2016 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Imas Kurinarsih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, Kata Pena, Surabaya, 2014, Hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan. nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

DASAR-DASAR PENDIDIKAN. Ahmad Rithaudin, M.Or JASMANI

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Pendidikan merupakan kata yang tidak asing lagi untuk hampir

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL (PERSONAL MODELS) TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR BERMAIN FUTSAL SISWA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti yang begitu penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan seseorang akan berubah dan meningkatkan derajatnya dari yang tidak tau menjadi tau, tidak bisa menjadi bisa, dan lain sebagainya yang akan merubah manusia menjadi lebih baik lagi. Pendidikan memiliki peran yang begitu penting bagi perkembangan manusia, baik itu perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotornya. Pendidikan diberikan kepada manusia sebagai persiapan untuk menghadapi masa depannya dan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan perencanaan yang matang serta pendidikan pun dilaksanakan secara sadar. Sugiharto dkk. (2007, hlm 3-4) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Penjelasan mengenai pendidikan pun dijelaskan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 yang dimaksud dengan pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang pada pelaksanaannya itu memanfaatkan aktivitas jasmani (fisik) untuk menghasilkan perubahan dalam diri individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai individu yang utuh dan menyeluruh mencakup kesejahteraan total manusia, dan tidak memisahkan

2 dimensi fisik dan kualitas mental, yang selama ini dianggap tidak memiliki hubungan kuat atau terpisah satu sama lain. Agus Mahendra (2009 ; 21) mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Bucher (dalam Abduljabar, 2009 ; 129) pendidikan jasmani adalah proses kependidikan yang diarahkan pada tujuan mengembangkan penampilan manusia dan peningkatan manusia melalui media pendidikan jasmani yang terpilih untuk mendapatkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian ini pendidikan dimaknai sebagai cerminan proses belajar yang berkesinambungan dan perkembangan total yang terjadi di sepanjang kehidupan manusia. Pendidikan jasmani juga dimaknai sebagai upaya pemerolehan dan perbaikan keterampilan gerak, perkembangan dan pemeliharan kesehatan, kebugaran dan kesejahteraan, pemerolehan pengetahuan tentang aktivitas jasmani dan latihan jasmani, dan perkembangan sikap yang positif ke arah aktivitas jasmani yang lebih bermakna untuk meningkatkan penampilan diri manusia. Terjemahan dari pendidikan jasmani banyak diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan memiliki makna yang jelas yaitu bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia (Agus Mahendra : 2009 ; 4). Sistem pendidikan di Indonesia telah menetapkan kurikulum 2013 pada bulan juli 2013 lalu, seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan sebuah fenomena yang terjadi di sekolahsekolah yang tidak dapat dihindari kehadirannya. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan nonguru, maupun peserta didik akan terkena imbasnya dari setiap perubahan kurikulum yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengubah kurikulum berarti turut merubah manusia, yaitu pendidiknya maupun peserta didik. Itu sebabnya perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial. Kuriulum 2013 merupakan serangkaian hasil pengembangan atau evaluasi dari kurikulum sebelumnya yang telah dilaksanakan di dunia pendidikan atau lebih khususnya pengembangan dari kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 ini

3 mulai dilaksanakan di sekolah-sekolah sejak tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah-sekolah yang sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini. Terdapat tiga aspek yang menjadi landasan pengembangan secara jelas terangkum dalam isi materi uji kurikulum yang dijabarkan oleh Imas dan Berlin (2014 ; 32-39) adalah : 1. Landasan Filosofi Kurikulum 2013 Landasan filosofi pengembangan kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa, pandangan filsafat eksperimentalisme, rekontruksi sosial, pandangan filsafat esensialisme, dan perenialisme, pandangan filsafat eksistensialisme, dan romantika naturalisme. 2. Landasan Yuridis dan Empiris Kurikulum 2013 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab IV, Bagian kedua Pasal 7 ayat (1) dan (2) : (1). Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. (2) orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. 3. Aspek Konseptual Aspek ini mencakup relevansi, model kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum lebih dari sekedar dokumentasi, proses pembelajaran mencakup aktifitas belajar, output belajar dan outcome belajar serta cakupan mengenai penilaian. Jika melihat dari ketiga aspek ini maka kita dapat melihat dan juga menilai bahwasanya apakah pergantian kurikulum ini telah memang dirasakan perlu dengan kondisi sebenarnya di lingkungan kita masing-masing disetiap satuan pendidikan. Kurikulum 2013 dalam mengimplementasikannya terdapat dua hal yang harus dilakukan. Hal pertama adalah diklat bagi guru-guru pada satuan pendidikan disekolah sasaran beserta para kepala sekolah masing-masing dan distribusi bukubuku yang akan digunakan sebagai pegangan siswa. Hal yang kedua adalah pemberian pengertian bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan akademik atau kecerdasan, kompetensi dasar, dan nilai sikap perilaku. Dalam hal ini proses pembelajaran bisa mengintegrasikan antara kemampuan kecerdasan intelektual atau ranah kognitif, kecerdasan afektif berupa sikap perilaku, dan psikomotoris atau keterampilan (Mulyasa E. 2013).

4 Ada beberapa perbedaan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 ini, salah satunya pada jumlah jam mengajar (jumlah waktu aktif belajar). Pada mata pelajaran PJOK itu sendiri terjadi penambahan waktu belajar di setiap tingkatannya seperti pada SMA yang dahulunya 2 jam per minggu pada kurikulum 2013 menjadi 3 jam per minggu. PJOK merupakan istilah yang digunakan sebagai nama dari mata pelajaran penjas di sekolah pada kurikulum 2013. PJOK merupakan singkatan dari Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan yang artinya aktivitas jasmani melalui olahraga yang memiliki tujuan untuk menjaga kesehatan baik sehat jasmani maupun sehat rohani, baik sehat statis maupun sehat dinamis. Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Toto Subroto, dkk. (2011 ; 75) yaitu : Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui dan dari aktivitas jasmani. Siedentop (1991) memaparkan bahwa Education through and of physical activities. Permainan, rekreasi, ketangkasan, olahraga, kompetitif, dan aktivitas-aktivitas fisik lainnya, merupakan materialmaterial yang terkandung dalam pendidikan jasmani karena diakui mengandung nilai-nilai pendidikan yang hakiki. Namun fakta di lapangan pada saat peneliti melakukan observasi ke sekolah dan merasakan langsung untuk mengajar melalui program PLP (Program Latihan Profesi) yang dilaksanakan oleh UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan yang dirasakan guru PJOK waktu 3 jam untuk proses pembelajaran di lapangan itu begitu sulit bagi guru, terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan untuk mengajarkan materi PJOK kepada siswa selama 3 jam pelajaran dalam satu kali tatap muka. Sebagai contoh hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran diantaranya siswa kelelahan bilamana mengikuti pembelajaran selama 3 jam secara aktif, materi pembelajaran begitu cepat diajarkan kepada siswa sehingga dirasakan beberapa siswa sulit untuk mengejar ketertinggalan materi, dan lain sebagainya. Kendala yang dihadapi pada kurikulum 2013 ini yaitu mengenai keikutsertaan peserta didik untuk mengikuti pelajaran selama 3 jam pelajaran secara aktif berdasarkan ketentuan kurikulum 2013 dan cara guru mengajar

5 berdasarkan kurikulum 2013 dengan proses 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar/mangasosiasikan, dan mengkomunikasikan) sesuai dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru. Proses 5 M ini digambarkan seperti : 1) mengamati (membaca, mendengarkan, melihat), 2) menanya (mengajukan pertanyaan tentang hal yang belum dipahami dari apa yang diamati), 3) mencoba (melakukan eksperimen, atau malakukan tugas gerak dari hasil pengamatan), 4) menalar/mengasosiasikan (mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari kegiatan sebelumnya baik itu kegiatan mengamati/menanya/mencoba), dan 5) mengkomunikasikan (menyajikan hasil kajian dari mengamati sampai menalar baik dalam bentuk lisan, tulisan ataupun praktek). Berkaitan dengan proses 5 M ini fakta yang terjadi di lapangannya bahwa guru belum bisa memfasilitasi secara optimal untuk siswa melaksanakan pembelajaran, hal tersebut dilihat dari adanya siswa yang berleha-leha pada saat akan memulai pembelajaran, siswa tidak melaksanakan aktivitas mengamati (membaca / mencari sumber belajar) seperti yang ditugaskan oleh guru, masih ada siswa yang berdiam diri di tempat yang teduh sehingga waktu aktif belajar siswanya rendah. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dirasakan peneliti, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai implementasi kurikulum 2013 terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. B. Identifikasi Masalah Penelitian Untuk memperjelas dan menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka akan dijabarkan beberapa definisi terkait permasalahan dilatar belakang. Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar, dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Belajar menurut Carl R. Rogers dalam Syaifurahman dan Tri U (2013) bahwa, Belajar adalah untuk membimbing anak ke arah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, dapat melakukan

6 pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Definisi belajar tentunya berbeda dengan definisi dari pembelajaran. Samsudin (2008 ; 48) menjelaskan bahwa, pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Waktu Aktif Belajar menurut Adang Suherman (2009 ; 14) bahwa, Waktu aktif belajar siswa khususnya dalam penjas merupakan waktu yang harus ditempuh selama kegiatan penjas itu berlangsung, dimana anak dalam kondisi aktif belajar atau melakukan aktivitas yang sedang dilaksanakan sesuai apa yang diharuskan oleh guru. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan menurut Bucher (dalam Abduljabar, 2009 ; 129) bahwa, pendidikan jasmani adalah proses kependidikan yang diarahkan pada tujuan mengembangkan penampilan manusia dan peningkatan manusia melalui media pendidikan jasmani yang terpilih untuk mendapatkan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pemaparan di atas masalah-masalah yang ada diidentifikasi sebagai berikut : 1. Guru mata pelajaran PJOK mengalami beberapa hambatan dalam proses pembelajaran dengan kurikulum 2013 2. Jumlah waktu aktif belajar siswa dalam kurikulum 2013 belum memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan C. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian, yang jawabannya dicarikan melalui penelitian. Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk penjelajahan pada obyek yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif tidak berkenaan dengan variabel penelitian, yang bersifat spesifik, tetapi lebih makro dan berkaitan dengan kemungkinan apa yang terjadi pada obyek/situasi sosial penelitian tersebut. (Sugiyono : 2011 ; 290) Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

7 1. Bagaimana guru PJOK mengatasi kesulitan atau hambatan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 serta pemanfaatan sarana dan prasarana pada proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan? 2. Bagaimana jumlah waktu aktif belajar pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan berdasarkan kurikulum 2013? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah ada atau belum diketahui. (Sugiyono : 2011 ; 290) Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan khusus sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dan proses pembelajaran PJOK dari segi aspek waktu (Jumlah Waktu Aktif Belajar) berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : a. Untuk memperoleh data mengenai upaya guru PJOK mengatasi kesulitan dan hambatan dalam menimplementasikan kurikulum 2013 serta pemanfaatan sarana dan prasarana selama proses pembelajaran PJOK b. Untuk mengetahui jumlah waktu aktif belajar siswa selama proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan berdasarkan kurikulum 2013.

8 E. Manfaat Penelitian Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk memecahkan masalah. Bila peneliti kualitatif dapat menemukan teori, maka akan berguna untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala. (Sugiyono : 2011 ; 291) Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan atau tambahan ilmu pengetahuan mengenai implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terlebih mengenai jumlah waktu aktif belajarnya. 2. Lembaga Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ataupun acuan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam Kurikulum 2013. 3. Praktisi a. Bagi guru, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembang ilmu pengetahuan tentang mengimplementasikan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan khususnya di SMA mengenai jumlah waktu aktif belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran b. Bagi siswa, hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat karena siswa dapat bergerak secara maksimal dan dapat belajar lebih menyenangkan sesuai ketentuan Kurikulum 2013 c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan tentang cara mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kurikulum 2013 khususnya mengenai jumlah waktu aktif belajar serta pengalamannya sebagai motivasi dan perbaikan mengajar bagi peneliti.

9 F. Struktur Organisasi Skripsi BAB 1 : PENDAHULUAN Bab 1 berisi tentang uraian yang melatarbelakangi penelitian lalu diidentifikasi masalah penelitian serta dirumusan masalah penelitiannya sehingga memiliki tujuan penelitian yang jelas dan mempunyai manfaat bagi peneliti sendiri juga bagi guru, peserta didik, kajian literatur dan lembaga baik sekolah maupun prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab 2 berisi tentang uraian kajian-kajian pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Pada bab ini memiliki peran penting karena berisi tentang kajian teori yang mendukung penelitian dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti, keterkaitan variabel-variabel penelitian yang dikaji, didukung dengan penelitian-penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab 3 berisi tentang desain penelitian berkaitan dengan cara yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Metode penelitian yang akan digunakan yaitu deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian yang akan peneliti gunakan yaitu diantaranya pedoman observasi dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi langsung dan wawancara kepada sumber data. Setelah semua data terkumpul selanjutnya data tersebut dilakukan analisis data oleh peneliti dengan teknik trianggulasi. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab 4 berisi uraian yang terdiri dari hasil penelitian atau pemaparan data. Pada bab ini juga terdapat hasil dari observasi dan wawancara serta didukung oleh dokumentasi yang didapatkan dari sumber data yaitu guru, siswa, dan kepala sekolah/wakil kepala sekolah sebagai jawaban atas rumusan masalah.

10 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 merupakan bagian akhir dari sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya menunjukan implementasi kurikulum 2013 terhadap jumlah waktu aktif belajar pada pembelajaran PJOK belum maksimal sehingga dengan demikian keduanya belum sepenuhnya relevan. Sedangkan untuk saran yang ditulis ditunjukan untuk pihak sekolah, guru PJOK, dan kepada peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.