TARGET INFLASI ATAU NILAI TUKAR?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS MATA UANG SUATU NEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

PRUlink Quarterly Newsletter

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

Transkripsi:

1 TARGET INFLASI ATAU NILAI TUKAR? oleh Willem A. Makaliwe Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan, 7 day (Reverse) Repo Rate, menjadi 5,5 % pada 15 Agustus 2018. Meski tidak spesifik dinyatakan, penggunaan suatu instrumen kebijakan yang berimplikasi luas, dalam hal ini suku bunga, berarti terdapat suatu target yang ingin dicapai. Target mungkin saja spesifik atau suatu rentang nilai. Target kebijakan BI ini mengindikasikan upaya menghindari depresiasi rupiah lebih jauh. Terdapat nominal anchor yang dapat diamati pasar, yaitu nilai tukar. Umumnya kenaikan suku bunga sebagai perangkat kebijakan moneter digunakan untuk mengendalikan inflasi dan/atau menciptakan paritas suku bunga riil dengan negara lain. Pada satu sisi, saat ini Inflasi berada dalam kendali, bahkan di bawah 4 % per tahun. Pada sisi lain, investor portfolio yang peduli atas perbedaan suku bunga riil semestinya sudah tidak berpengaruh seperti pada saat awal nilai tukar terdepresiasi. Karena itu, kenaikan suku bunga dengan target menjaga atau menahan nilai tukar menjadi pertanyaan. Kenaikan suku bunga akan mengetatkan ekonomi sehingga dapat mengganggu batas bawah target inflasi. Implikasinya, mengakibatkan ekonomi menjadi stagnan. Dalam bahasa yang berbeda, tindakan

2 disinflasi yang terus menerus dapat mengantar pada fluktuasi output yang tidak diinginkan, atau tingkat pengangguran yang dapat meningkat. Target Kebijakan Makroekonomi Kebijakan makroekonomi memiliki dua target besar, yaitu: pertumbuhan output (dikenal juga dengan pertumbuhan ekonomi) dan pengendalian inflasi. Perkembangan referensi kemudian memunculkan varian pada kedua target ini. Pada awalnya, secara empiris, kedua target ini tidak tercapai sekaligus. Pencapaian salah satu target justru mengakibatkan pelemahan pada target lain. Dikenal dengan istilah trade off. Namun, sejalan waktu, kedua target tersebut dimungkinkan tercapai bersamaan membaik atau malah memburuk. Dalam jangka pendek, untuk pengendalian inflasi, instrumen suku bunga berperan strategik. Untuk pertumbuhan output, instrumen kebijakan moneter berkembang cukup banyak dalam kerangka mekanisme transmisi. Namun. target pertumbuhan output bukan fokus tulisan ini. Dalam jangka panjang, kedua target dipengaruhi oleh kebijakan yang bersifat struktural, seperti pembangunan infrastruktur, pengembangan institusional (penciptaan rule of the game), dan penguatan kompetensi sumberdaya manusia (dengan penekanan pada pendidikan dan penguasaan teknologi). Bersandar pada kebijakan moneter, target BI sebagai otoritas moneter, adalah pencapaian kestabilan nilai rupiah. Target ini mengandung dua aspek, yaitu terhadap barang dan jasa (indikator inflasi), serta terhadap valuta asing (indikator nilai tukar). Persoalan muncul pada saat penentuan prioritas target kebijakan moneter. Telah menjadi pemahaman makroekonomi bahwa inflasi yang lebih rendah terhadap inflasi negara rival akan mempengaruhi penguatan nilai tukar dalam jangka panjang. Namun,

3 belum tentu terjadi sebaliknya, yaitu target nilai tukar akan menghasilkan pencapaian target inflasi. Misalnya, tindakan bank sentral melemahkan nilai tukar rupiah untuk memperoleh keseimbangan eksternal (ekspor impor) malah dapat menstimulus kenaikan harga karena impor yang inelastis. Target kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral di berbagai negara adalah pencapaian satu target. Target inflasi (inflation targeting) atau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai target disinflasi (inflasi yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya) seringkali menjadi suatu komitmen. Tidak saja mengantar inflasi dan ekspektasi inflasi yang lebih rendah, bahkan dapat dipertahankan ketika ekonomi kembali pada siklus ekspansif. Keunggulan target inflasi terletak pada kemampuannya untuk fokus pada persoalan domestik, terukur, dan mudah diobservasi publik. Target inflasi digunakan banyak negara terutama karena mempengaruhi berbagai aspek makroekonomi, seperti: Inflasi yang tinggi antara lain menurunkan daya beli masyarakat, kenaikan biaya transaksi, dan alokasi sumberdaya yang tidak efisien. Meski demikian, target inflasi juga memiliki kelemahan, seperti jika terdapat ketidakdisiplinan birokrasi, suatu negara yang defisit anggaran secara terus menerus dapat mengakibatkan pembiayaan melalui pencetakan uang. Sebaliknya, target nilai tukar (exchange rate targeting) digunakan jika keunggulan target ini lebih besar dibandingkan kelemahan dari target inflasi di atas. Penentuan nilai tukar diimplementasikan dengan mengaitkan inflasi domestik dan inflasi dari negara yang menjadi acuan inflasi. Penurunan inflasi pada negara acuan akan memaksa penurunan inflasi pada negara domestik. Jika tidak, nilai tukar domestik akan melemah. Komitmen untuk mencegah gagalnya target nilai tukar merupakan basis untuk mempertahankan kepercayaan pasar terhadap target nilai tukar.

4 Hanya saja, konsekuensi target nilai tukar adalah kebijakan moneter menjadi tidak efektif. Kenaikan suku bunga pada negara acuan, seperti kenaikan suku bunga acuan the Fed, mesti disertai kenaikan suku bunga domestik. Terjadi kebijakan moneter kontraktif tanpa adanya relevansi dengan kondisi ekonomi domestik. Ketergantungan pada kebijakan negara lain merupakan kendala terbesar penerapan target nilai tukar. Sehingga kebijakan moneter menjadi tidak efektif. Bahkan dependensi seperti ini dapat mengundang serangan spekulatif. Terkait fluktuasi dan pelemahan nilai tukar tentu saja kebijakan moneter bukan solusi tunggal. Salah satu akar yang masalah beberapa tahun terakhir terletak pada sektor riil: defisit transaksi berjalan. Trend fluktuatif sejak 2004 dan defisit sejak 2012, kondisi transaksi berjalan masih dihibur oleh neraca perdagangan yang surplus. Namun, saat ini neraca perdagangan pun berfluktuasi. Pertanyaannya, terkait perkembangan ekspor dan impor barang/jasa ini, apakah yang menjadi target kementerian terkait, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian? Indikator apakah yang menjadi rujukan? Jika tidak tercapai target tersebut solusi apakah yang disiapkan? Yang mungkin terdengar adalah pengembangan produk unggulan dan perluasan pasar tujuan ekspor. Namun, belum jelas program yang konkret untuk membantu dunia usaha. Kenyataannya, transaksi berjalan masih defisit. Pemetaan Kebutuhan Dollar AS Lima belas tahun lalu, pertengahan 2003, nilai tukar sedang menguat pada rentang Rp 8.100 8.200 per dollar AS tetapi inflasi masih sangat fluktuatif pada rentang 4 11 %. Dalam kondisi saat itu yang cenderung implisit dalam penentuan target kebijakan, terdapat kesan upaya menjaga rentang nilai tukar

5 tertentu. Namun, pada saat ini semestinya tidak ada masalah mengenai target kebijakan karena target inflasi sudah menjadi komitmen kebijakan moneter. Bahkan, menjaga nilai tukar tertentu dapat mengganggu target inflasi. Dilema kebijakan ini perlu disorot. Mungkin saja menjaga nilai tukar baik untuk jangka pendek, seperti menciptakan psikologis pasar, tetapi dapat mengganggu untuk jangka panjang. Dikenal dengan masalah time inconsistency. Dari pengalaman krisis finansial global, referensi menunjukkan kestabilan harga (inflasi yang terkendali) dan output tidak menjamin kestabilan pasar finansial. Performa fundamental makroekonomi tidak otomatis mendukung kinerja pasar valuta asing, atau pasar finansial secara luas. Preferensi pelaku pasar finansial memegang rupiah dipengaruhi banyak hal, seperti ekpektasi nilai tukar, return dan risiko aset domestik dan asing saat ini dan akan datang. Merujuk pengalaman tersebut, gejolak pasar valuta asing tidak dapat dihindari meskipun makroekonomi dalam keadaan baik. Karena itu, kembali lagi respons kebijakan menjadi dilematis. Dalam kondisi saat ini untuk menghindari implikasi negatif pergerakan nilai tukar, pemetaan kebutuhan dollar AS diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab depresiasi rupiah. Apakah disebabkan oleh: (1) daya tarik investasi portofolio, atau (2) kebutuhan impor/pembayaran kewajiban? Kenaikan suku bunga diperlukan untuk penyebab yang pertama. Sedangkan untuk penyebab kedua diperlukan komunikasi untuk meyakinkan dunia usaha sehingga menghindari kepanikan. Seperti disinggung di atas, yang relevan saat ini berasal dari penyebab yang kedua. Karena itu, kenaikan suku bunga acuan menjadi 5,5 % oleh BI, mengundang pertanyaan. Bukankah target inflasi sudah berada dalam koridor, dan pertumbuhan ekonomi berada pada rentang 5,1 5,2 %? Effort ini dapat terganggu dengan upaya menenangkan gejolak depresiasi rupiah melalui kenaikan suku

6 bunga. Padahal, kebijakan moneter untuk merespons pergerakan nilai tukar hanya dimungkinkan jika bertujuan untuk pencapaian target kebijakan makroekonomi*** *Dr. Willem A. Makaliwe, Dosen FEB UI dan Wakil Kepala LM FEB UI