2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI PEMBELAJARAN SENI RUPA DENGAN PAPER QUILLING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun. Intan Nursayyidah Wahyudi 1, Iman Nurjaman 2

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan kualitas diri bagi

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak di bawah 0-6 tahun yaitu masa sebelum menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Masa anak itu merupakan suatu fase yang sangat berharga dan dapat dibentuk dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleablle phase of human life) (Froebel dalam Solehuddin, 1997). Pertumbuhan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembangan. Begitu pentingnya usia dini, hingga terdapat beberapa teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun, sehingga anak usia dini memerlukan stimulasi yang tepat melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto, 2005:7). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2009:1). Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Taman Kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh 1

2 segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan melalui PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan kreativitas (Suyanto, 2005:50). Bidang pengembangan fisik terbagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik menjadi salah satu yang penting untuk dikembangkan. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978:150). Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berjalan, berlari, melompat, dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus seperti menulis, menggunting, dan lain sebagainya (Suyanto, 2005:51). Sedangkan menurut Hester dalam Haditono (1991) perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia maka bertambah pula kemampuan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun mempunyai tujuan agar anak mampu mengembangkan keterampilan motorik halus anak yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari seperti kesiapan menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda, dan mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis (Puskur, Balitbang Depdiknas, 2000 dalam Sumantri, 2005: 146).

3 Menurut Desmita (2010:99) menyatakan bahwa, keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akam menjadi gerakan-gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordinasi dengan baik. Meskipun demikian, pada saat baru dilahirkan, bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya. Mayke (2007) menyatakan bahwa, motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga menarik garis. Sesuai dengan perkembangan motorik halus yang sudah harus dicapainya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan di TK harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Dengan kesempatan dan latihan yang berulang diharapkan keterampilan motorik halus anak akan dapat berkembang dengan baik. Menurut Yudha (2004) terdapat dampak dari kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan motorik halus bahwa yang mungkin terjadi apabila keterampilan motorik halus ini kurang dilatih, diperbaiki dan ditingkatkan, dikhawatirkan anak akan kurang mampu mengfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakan jari dan kedua tangannnya, anak kurang mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dan anak kurang mampu mengendalikan kesabaran dan emosi dalam pembelajaran motorik halus. Selain kurangnya kegiatan untuk melatih keterampilan motorik halus anak di TK, kegiatan dan media yang digunakan untuk melatih keterampilan motorik halus anak juga harus menarik. Kegiatan dan media yang menarik dapat menambah motivasi belajar anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan motorik halus anak Kelompok B di TK Kartika Siliwangi XIX-I belum berkembang secara optimal. Namun guru mengharapkan keterampilan motorik halus anak berkembang sangat baik, tetapi pada kenyataannya hasil yang menunjukan bahwa masih banyak keterampilan anak yang belum berkembang atau

4 baru mulai berkembang. Misalnya saat kegiatan melipat hasil lipatan anak belum dapat menghasilkan bentuk yang rapi. Dalam proses menempel, baik menempel pada saat mengisi pola dengan kertas maupun menempel hasil lipatan, lem yang digunakan masih terlalu banyak sehingga hasilnya terlihat basah dan tidak rapi. Selain kegiatan melipat, menempel dan menggunakan lem, saat memegang pensil pun ada beberapa anak yang belum tepat. Dengan cara memegang pensil yang belum tepat, terkadang saat mengerjakan lembar kerja bisa hingga robek atau bolong karena anak terlalu menekan pensil. Dengan penggunaan pensil yang kurang tepat pun dapat menimbulkan rasa lelah pada anak dengan mudah, karena mereka merasa lelah maka sebagian anak tidak tertarik pada kegiatan menulis dan mewarnai. Berangkat dari permasalahan ini perlu adanya perbaikan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus. Dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui berbagai cara. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Nining Dengo (2015, hlm. 12) kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di PAUD Kamboja Kota Gorontalo melalui kegiatan membutsir dengan menggunakan playdough. Dalam kegiatan membutsir dengan menggunakan playdough anak distimulasi untuk selalu menggerakan jarijarinya. Mulai dari membentuk playdough menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Hasil dari penelitian sebelumnya ternyata kegiatan membutsir dengan menggunakan playdough dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian yang serupa tetapi dengan menggunakan media lain. Sehubungan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka peneliti mencoba untuk menggunakan paper quilling sebagai salah satu cara meningkatkan keterampilan halus pada anak kelompok B TK Kartika Siliwangi XIX-I. Karena kegiatan paper quilling dan kegiatan membutsir dengan playdough adalah kegiatan yang sangat melatih keterampilan motorik halus anak. Kegiatan paper quilling belum pernah dilakukan di

5 TK dan guru juga belum pernah mengetahui tentang paper quilling dan bagaimana cara membuatnya. Dalam memanfaatkan media kertas untuk melatih keterampilan motorik halus, guru lebih sering menggunakan kertas untuk kegiatan melipat dan menggunting saja, kertas belum digunakan untuk kegiatan lain. Pada dasarnya, dengan media kertas guru dapat membuat variasi dalam penggunaannya untuk melatih keterampilan motorik halus salah satunya melalui kegiatan paper quilling. Melalui paper quilling anak dapat melatih keterampilan motorik halusnya. Anak berlatih menggunakan tangannya untuk menggulung kertas dan mengelem dengan rapi. Dalam proses menggulung diperlukan keterampilan tangan agar anak dapat menghasilkan gulungan yang rapi. Setelah anak selesai menggulung kertas, kemudian anak menempelkan hasil gulungan kertas pada pola. Dalam proses menempel sebaiknya anak menggunakan lem secukupnya sehingga hasilnya rapi dan tidak terlihat basah. Sesuai dengan pemaparan diatas bahwa paper quilling dapat melatih keterampilan tangan dengan kegiatan menggulung, mengelem kertas, dan menempelkan hasil gulungan pada pola maka paper quilling merupakan kegiatan yang cocok untuk anak usia TK. Pada kegiatan menggulung, jari-jari anak aktif bergerak untuk menggulung kertas hingga menjadi suatu pola lengkung ataupun lingkaran, sehingga kegiatan ini dapat membantu mengasah keterampilan motorik halus anak yang sedang berkembang. Kegiatan menempelkan hasil gulungan pada pola tidak hanya berguna pada kegiatan paper quilling saja, kegiatan tersebut juga dapat bermanfaat untuk kegiatan lain seperti bermain puzzle, membuat kolase dan mozaik. Karena cara yang digunakan pada kegiatan paper quilling dengan kegiatan bermain puzzle, membuat kolase dan mozaik relatif sama walaupun dengan pola yang berbeda. Sedangkan ketika anak dituntut rapi saat menggunakan lem juga dapat berguna untuk semua kegiatan, karena bukan hanya kegiatan paper quilling saja yang menggunakan lem. Banyak kegiatan lain juga anak dituntut untuk rapi pada saat menggunakan lem. Selain itu anak juga

6 diajarkan sikap bertanggungjawab dalam menggunakan suatu barang sehingga tidak terbuang percuma atau mubazir. Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Pembelajaran Seni Rupa Dengan Paper Quilling. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana profil perkembangan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Siliwangi XIX-1? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan paper quilling dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Siliwangi XIX-1? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Siliwangi XIX-1? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk meningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan paper quilling di TK Kartika Siliwangi XIX-1. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui profil perkembangan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Siliwangi XIX-1. b. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan paper quilling dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. c. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan paper quilling di TK Kartika Siliwangi XIX-1.

7 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Bagi bidang keilmuan pendidikan anak usia dini dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Anak 1) Memberikan pengalaman langsung kepada anak mengenai kegiatan paper quilling. 2) Memotivasi anak agar lebih bisa mengekspresikan perasaan dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. b. Bagi Guru Diharapkan dapat menambahkan wawasan serta memberikan pengetahuan dalam upaya pemberian stimulus sehingga keterampilan motorik halus anak dapat berkembang secara optimal. c. Bagi Lembaga Taman Kanak-Kanak Diharapkan dapat menjadi sumbangsih kepada lembaga penyelenggara pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas mutu layanan pendidikan dan proses belajar mengajar agar lebih optimal, terutama dalam hal mengembangkan kemampuan motorik halus anak. d. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Penelitian Laporan penelitian ini ditulis berdasarkan pedoman penulisan yang berlaku di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, yaitu di awali bab pendahuluan dan diakhiri kesimpulan dan

8 saran. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, merupakan bab perkenalan penelitian, terdiri dari: A. Latar Belakang, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat Penelitian, E. Sistematika Penulisan Penelitian. Bab II Kajian Pustaka berisikan berbagai konsep teori bebrapa hal terkait dengan penelitian, diantaranya: A. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, B. Hakikat Seni Rupa Anak Usia Dini dan tentang Paper Quilling. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metodologi penelitian secara lebih terperinci, yaitu: A. Metode dan Desain Penelitian, B. Penjelasan Istilah, C. Subjek dan Lokasi Penelitian, D. Skenario Pembelajaran, E. Instrument Penelitian, F. Teknik Pengumpulan Data, G. Teknik Analisis Data. Bab IV Temuan dan Pembahasan, terdiri dari: A. Deskriptif Analisis Data Hasil Penelitian. Bab V Simpulan dan Rekomendasi, memaparkan penafsiran hasil penelitian dengan sub bab: A. Simpulan dibuat berdasarkan jawaban dari rumusan masalah yang didasarkan pada hasil analisis data beserta interpretasinya, B. Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan peneliti, ditunjukan kepada para pihak yang memungkinlan memanfaatkan hasil penelitian. Saran merupakan suatu implikasi dari hasil penelitian dan diselaraskan dengan manfaat penelitian.