indonesia 2013. Badan Pusat Statistik. [2] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2015. Jawa Barat dalam angka Jawa Barat In Figures 2015. [3] Departemen Kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan. 13

[4] Desitavani, Shindy. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Devices (Iud) Pada Ibu Di Kecamatan Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV. Yogyakarta. [5] Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2016).Profil Tahunan Kesehatan Kota Bogor Tahun 2016. [6] Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 2017. Laporan Pengendalian Lapangan Tingkat Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2017. [7] Kusumaningrum, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur [Skripsi]. Semarang.: FK. Universitas Diponegoro. [8] Mulastin. 2010. Hubungan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di RSIA Kumala Siwi Pecangan Jepara. Jepara: Jurnal Kesehatan dan Budaya Volume 3. [9] Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta [10] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta [11] Pinontoan, Sarce 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara. Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mando [12] Verawaty, R. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Wanita Pada Istri Pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Bintan Timur Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok [13] Wulandari, Sri. 2016. Hubungan Faktor Agama Dan Kepercayaan Dengan Keikutsertaan KB Di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Rakernas AIPKEMA 2016 14