BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosok perempuan memang sangat menarik untuk diperbincangkan. Perempuan adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan segala keindahan dan kecantikan yang dimilikinya. Selain itu dari dalam diri perempuanlah seorang manusia dapat hadir ke bumi untuk pertama kali. Oleh sebab itu, meskipun perempuan ditakdirkan menjadi makhluk yang lemah namun bukan berarti hak serta kewajibannya dapat dirampas. Paham tentang wanita sebagai orang lemah lembut, permata, bunga, dan sebaiknya pria sebagai orang yang cerdas, sakti, dan sejenisnya, selalu mewarnai sastra. Citra wanita dan pria tersebut seakan-akan telah melekat di benak penulis sastra. Islam diturunkan sebagai pembawa rahmat keseluruhan alam, termasuk kepada kaum perempuan. Nilai-nilai fundamental yang mendasari agama Islam seperti perdamaian dan pembebasan termasuk persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan, banyak tercermin dalam ayat-ayat al-quran. Muhammad (2001: 22) telah mengungkapkan bahwa dalam ayat surat An-Nisa 34 ini harus dipahami sebagai teks yang bersifat sosiologis dan kontekstual. Posisi perempuan yang ditempatkan sebagai bagian laki-laki dan laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga, sebenarnya muncul dalam suatu peradaban patriarki atau peradaban laki-laki dimana ketergantungan 1
2 perempuan terhadap laki-laki dalam aspek ekonomi dan keamanan sangat kuat. Apabila penafsiran ini bersifat sosiologis dan kontekstual, maka terbuka suatu kemungkinan bagi terjadinya proses perubahan, dengan kata lain, posisi perempuan sebagai subordinat laki-laki juga mungkin diubah pada waktu sekarang, mengingat format kebudayaannya yang sudah berubah. Dapat dilihat dengan cara pandang demikian, setidaknya dapat memahami bahwa perempuan bukanlah makhluk Tuhan yang harus selalu dan selamanya dipandang rendah hanya karena dia perempuan, sebagaimana yang berlaku dalam tradisi dan kebudayaan patriarki. Pada saat yang sama, seseorang juga tidak selalu dan terus menerus menganggap salah ketika perempuan menjadi pemimpin, penanggung jawab, pelindung, dan pengayom bagi komunitas laki-laki, sepanjang hal itu tetap dalam kerangka kerahmatan, keadilan, dan kemaslahatan, atau kepentingan masyarakat luas. Penafsiran dengan paradigma seperti ini bukan terbatas pada hubungan laki-laki perempuan dalam ruang domestik (suami-istri), tetapi juga berlaku untuk semua masalah hubungan kemanusiaan yang lebih luas atau persoalanpersoalan lainnya yang terkait dengan dinamika sosial dan budaya (Muhammad, 2001: 22). Kehidupan perempuan banyak tertuang dalam karya sastra. Karya sastra adalah sebuah karya kreatif hasil dari imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk kata yang sarat akan makna dan keindahan. Selain itu karya sastra merupakan bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Karya
3 sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengantar serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Imajinasi adalah bentuk sifat kreatif yang mengakibatkan seseorang selalu berusaha menciptakan karya keindahan. Selain itu karya sastra juga merupakan tiruan realitas kehidupan yang merupakan sumber inspirasi dari kehidupan pengarang. Oleh sebab itu, dalam sebuah karya sastra sering kali terlihat makna tentang kehidupan, sebab pada dasarnya kehadiran karya sastra tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sebab sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pada sebuah karya sastra seorang pengarang mencoba menghasilkan pandangan mengenai dunianya tentang kenyataan yang terjadi di alam sekitarnya untuk menunjukkan bahwa sebuah karya sastra bersumber pada budaya dan masyarakat tertentu. Dilihat dari isinya novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy menceritakan tentang seorang gadis yang hidup di dalam pesantren dan penuh aturan-aturan yang cenderung memojokkan kaum wanita. Dari situ tokoh utama ingin merasakan kebebasan seperti kedua kakak laki-lakinya. Dalam novel ini penulis juga ingin menginspirasikan bagaimana wanita selayaknya diperlakukan terutama dalam rumah tangga. Ketidakseimbangan antara peran laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari masih adanya anggapan bahwa perempuan memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental, yang kemudian berpengaruh pada segi pembagian peran dan perlakuan dalam masyarakat, karena anggapan adanya
4 keterbatasan tersebut maka perempuan dianggap tidak layak menempati posisi tertentu. Novel di Indonesia yang benar-benar menggugat posisi subordinat perempuan memang sudah cukup banyak. Novel Perempuan Berkalung Sorban adalah novel berbingkai feminisme. Perspektif feminisme lebih mengarahkan pandangannya pada karya-karya yang ditulis perempuan, dan sekaligus juga menampilkan tokoh perempuan dengan berbagai masalahnya. Perspektif dimaksud tidak semata-mata memandang novel dari kacamata estetika, tapi juga memfokuskan kajian pada makna dan hubungannya dengan realitas sosial dan budaya. Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh Astutik (2003) dengan judul Penggunaan Bahasa Perbandingan pada Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Fokus penelitian pada karya sastra yang berbentuk novel dan meneliti tentang penggunaan gaya bahasa perbandingan. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu ada bermacam-macam gaya bahasa yang digunakan pada novel Perempuan Berkalung Sorban, antara lain: personifikasi, ironi, sinisme, dan metafora. Peneliti terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Wardhana (2015) dengan judul Keliyanan Tokoh Perempuan dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Penelitian ini mendiskripsikan kelainan sifat perempuan. Bebas untuk bertingkah seksual. Peneliti fokus meneliti pada tokoh perempuan yang bertingkah bebas, tidak sesuai layaknya seorang perempuan.
5 Keunikan dari penelitian ini adalah lebih memfokuskan pada ketertindasan perempuan oleh seorang laki-laki untuk memperjuangkan hak dan kewajiban perempuan menurut Islam yaitu pada hak dan kewajiban perempuan menurut Islam. Selain itu novel ini memiliki energi spiritual yang tinggi. Menggambarkan perjuangan kemanusiaan dalam ranah agama dan budaya Indonesia, sehingga menggugah star vision untuk mewujudkannya melalui layar lebar yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengangkat judul Hak dan Kewajiban Perempuan Menurut Islam dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. 1.2 Batasan Masalah Dalam menganalisis novel peneliti akan membatasi masalah penelitiannya. Pada sebuah penelitian pastinya terdapat suatu masalah yang diteliti, dan masalah tersebut pada hakikatnya mencakup hal yang sangat luas. Oleh karena itu untuk mencegah hal tersebut terjadi maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah yang akan dianalisis yaitu pada hak dan kewajiban perempuan menurut Islam yang terdapat dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan permasalahan dalam penulisan penelitian ini yaitu:
6 1. Bagaimana hak perempuan menurut Islam dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy? 2. Bagaimana kewajiban perempuan menurut Islam dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesetaraan gender yang terjadi dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy yang meliputi: 1. Mendeskripsikan hak perempuan menurut Islam yang terdapat dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. 2. Mendeskripsikan kewajiban perempuan menurut Islam dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu sastra Indonesia, khususnya dengan mengkaji teori feminisme yang berpijak pada kesetaraan gender. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kajian bacaan sebagai bagian dari karya sastra. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan perbandingan atau acuan bagi penelitian berikutnya karena tidak menutup kemungkinan bagi adanya peneliti selanjutnya untuk meneliti dengan cakupan yang lebih luas. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai
7 kajian studi interdisiplin ilmu sastra dengan bidang ilmu yang lain. Bagi pembaca juga dapat menambah informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan wawasan analisis tentang salah satu novel hasil karya Abidah El Khalieqy ini. Bermanfaat juga sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian yang berhubungan dengan analisis gender. Peneliti ingin menguak hak dan kewajiban perempuan menurut Islam yang terdapat dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca atau siswa untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai hak dan kewajiban perempuan menurut Islam pada tokoh dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy ini. 2. Bagi Guru Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehubungan dengan hak dan kewajiban perempuan menurut Islam. Selain itu juga bisa untuk referensi bagi penelitian lebih lanjut. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah dimaksudkan untuk mengetahui istilah-istilah asing dan digunakan untuk memberikan gambaran secara sistematis untuk menghindari
8 terjadinya perbedaan pengertian dan ketidakjelasan antara peneliti dan pembaca. Adapun penegasan istilah dalam penelitian ini adalah: 1. Hak menurut Islam adalah kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Hak juga merupakan suatu kekhususan dimana dengannya syara menetapkan suatu kekuasaan bagi pemiliknya atas obyeknya. 2. Kewajiban menurut Islam adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, bisa juga disebut dengan suatu keharusan.