BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I. Pendahuluan. terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata disuatu daerah akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata untuk segenap. unggulan yang berlangsung secara terus-menerus.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari campur tangan pemerintah. Kecenderungan tersebut juga terjadi di

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013).

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya.

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harusberjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif akan menjadi lebih produktif dan berkembang yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri. Kegiatan pariwisata di negara maju menjadi suatu kebutuhan pokok ke tiga setelah pangan dan papan. Kemakmuran suatu masyarakat atau bangsa, akan mendorong semakin meningkatnya kebutuhan untuk berwisata (Tambunan, 1999). Dengan hal ini, industri pariwisata bisa menjadi sumber pendapatan daerah. Industri pariwisata milik masyarakat daerah biasa juga disebut dengan (Community Tourism Development atau CTD). Pemerintah daerah yang mengembangkan CTD dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral, seperti : hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan wisata, profesional convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi (Nandi, 2008). Menurut Spillane (1987), peranan pariwisata dalam pembangunan Negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (retribusi dan pajak), 1

segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Para pakar ekonomi memperkirakan industri pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Karena, semakin lama kebutuhan manusia untuk berwisata ini akan semakin meningkat. Sehingga di masa depannya sektor pariwisata ini akan menjadi sektor yang potensial. Apabila sektor pariwisata dikembangkan secara berencana dan terpadu, Maka pendapatan dari sektor ini akan bisa mengimbangi pendapatan sektor migas (minyak bumi dan gas alam). Karena efek multiplier sektor pariwisata lebih efisien dan efektif. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan ini tidak terlepas dari peran kepariwisataan yang merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, tingkat hunian hotel, pendapatan perkapita, sarana dan prasarana, faktor keamanan, nilai kurs, serta investasi di industri (Soebagyo, 2012). Banyak terdapat objek yang menarik di Kota Bukittinggi untuk dijadikan tempat wisata. Seperti kebun binatang, Lubang Jepang, Jam Gadang dan lainnya. Tempat-tempat inilah yang menarik minat para wisatawan untuk datang ke Kota Bukittinggi. Terbukti dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun yang berkunjung ke Kota Bukittinggi. Pada tahun 2008 jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bukittinggi berjumlah 293.494 orang, kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 306.415, dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 2

329.922, lalu pada tahun 2012 meningkat menjadi lebih banyak lagi yaitu 386.995 (BPS Bukittinggi, 2012). Peningkatan jumlah wisatawan ke Kota Bukittingi inipun tidak lepas dari peranan pemerintah yang telah mencanangkan Kota Bukittinggi sebagai kota wisata. Sebelum dicanangkan sebagai kota wisata, di Kota Bukittinggi ini sudah terdapat tempat tempat wisata seperti saat sekarang ini. Pada masa itu sektor pariwisata sudah menjadi sumber ekonomi masyarakat Bukittinggi. Namun, upaya pengembangan wisata sebagai ikon kota pada saat itu belum maksimal. Kekhawatiran masyarakat, jika ada orang asing berkunjung dapat merusak agama dan tatanan nilai, menjadi hambatan. Oleh karena itu, pemerintah kala itu memaksimalkan sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang wisatawan. Semua pihak yang punya kepentingan ikut turun untuk meyakinkan warga bahwa pariwisata bisa menjadi penguat. Upaya itu membuahkan hasil saat masyarakat terbuka dan terlibat. Bukittinggi pun kemudian dicanangkan sebagai kota wisata pada 11 Maret 1984. Dengan dicanangkannya Kota Buklittinggi sebagai kota wisata dan peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun, hal ini menyebabkan kontribusi PDRB Kota Bukittinggi terbesar terletak pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Bukittinggi. Dimana sektor jasa-jasa tetap merupakan sektor yang paling dominan dalam membentuk nilai tambah perekonomian dengan mencatat sumbangan sebesar 24,64 persen, konstribusi kedua terbesar disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 22,40 persen. Sektor angkutan dan komunikasi berada pada posisi ketiga dalam 3

perekonomian Kota Bukittinggi yakni dengan pertumbuhan sebesar 22,03 persen pada tahun 2010 (BPS Bukittinggi, 2010). Peningkatan PDRB ini akan mempengaruhi perekonomian yaitunya menggerakan perekonomian untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik. Dari peningkatan pendapatan sektor sektor di atas, maka semakin terlihatlah bahwa efek multiplier dari sektor pariwisata itu tidak hanya teori saja. Peningkatan sektor sektor ini berasal dari kemampuan bayar para wisatawan karena telah menikmati fasilitas fasilitas pariwisata. Sedangkan daerah Pesisir Selatan juga memiliki potensi di bidang pariwisata, seperti dengan banyaknya pesona alam yang masih alami yang menarik untuk dikunjungi. Seperti Pantai Carocok, wisata mandeh, dan lainnya. Di sisi lainnya, wilayah Pesisir Selatan mencakup kawasan berbukit dengan ketinggian yang bervariasi antara 0-1000 m dari permukaan laut. Dari perbukitan, yang sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung, mengalir 18 sungai, yang terdiri dari 11 buah sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Sumber daya air yang mengalir dari ketinggian perbukitan saat ini menjadi ancaman bagi penduduk dan dengan banjir dan longsor yang terjadi hampir tiap tahun (LAKIP, 2013). Letak geografis ini mengakibatkan potensi yang dimiliki oleh Pesisir selatan yang lain adalah sektor pariwisatanya. Ini diakibatkan oleh letaknya yang strategis dan topografi alamnya yang menarik. Dengan adanya pesona alam seperti ini menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Terutama bagi orang-orang yang kesehariannya beraktifitas di kota. Setiap harinya mereka disibukkan oleh aktifitas yang bisa menimbulkan kejenuhan. 4

Seperti, macet dan polusi. Mengunjungi tempat ini menjadi salah satu alternatif untuk menghilangkan kejenuhan. Dengan menikmati pesona alam yang indah (BPS Pesisir Selatan, 2012). Karena potensinya yang begitu besar sampai sampai investor asing tertarik untuk berinvestasi dalam sektor pariwisata yang terdapat di Pesisir Selatan. Alasan investor tertarik untuk berinvestasi di Pesisir Selatan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya ke Pesisir Selatan. Dilihat dari data, pada tahun 2008 jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 57.234, kemudian pada tahun 2009 menjadi 92.345, dan pada tahun 2010 berjumlah 114.503, lalu pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 307.146 (Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata, 2013 ). Jika kita lihat pencapaian kinerja output dari sektor pariwisata sebesar 67,85%, dengan dukungan dana sebesar Rp.1.223.455.300,- (91,34%) dari target sebesar Rp.1.339.383.600,-. Maka inipun akan berdampak besar pada kenaikkan pertumbuhan ekonomi Pesisir Selatan. Jika pertmbuhan ekonomi meningkat maka akan menggerakkan perekonomian juga. Dari hal ini terlihat bahwa, sektor pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan, merupakan salah satu sektor yang potensial (LAKIP, 2013) Dari latar belakang di atas, tergambarlah bahwa di kedua daerah ini, sektor pariwisata sama-sama memberikan konstribusi yang besar terhadap perekonomian daerahnya. Untuk itu peneliti tertarik memilih kedua daerah ini sebagai daerah penelitiannya. Selain itu, beberapa tahun belakangan ini sektor pariwisata ini ramai dibicarakan. Bahkan investor asingpun meliriknya. Untuk itulah, dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata 5

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif Daerah Bukittinggi dan Pesisir Selatan). 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian di atas terlihat bahwa dengan berkembangnya sektor pariwisata maka banyak kegiatan perekonomian lain yang akan ikut berkembang, seperti makanan, jasa, perhotelan, dan lainnya. Sehingga dengan adanya hal ini tentu akan menggerakkan perekonomian, yang mana semua berawal dari perkembangan sektor pariwisata. Dalam penelitian ini indikator yang akan digunakan dalam melihat perkembangan sektor pariwisata adalah jumlah tempat wisata, jumlah pengunjung tempat wisata, dan jumlah penerimaan dari sektor pariwisata terhadap pertmbuhan ekonomi kedua daerah penelitian. Maka dari itu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana jumlah tempat wisata mempengaruhi pertmbuhan ekonomi? 2. Bagaimana jumlah pengunjung mempengaruhi pertmbuhan ekonomi? 3. Bagaimana jumlah penerimaan sektor pariwisata mempengaruhi pertmbuhan ekonomi? 4. Bagaimana perbedaan pengaruh sektor wisata terhadap pertmbuhan ekonomi di Kabupaten Pesisir selatan dan Kota Bukittinggi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah di uraikan sebelumnya, Maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis bagaimana pengaruh jumlah tempat wisata terhadap pertmbuhan ekonomi? 6

2) Menganalisis bagaimana pengaruh jumlah pengunjung tempat wisata terhadap pertmbuhan ekonomi? 3) Menganalisis bagaimana pengaruh jumlah penerimaan sektor pariwisata terhadap pertmbuhan ekonomi? 4) Menganalisis bagaimana perbedaan pengaruh sektor wisata terhadap pertmbuhan ekonomi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Bukittinggi? 5) Menganalisis variabel manakah yang paling berpengaruh di Bukittinggi? 6) Menganalisis variabel manakah yang paling berpengaruh di Pesisir Selatan. 1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti dan Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang terutama yang berkaitan dengan pertmbuhan ekonomi. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dilakukan dan dalam menetapkan keputusan mengenai pertmbuhan ekonomi. c. Bagi Masyarakat 7

Penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada masyarakat mengenai penyebab pentingnya sektor pariwisata dan semoga menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan ingin menjaga keindahan tersebut. Merubah perilaku masyarakat sesuai kearifan lokal masing- masing. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian akan dapat dilakukan secara terarah dan lebih fokus atas masalah yang diteliti maka perlu adanya ruang lingkup penelitian berikut ini : 1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, internet, dan media lainnya dengan rentang waktu 2008 2012. Ada nya keterbatasan data jumlah kunjungan wisatawan dan jumlah tempat wisata. Demi kelancaran penelitian ini, maka dimulailah dari tahun 2008-2012 2. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini yaitunya pertmbuhan ekonomi, dan variabel bebas di dalam penelitian ini adalah sektor pariwisata. Dimana kita akan melihat bagaimana pengaruh sektor pariwisata terhadap pertmbuhan ekonomi, dimana kita melihat dengan menggunakan 3 indikator, yaitunya : jumlah tempat wisata, jumlah pengunjung tempat wisata, dan jumlah penerimaan sektor pariwisata terhadap PDRB. 1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, Bab II Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Daerah Penelitian, Bab V Temuan Empiris dan Implikasi Kebijakan, Bab VI Penutup. 8

Bab I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan latar belakang penelitian, dari latar belakang yang diuraikan maka diperoleh rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah maka diperoleh tujuan dan manfaat dari penelitian. Pada akhir bab ini akan dijelaskan sistematika penulisan. Bab II : KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori-teori dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Dari landasan teori dan penelitian terdahulu tersebut maka di dapat kerangka pemikiran konseptual. Di akhir bab ini terdapat hipotesis penelitian. Bab III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang variabel-variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, selain itu dalam bab ini juga terdapat ruang lingkup penelitian, serta pada akhir bab ini dilakukan pengolahan data. Bab IV : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Pada bab ini akan menguraikan kondisi umum daerah penelitian.. Bab V : TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Dalam bab ini memuat hasil dan pembahasan dari analisa data yang telah di teliti serta merumuskan kebijakan apa yang perlu dan bisa di ambil dalam penelitian ini. Bab VI : PENUTUP 9

Bab ini menjelaskan kesimpulan singkat dari penelitian yang telah dilakukan dan juga berisi saran untuk berbagai pihak. 10