MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERBAGAI BANGUN RUANG SEDERHANA MELALUI METODE PERMAINAN BENDA-BENDA KONKRET

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG PEMAHAMAN PERMASALAHAN SOSIAL MELAUI PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

MENINGGKATKAN PRESTASI BAHASA INDONESIA DALAM KEMAMPUAAN MEMECAHKAN SUATU MASALAH MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAKSANAAN PILKADA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DAN CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGHEMATAN AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL SISWA KELAS V SD. Sunarti

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

Kata Kunci: Pengembangan Pembelajaran dan Pemberian Balikan.

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAM-GAME-TOURNAMENTS)

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

Lince Sibuea Guru SDN Bojong Rawalumbu VIII, Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi ABSTRAK

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

Oleh: Sumarji SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Yayuk Jatining Rahayu 4

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

Meningkatkan Perhatian Siswa Kelas V SDN 2 Salakan Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Metode Diskusi

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 10 orang

PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

PENINGKATAN PRESTASI PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE BELAJAR AKTIF MODEL PEMBELAJARAN TERARAH

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DALAM MENGENAL IBADAH DI BULAN RAMADAN. Nurohmah

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ahmad Yasin 5. Kata Kunci: metode kooperatif model group investigation, hasil belajar. Guru SDN 03 Tlogosari

Kamilah SDN Sukaoneng Tambak Gresik

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO

Melalui Strategi Pembelajaran Ekspositori Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI/A SD Negeri 20 Sabang

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 10 Karamat Melalui Media Gambar Pada Pembelajaran IPA Materi Tentang Alat-Alat Indera

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

Konseling dan Pendidikan

Jurnal Florea Volume 2 No. 1, April 2015 (13-17)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR. Ratna Juita

Rinendah Sihwinedar 16

Djumroh SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: Constructivist Approach, Learning Outcomes, Measurement Concept

Oleh : R.Hobro Pranasmoro Hadi Guru SMA Negeri 1 Jogorogo. Kata Kunci : matematika, belajar aktif, kerja kelompok

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PROSIDING ISBN :

Oleh: N. Komariyah, S.Pd.I NIP ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya, serta memahami

BAB III METODE PENELITIAN

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

STRATEGI PEMBELAJARAN GABUNGAN CERAMAH DAN SIMULASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE CERAMAH KELAS V. Nurul Hamsi SD Negeri Sumber V Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. 001 Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar yang berjumlah 22

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB III METODE PENELITIAN

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan yang menekankan

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Yoseph Payong Ado. (Peneliti) Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN I) Samarinda

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Unik Maryani SD Negeri 3 Ngantru, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

Oleh: Gunawan SD N 1 Wonoanti, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

Cindra Dewi, Muchlis Djirimu, dan Lestari Alibasyah. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN X

KOMPETENSI MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINKS PAIR SHARE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA SISWAKELAS 1-B SD NEGERI DELITUA KABUPATENDELI SERDANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF (INNOVATIVE LEARNING) TIPE PICTURE AND PICTURE

Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari SLB Negeri Surakarta ABSTRAK

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KOMPONEN PETA

Erna Lukitawati Guru SMP NEGERI I Turen

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Meningkatkan Pemahaman Berbagai Bangun Ruang Sederhana (Sri Rahayu) 49 MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERBAGAI BANGUN RUANG SEDERHANA MELALUI METODE PERMAINAN BENDA-BENDA KONKRET Sri Rahayu SD Negeri Mangkujajar Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan metode permainan benda-benda konkrit dalam pembelajaran geometri serta peningkatan pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini adalah seluruh kelas siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar yang berjumlah 10 orang. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus dengan setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa Rencana Pembelajaran (RP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan penilaian kelas. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I terdapat 6 siswa yang mengalami ketuntasan belajar perorangan dari 10 jumlah siswa (60%) ini menunjukkan pada siklus ini belum mengalami ketuntasan klasikal. Pada siklus II terdapat 9 siswa yang mengalami ketuntasan belajar perorangan dari 10 jumlah siswa (90%) ini menunjukkan pada siklus ini sudah mengalami ketuntasan klasikal. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode permainan benda-benda konkrit terhadap peningkatan pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa. Kata kunci: bangun ruang sederhana, metode permainan benda konkrit PENDAHULUAN Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Pertanyaannya, bagaimana pemahaman anak terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru? Hal itu disadari benar oleh pemerintah. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja (Depdiknas, 2002:1) Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

50 HUMANIS, Vol. 10, No. 1, Januari 2018 mengetahui nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. (Nurhadi, 2004:3) Persoalannya sekarang adalah: (1) bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaiakn berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut; (2) bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh; (3) bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari; dan (4) baga imana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya? Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ideide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. (Ngalim, 1990:86) Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD khususnya matematika dasar kelas awal, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Maka dari itu guru perlu mengadakan variasi pengajaran misalnya dalam pengelolaan suasana kelas yang lebih menarik, penggunaan metode mengajar yang lebih cocok dan penggunaan alat peraga yang sesuai. Penggunaan media/metode yang tidak tepat akan diperoleh kualitas yang kurang optimal dan yang lebih penting lagi adalah untuk mempermudah menyelesaikan soal matematikanya dan akan lebih bagus jika dapat mencapai atau memperoleh kedua-duanya. Salah satu metode pembelajaran yang sangat cocok untuk kegiatan berhitung permulaan siswa kelas awal terutama kelas I adalah metode permainan. Metode permainan yang digunakan adalah metode permainan benda-benda konkrit. Metode ini sangat cocok digunakan karena sesuai dengan tahapan perkembangan berpikir anak usia SD terutama kelas awal yaitu kelas I yang masih berada pada tahapan operasi konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik dengan penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses

Meningkatkan Pemahaman Berbagai Bangun Ruang Sederhana (Sri Rahayu) 51 dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit diharapkan siswa lebih dapat dengan mudah dan lebih menyenangkan mempelajari pelajaran matematika khususnya materi goemetri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode permainan benda-benda konkrit terhadap peningkatan pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018 dan pelaksanaan metode permainan bendabenda konkrit dalam pembelajaran geometri pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK ( Classroom Action Research) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. (Riduwan, 2004:3). Sesuai dengan jenis penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan ( planning), tindakan ( action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 10 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa perempuan sebanyak 4 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas rencana pembelajaran (RP), lembar kegiatan siswa, penilaian kelas (tes tulis, tes lisan, tes perbuatan). Hasil penilaian kelas dianalisis untuk mendapatkan umpan balik tentang berbagai komponen dalam proses pembelajaran dan untuk menentukan kegiatan tindak lanjut yang tepat. Tindak lanjut diberikan sebagai suatu tindakan terhadap umpan balik yang diterima dari pelaksanaan penilaian kelas. Analisis penilaian kelas atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan evaluasi tes tulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana. HASIL PENELITIAN Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RP 1, LKS 1 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017 di kelas I dengan jumlah siswa 10 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar dan langkah-langkah pembelajaran mengacu

52 HUMANIS, Vol. 10, No. 1, Januari 2018 pada RP yang telah disiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes tulis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel IV.1. Distribusi Nilai Tes Siklus I No. Ket. No. Ket. Skor Skor Urut T TT Urut T TT 1 70 V 6 60 V 2 50 V 7 50 V 3 80 V 8 40 V 4 80 V 9 70 V 5 50 V 10 60 V 330 3 2 280 3 2 Jumlah skor 610 Jumlah skor maksimal ideal 1000 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 6 Jumlah siswa yang belum tuntas : 4 Klasikal : Belum tuntas Tabel IV.2. Rekapitulasi Nilai Tes Siklus I No. Uraian Hasil Siklus I 1. 2. 3. Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar 61 6 60 Pengamatan Dari kedua tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran permainan bendabenda konkrit diperoleh nilai rata-rata belajar siswa 61 dan ketuntasan belajar mencapai 60 % atau ada 6 siswa dari 10 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 60 hanya sebesar 80 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan siswa masih merasa baru mempelajari geometri bangun ruang yang lebih kompleks dari pada bangun datar. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik sesuai dengan RP yang telah dibuat. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masingmasing aspek cukup besar. 2). Berdasarkan data hasil pengamatan dan penilaian diketahui bahwa siswa masih merasa baru mempelajari geometri bangun ruang yang lebih kompleks dari pada bangun datar., maka guru perlu memberikan latihan dan tugas yang lebih banyak mengingat akar pangkat tiga merupakan hasil suatu perkalian

Meningkatkan Pemahaman Berbagai Bangun Ruang Sederhana (Sri Rahayu) 53 sehingga siswa paham betul apa yang dimaksudkan oleh guru. Sikuls II: Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RP 2, LKS 2 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Karena pada siklus pertama masih belum tuntas terutama terdapat kekurangan yaitu siswa masih merasa baru mempelajari geometri bangun ruang yang lebih kompleks dari pada bangun datar., maka guru menambah keterlibatan siswa dengan cara siswa lebih aktif melakukan latihan baik di rumah (tugas rumah) maupun di kelas melalui bantuan lingkungan sekitar. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 Nopember 2017 di kelas I dengan jumlah siswa 10 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar dan langkah-langkah pembelajaran mengacu pada RP yang telah disiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes tulis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel IV.3. Distribusi Nilai Tes Siklus II No. Ket. No. Ket. Skor Skor Urut T TT Urut T TT 1 90 V 6 90 V 2 80 V 7 80 V 3 90 V 8 60 V 4 90 V 9 90 V 5 80 V 10 80 V 430 3 400 4 1 Jumlah skor 830 Jumlah skor maksimal ideal 1000 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 9 Jumlah siswa yang belum tuntas : 1 Klasikal : Tuntas Tabel IV.4. Rekapitulasi Nilai Tes Siklus II No. Uraian Hasil Siklus II 1. 2. 3. Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar 83 9 90 Pengamatan Dari tabel IV.3. dan IV.4. di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit diperoleh nilai rata-rata belajar siswa 83dan ketuntasan belajar mencapai 90 % atau semua 9 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua ini secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 60 sebesar 100 % lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %.

54 HUMANIS, Vol. 10, No. 1, Januari 2018 Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini hingga mengalami ketuntasan baik ketuntasan secara perorangan maupun secara klasikal dikarenakan adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar aktif sehingga siswa menjadi terbiasa dengan pembelajaran seperti ini. Dengan penggunaan metode permainan benda-benda konkrit siswa lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 3). Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik sesuai dengan RP yang telah dibuat. 4). Berdasarkan data hasil pengamatan dan penilaian diketahui bahwa siswa masih merasa baru mempelajari geometri bangun ruang yang lebih kompleks dari pada bangun datar, maka guru menambah keterlibatan siswa dengan cara siswa lebih aktif melakukan latihan baik di rumah (tugas rumah) maupun di kelas melalui bantuan lingkungan sekitar. 5). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru, siswa semakin lebih aktif selama proses belajar berlangsung. 6). Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga hasil yang diperoleh juga menjadi meningkat atau lebih baik. Pengujian Hipotesis. Melalui hasil penelitian tersebut di atas maka dapat diketahui metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit memiliki dam pak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai bangun ruang sederhana. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 80 % menjadi 100 %, sehingga pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Dengan melihat hasil persentase peningkatan ketuntasan belajar klasikal tersebut maka hipotesis yang peneliti ajukan dapat terbukti yaitu : Jika pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode permainan benda-benda konkrit, maka pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018 akan meningkat Diskusi Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 80 % menjadi 100 % (mengalami kenaikan sebanyak 20 %). Hal ini menunjukkan bahwa metode permainan benda-benda konkrit memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018.

Meningkatkan Pemahaman Berbagai Bangun Ruang Sederhana (Sri Rahayu) 55 Dalam pelaksanaan pembelajaran geometri dengan menggunakan metode permainan benda-benda konkrit, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk peningkatan baik nilai/skor, ketuntasan belajar perorangan dan ketuntasan belajar klasikal di atas cukup besar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan metode permaianan benda-benda konkrit dapat meningkatkan pemahaman berbagai bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2017/2018 yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal siswa dalam siklus I (60 %) dan siklus II (90 %) dan peningkatan rata-rata siswa yaitu 61 pada siklus I menjadi 83 pada siklus II. 2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan benda-benda konkrit telah berjalan dengan baik. Guru melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya untuk mengurangi kelemahan maupun kesalahan dan menjauhkan hambatan yang dialami guru selama proses pembelajaran. Saran-saran Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan bendabenda konkrit menemui banyak kendala/hambatan, untuk itu peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran permainan benda-benda konkrit memerlukan persiapan yang cukup matang sehingga dalam proses belajar mengajar diperoleh hasil yang optimal, karena guru harus mempersiapkan benda-benda yang akan digunakan dalam pembelajaran 2. Untuk lembaga pendidikan disarankan agar ditambah personil guru dalam pembelajaran kelas-kelas awal, karena pada kelas-kelas awal siswa harus dibimbing dan diasuh secara intensif. Pada kelas awal merupakan penanaman dasar pemikiran dan pembelajaran, maka jika personil guru tidak seimbang dengan jumlah siswa yang diajar maka pembelajaran tidak akan berjalan optimal. 3. Untuk masyarakat terutama pada lingkungan keluarga, hendaknya diperlukan adanya perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua terhadap siswa/anaknya yang baru memasuki sekolah dasar. Hal ini diperlukan karena keterbatasan waktu belajar di sekolah. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan, harena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan. 5. Untuk penelitian selanjutnya agar digunakan metode atau cara mengajar lain guna meningkatkan pemahaman siswa kelas awal.

56 HUMANIS, Vol. 10, No. 1, Januari 2018 DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Degeng3, I.N.S. 1991. Karakteristik Belajar Mahasiswa Berbagai Perguruan Tinggi Di Indonesia. Jakarta PAU Universitas Terbuka Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Kurikulum 2004, Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Tematis Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2005. Pedoman Pembelajaran Kelas Awal Sekolah Dasar, Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hasibuan. JJ. Dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Heruman. 2003. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Rosda. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurhadi, Yasin, Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sukadi. 2002. Penanaman Konsep Bilangan 1 5 dan Operasinya Dalam Pembelajaran Matematika kelas I dalam Fasilitator, Edisi 3 (hlm. 50-56). Tim Penelitian Pendidikan IKIP Surabaya. 1993 Pengantar Penelitian Pendidikan, Surabaya, University Press IKIP Surabaya. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.