BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, pendidikan juga sangat berperan dalam meningkatkan taraf hidup

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sekolah merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran.

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada. pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme dan kualitas mengajarnya

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gymnastics. Sedangkan Imam Hidayat dalam Hendra Agusta (2009: 9), mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang identik dengan. kegiatan jasmani dimanadi dalam pelaksanaannya banyak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan jasd ni menurut Djamil (1995:1) ialah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aziz Fera Isroni, 2013

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan senam sangat sesuai untuk. mengisi program pendidikan jasmani. Gerakannya merangsang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting di berbagai aspek kehidupan dewasa ini, pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri setiap individu. Selain itu, pendidikan juga sangat berperan dalam meningkatkan taraf hidup seseorang, melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal yang di mulai sejak usia dini dapat mengasilkan individu-individu yang berkualitas yang siap untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan dalam memberikan kontribusi untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan jasmani dapat diartikan pendidikan melalui aktivitas jasmani yaitu aktivitas jasmani sebagai media dalam upaya mewujudkan tujuan untuk mengembangkan diri setiap individu baik dalam aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Menurut Abdul Gafur:1983 (Mutohir, 1992; dalam Abdullah, http://ahmesabe.wordpress.com [4 November 2008]) definisi pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang

2 harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Kemudian Husdarta (2011:3) mengemukakan bahwa : Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu. Selanjutnya Suherman (1998:14) menjelaskan bahwa : Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dari dan melalui gerak, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan arti yang dikandungnya. Banyak aspek yang dapat menunjang dan mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam mengembangkan potensi peserta didik dan meningkatkan keterampilan peserta didik, diantarnya adalah : kualitas guru, strategi pembelajaran, model pembelajaran, metode, sarana prasarana, dan lain-lain. Departemen Pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud) sebagai institusi tertinggi yang membidangi bidang pendidikan di Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas. Salah satu upaya tersebut adalah penyempurnaan kurikulum. Saat ini pemerintah sedang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada kemampuan kelulusan yang harus dicapai dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimum yang harus dicapai. KTSP tidak hanya menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh suatu lulusan jenjang pendidikan tetapi juga lebih kepada kemampuan siswa memahami pelajaran yang disampaikan walaupun tidak semua

3 tujuan pembelajaran dapat dicapai sepenuhnya. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang harus diemban menjadi tugas setiap guru. Salah satu tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah bagaimana cara untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mampu menguasai dan memahami apa yang diajarkan oleh gurunya. Salah satu isi program pengajaran dalam kurikulum sekolah dasar (SD) adalah membangun manusia seutuhnya secara spesifik adalah mengembangkan fisik motorik melalui latihan aktivitas jasmani atau olahraga dan melatih kemampuan mental berupa disiplin, sportifitas dan semangat. Agar pembelajaran pendidikan jasmani sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk dapat mengembangkan aspek-aspek dalam diri peserta didik seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotor diperlukan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terkandung nilai-nilai tersebut. Terdapat beberapa materi ajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, setiap materi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan juga memerlukan metode, strategi, dan model pembelajaran yang berbedabeda pula. Hal ini diperlukan agar pembelajaran lebih efektif sehingga nilai-nilai dan tujuan yang terkandung dalam pembelajaran tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Senam merupakan salah satu materi ajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Peter H. Werner:1994 (Mahendra, 2008:9) menjelaskan bahwa : Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,

4 kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Sedangkan menurut Widijoto:2008 (Hasan, http://vhariss.wordpress.com [20 Oktober 2011]) mengemukakan : Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan harmonis. Lebih lanjut Widijoto (2008:1) dalam Hasan menyatakan ciri-ciri dan kaidah senam sebagai berikut: 1) Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. 2) Gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak/keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak, dan meningkatkan kesehatan tubuh). 3) Gerakannya harus selalu tersusun secara sistematis. Senam dapat membantu mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak siswa SD karena dalam senam terdapat beberapa karakteristik, diantaranya : daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan. Karakteristik tersebut sangat diperlukan dalam perkembangan diri siswa agar kaya akan gerak dan tidak kaku untuk menghadapi tugas-tugas gerak lainnya yang lebih kompleks di masa yang akan datang. Selain bermanfaat bagi fisik, pembelajaran senam juga dapat mengembangkan mental dan sosial siswa SD, dalam pembelajaran senam siswa dituntut untuk dapat berfikir tentang perkembangan keterampilannya. Siswa harus berusaha dan berfikir untuk mampu memecahkan masalah-masalah geraknya, dengan begitu kemampuan mental siswa akan berkambang dengan sendirinya.

5 Kemudian Mahendra (2008:19) mengemukakan: Diyakini bahwa terdapat sumbangan yang sangat besar dari program senam dalam meningkatkan self-concept (konsep diri). Ini bisa terjadi karena kegiatan senam menyediakan begitu banyak pengalaman dimana anak mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membantunya membentuk konsep diri yang positif. Salah satu materi senam dalam pendidikan jasmani di SD adalah senam lantai. Dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar diperlukan adanya pengawasan dari guru langsung, dalam arti lain guru dapat lebih berperan aktif dalam kegiatatan belajar mengajar senam lantai. Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah begitu juga dalam pembelajaran senam lantai. Mahendra (2008:16) mengemukakan bahwa : Dalam senam kependidikan anak belajar pada tingkatnya masing-masing, untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep gerak. Pembelajaran senam sangat bermanfaat bagi perkembangan keterampilan dan konsep gerak siswa, namun kurangnya pemahaman guru penjas tentang didaktik metodik pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah termasuk pembelajaran senam lantai yang kian hari kian berkembang sesuai dengan perkembangan keilmuan yang ada membuat kegiatan pembelajaran senam lantai di sekolah dasar kurang efektif dan menyebabkan kurang berkembangnya keterampilan peserta didik dalam pembelajaran senam lantai.

6 Ada banyak faktor yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Menurut Burden & Byrd:1999 (Juliantine et al. 2011:8) : Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan model pembelajaran yang sesuai, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan lebih terarah sehingga materi yang diajarkan dapat tersampaikan. Terdapat beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani dengan karakteristik dan sintaks yang berbeda-beda. Dalam hal ini Metzler (Juliantine, 2010:16,17) mengungkapkan 7 model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu: 1) Model pembelajaran langsung (direct instructional model). 2) model pembelajaran personal (personalized system for instruction model). 3) model pembelajaran kerjasama (cooverative learning model). 4) model pembelajaran pendidikan olahraga (the sport education model). 5) model pembelajaran kelompok (pear teaching model). 6) model pembelajaran inkuiri (inquiri teaching model). 7) model pembelajaran taktis (the tactical game). Model pembelajaran langsung adalah suatu model yang sudah tidak asing lagi di kalangan pengajar, namun pada kenyataannya tidak sedikit guru yang kurang faham tentang model pembelajaran ini. Secara garis besar model pembelajaran langsung adalah suatu model yang berpusat kepada guru, dalam model pembelajaran langsung guru lebih berperan aktif dari pada siswanya pada saat kegiatan pembelajaran. Tetapi hal ini tidak cukup untuk menggambarkan model pembelajaran langsung. Tentu dengan adanya hal ini timbul pertanyaan

7 tentang apa itu model pembelajaran langsung? Bagaimana tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung berlangsung? Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat kepada guru, dalam model pembelajaran ini guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Killen:1998 (Juliantine et al., 2011:30) bahwa : Direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku diantaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Gerten:1999 (Juliantine et al., 2011:30,31) mengemukakan : Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu.

8 Dengan model pembelajaran langsung yang dapat diterapkan oleh seorang guru penjas, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan senam lantai khusunya guling depan, karena menurut penulis pembelajaran senam lantai memerlukan pengawasan yang ketat dari seorang guru pada saat kegiatan belajar mengajar terjadi. Dengan peran seorang guru yang lebih dominan dalam pembelajaran dan tugas-tugas terstruktur siswa dapat terus diamati perkembangannya, penulis menganggap dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai khusunya guling depan. Selain itu dengan model pembelajaran langsung ini waktu belajar siswa dapat lebih efektif serta dengan pengawasan ketat dari guru pada saat pembelajaran dapat menghindari cedera pada peserta didik, hal ini dikarenakan pembelajaran senam dapat beresiko apabila kurang pengawasan dari guru dan juga perkembangan anak sekolah dasar yang cenderung suka bermainmain dan kurang memperhatikan keselamatan. Berdasarkan kenyataan di lapangan dari hasil obeservasi dan pengamatan, pembelajaran senam lantai di sekolah dasar khususnya yang berada di daerah pedesaaan kurang efektif. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang efektifnya pembelajaran senam lantai yang berdampak terhadap minimnya pemahaman dan keterampilan dasar siswa dalam pembelajaran senam lantai, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : fasilitas yang kurang memadai, latar belakang guru penjas, metode pembelajaran, model pembelajaran, dan sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi fokus perhatian dari penulis adalah model pembelajaran, dengan model pembelajaran yang sesuai yang dapat diterapkan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa sekolah dasar pada

9 saat kegiatan belajar mengajar akan berdampak positif terhadap keefektifan pembelajaran sehingga diharapkan pemahaman dan keterampilan dasar siswa dalam pembelajaran senam lantai dapat meningkat dan berkembang. Dalam pembelajaran senam lantai diperlukan peran aktif seorang guru dalam mengontrol kegiatan pembelajaran agar jumlah waktu aktif belajar siswa dapat dioptimalkan. Selain itu terstrukturnya kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran senam lantai dari mulai menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa, mereviu pengetahuan dan keterampilan, menyampaikan materi pelajaran, melaksanakan bimbingan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik dan memberikan latihan mandiri akan berdampak terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan dasar siswa. Tetapi pada kenyataannya hal ini kurang diperhatikan oleh guru pada saat pembelajaran senam lantai berlangsung, pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya memberitahukan kepada siswa materi yang akan diajarkan tanpa memberikan penjelasan yang cukup tentang materi yang akan diajarkan dan tujuan dari pembelajaran tersebut, kemudian guru mendemonstrasikan materi yang akan dipelajari, yaitu pembelajaran senam lantai termasuk di dalamnya keterampilan guling depan. Setelah itu peserta didik mencobanya satu-persatu bergantian tanpa ada pengawasan yang ketat dari seorang guru, yang hanya sesekali melakukan evaluasi kepada peserta didik. Kecenderungan anak SD yang masih senang bermain-main dan bercanda dengan sesama temannya mengakibatkan pembelajaran senam lantai kurang efektif, sehingga pemahaman peserta didik

10 tentang keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai tidak bisa di optimalkan. Dengan keadaan pembelajaran seperti itu juga dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada peserta didik, yaitu terjadinya cedera, karena pembelajaran senam lantai beresiko kecelakaan apabila guru tidak memperhatikan keselamatan peserta didik karena kurangnya pengawasan yang ketat dari seorang guru. SDN Cibeureum 02 adalah sebuah SD yang terletak di Kabupaten Bandung, pembelajaran senam lantai di SD tersebut kurang efektif dikarenakan terdapat beberapa faktor, salah satunya adalah guru penjas di SD Cibeureum 02 bukan berlatar belakang pendidikan jasmani, sehingga kurang memahami didaktik, metodik, dan pembelajaran penjas khususnya materi senam lantai. Hal ini berdampak terhadap kurangnya pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai. Atas pemaparan yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis, yaitu : pengaruh model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar. Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap model pembelajaran langsung dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran senam lantai terutama untuk meningkatkan pembelajaran guling depan di sekolah dasar. Dengan model pembelajaran ini pula diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, termasuk dalam segi mental, emosional dan spiritual.

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan yang akan di kaji lebih lanjut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman tentang model pembelajaran langsung dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran senam lantai khususnya keterampilan guling depan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai bahan referensi model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran senam lantai.

12 b. Bagi siswa Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk menumbuhkan motivasi siswa dan meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai. c. Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai sumber informasi untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan program pengajaran di sekolah. E. Pembatasan Masalah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan untuk menghindari penafsiran yang lebih luas maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung. 2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keterampilan guling depan. 3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cibeureum 02 Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang berjumlah 34 orang. 4. Sampel penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas V SDN Cibeureum 02 yang berjumlah 20 orang.

13 F. Definisi Oprasional 1. Pengaruh, adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. (Tn, http://www.kamusbahasaindonesia.org) 2. Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Burden & Byrd, 1999; Juliantine et al., 2011: 8). 3. Direct instruction atau model pembelajaran langsung merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. (Roy Killen, 1998; Juliantine et al., 2011:30). 4. Senam, dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. (Peter H. Werner, 1994; Mahendra, 2008:9). 5. Guling depan adalah gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali. (Mahendra, 2008:211).