BAB 1 PENDAHULUAN. keluar berwarna kuning yang mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan inisiasi menyusu dini. berdampak psikologis pada ibu dan bayi (Roesli, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga berusia 6 bulan, ASI yang pertama keluar berwarna kuning yang mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula, bayi yang baru lahir dan ibu saling memberikan stimulasi penting dalam waktu satu jam pertama, bayi baru lahir sangat siap untuk segera mendapatkan asupan bergizi (Depkes RI, 2002). Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa. Sebagai manusia anak berhak untuk mendapatkan pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya. Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan upaya yang tepat, terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian tertinggi kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun (Ahmadi, 1999) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, sebelum bayi dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibunya, tetapi

langsung mendekap dan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008). Righard (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya bayi dapat menyusu sendiri sejak lahir. Hasil penelitian di Ghana pada tahun 2006 terhadap 10.947 bayi menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini meningkat menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Lebih dari sepertiga kematian anak terjadi pada bulan-bulan pertama kehidupannya, pemberian ASI sejak dini adalah asupan gizi terbaik untuk melindungi bayi terhadap penyakit yang mematikan seperti infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, dan obesitas. Bahkan melalui pemberian IMD akan membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, menyusui merupakan proses alamiah yang dapat dilakukan oleh hampir semua ibu kepada bayinya, namun ibu yang menyusu bayinya pada 1 jam pertama kelahiran hanya 41,8% bahkan di beberapa daerah menunjukkan angka yang jauh lebih rendah.

Di Indonesia ketentuan mengenai IMD tercantum dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan. Akan tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 hanya 40,21% bayi yang disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Suradi (2004) menyatakan dengan menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak menit pertama bayi baru lahir sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang paling mudah dan sukses dilakukan adalah bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan mentalnya untuk melahirkan dan menyusui, serta bila ibu mendapat informasi, dukungan, dan merasa yakin akan kemampuannya untuk merawat bayinya sendiri. Pada kenyataannya, ketika seseorang masuk kedalam suatu pelayanan kesehatan, dia memerlukan bantuan dari petugas kesehatan, hubungan yang terjadi adalah hubungan saling membantu dengan tujuan mengatasi masalah kesehatan yang selanjutnya hubungan ini disebut dengan hubungan terapeutik. Dalam hubungan ini dilakukan proses komunikasi penyampaian hal-hal terkait masalah kesehatan baik itu terkait mengatasi masalah kesehatan maupun upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan pasien/klien. Komunikasi yang dilakukan dalam hubungan ini disebut dengan komunikasi terapeutik (Tamsuri, 2006). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan dan kesehatan klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan klien. Persoalan mendasar antara petugas kesehatan dan klien sehingga dapat dikategorikan kedalam komunikasi pribadi antara petugas kesehatan dan klien, petugas kesehatan membantu dan klien menerima bantuan (Musliha dkk, 2009). Salah satu cara dalam meningkatkan pengetahuan seseorang dalam menerapkan anjuran petugas kesehatan adalah dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien sehingga dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan pasien (Handayani, 2011). Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan mempunyai peran besar terhadap kemajuan kesehatan pasien. Komunikasi terapeutik berkaitan dengan penerimaan informasi yang baik sehingga banyak kasus diharapkan dengan adanya penerimaan komunikasi akan berdampak pada pengetahuan dan pernyataan sikap pasien (Palestin, 2002). Untuk meningkatkan interaksi petugas kesehatan dengan pasien, diperlukan suatu komunikasi yang baik oleh tenaga kesehatan. Dengan komunikasi, seorang petugas kesehatan dapat memberi informasi yang lengkap guna meningkatkan

pengetahuan pasien dalam setiap informasi yang disampaikan kepadanya (Niven, 2002). Berdasarkan hasil penelitian dari Handayani (2011) mengenai pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pengetahuan pasien tentang diet pada hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan diketahui bahwa pengetahuan pasien tersebut meningkat rata-rata sebesar 93,9%. Berdasarkan hasil penelitian dari Setiawan (2005) di RSU H.Adam Malik Medan diketahui bahwa dengan dilakukannya komunikasi terapeutik terhadap pasien yang akan menjalani operasi dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka yang pada awalnya sebanyak 84,6% pasien (reponden penelitian) mengalami tingkat kecemasan ringan dan 15,5% dengan tingkat kecemasan sedang menjadi 92,3% mengalami tingkat kecemasan ringan dan hanya 7,7% yang mengalami tingkat kecemasan sedang (Setiawan, 2005). Berdasarkan hasil penelitian dari Yulianty (2010) bahwa peran petugas kesehatan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan IMD 35,5 % dan dari hasil pelaksanaan IMD yang dilakukan dalam penelitian di Puskesmas Bromo Kota Medan menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD tergolong baik dengan persentase 90,3 %. Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI Nomor 36, 2009).

Dalam hal ini petugas kesehatan yang terkait dengan proses membantu ibu dalam proses IMD adalah setiap petugas yang terkait dengan prosesnya mulai dari awal pemberian informasi mengenai IMD sampai dengan pasien tersebut tahu, setuju, dan akhirnya dengan kesadaran sendiri meminta bantuan petugas kesehatan untuk melakukan IMD. Petugas kesehatan dalam hal ini bisa saja bidan, perawat ataupun dokter. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI Nomor 36, 2009). Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan selain puskesmas, klinik dokter, posyandu, apotek, dll. Oleh karena itu rumah sakit pun wajib melakukan upaya promotif dan preventif. Jadi, bukan hanya upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan di rumah sakit. Upaya promotif dan preventif akan digambarkan dengan penjelasan pada bab berikutnya. Dalam Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pasien di rumah sakit adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Jadi, sudah menjadi suatu kewajiban dari petugas kesehatan di rumah sakit untuk memberitahukan informasi tentang kesehatan baik itu diminta oleh pasien ataupun tidak diminta selama itu masih terkait dengan kebutuhan kesehatan pasien tersebut yang dalam hal ini adalah pemberian IMD. Tidak semua pasien tahu tentang IMD maka sudah seharusnya petugas kesehatan menyampaikan informasi dan membantu hingga terlaksananya IMD dengan baik pada pasien yang akan melakukan proses persalinan di rumah sakit. IMD dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, cakupan pelaksanaan IMD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 hanya 38,2%, sedangkan di Kota Medan sebanyak 2,23% pada tahun 2010, dan di Kota Tanjungbalai hanya sebanyak 1,23% padahal cakupan pelaksanaan IMD yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah sebesar 80%. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memperihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan keberhasilan program ASI eksklusif (Depkes RI, 2011). Untuk wilayah kerja rumah sakit cakupan pelaksanaan IMD juga belum mencapai angka yang diharapkan diantaranya seperti di RSUD Dr. Abdul Manan

Simatupang Kabupaten Asahan dengan angka cakupan pelaksanaan IMD sebesar 11,45% dan di RSUD Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi sebesar 17%. RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai adalah satu-satunya rumah sakit milik pemerintah yang ada di kota Tanjungbalai. Di rumah sakit ini sudah seharusnya dilakukan ketentuan yang tertuang dalam peraturan pemerintah mengenai pelayanan kesehatan yang harus diterapkan di rumah sakit seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah terkait dengan IMD. Di rumah sakit ini angka cakupan pelaksanaan IMD pada tahun 2011 adalah sebesar 9% yang mana masih jauh dari standar yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit yaitu sebesar 70%. Menurut Nuchsan (2000) dalam Yulianty (2010), berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Dari hasil wawancara pada survei pendahuluan dengan beberapa petugas kesehatan di ruang rawat inap obgyn RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai ternyata tidak semua ibu melakukan pemberian IMD karena kurangnya pengetahuan ibu tentang IMD yang mengakibatkan ibu tidak bersedia melakukannya dengan alasan yang diantaranya seperti takut bayinya masuk angin, kedinginan, atau kasihan

terhadap keadaan bayi yang dibiarkan begitu saja diatas perut ibu dalam waktu yang cukup lama sekitar 30 60 menit. Kurangnya pengetahuan pasien ini diasumsikan karena kurang optimalnya komunikasi terapeutik yang dilakukan petugas kesehatan. Penyampaian informasi mengenai IMD dan ASI ekslusif di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai disampaikan oleh petugas kesehatan yang bertugas di poliklinik kandungan dan kebidanan yang mana pada poliklinik ini dilakukan pelayanan asuhan kehamilan (antenatal care) yang salah satu prosedur kerjanya adalah penyampaian informasi kepada ibu hamil yang datang berkunjung memeriksakan kehamilannya. Penyampaian informasi mengenai IMD dan ASI ekslusif biasanya dilakukan kepada ibu hamil trisemester III. Penyampaian informasi yang dilakukan adalah secara interpersonal atau dengan kata lain komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi terapeutik dengan harapan pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima ibu dengan baik sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan ibu sehingga nantinya muncul kesadaran ibu untuk melakukan IMD. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pemberian IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. 1.2.Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah bagaimana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. 1.4.Hipotesis Ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. 1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan IMD. 1.5.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai bahwa pentingnya penerapan komunikasi terapeutik yang baik bagi seorang petugas kesehatan yang berdampak pada keberhasilan pelaksanaan IMD.