BAB I PENDAHULUAN. IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan. dipertanggungjawabkan karena dirumuskan secara empiris, yaitu berupa

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang menuntut

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

I. PENDAHULUAN. analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam menyiapkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN. Miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa akan mengganggu efektivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan tolak ukur maju mundurnya suatu bangsa, oleh sebab itu kualitas pendidikan harus mendapat perhatian. Pendidikan IPA pada hakekatnya adalah membelajarkan siswa memahami hakekat IPA dan sadar akan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif. IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan kebendaan yang tersusun secara sistematis dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan karena dirumuskan secara empiris, yaitu berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen sekaligus mencakup dua unsur hakiki daripada IPA (Subekti, 1997:16). Berdasarkan tujuan pengajaran IPA maka pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang diharapkan adalah mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan proses dan penguasaan konsep serta sikap ilmiah. Dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar saat ini yang menjadi permasalahan adalah terbiasanya para siswa menggunakan sebagian kecil dari kemampuan berpikirnya. Selain itu, proses belajar-mengajar IPA di sekolah dasar masih verbalistik dan berorientasi pada hafalan sejumlah istilah, konsep dan hukum secara kaku.

2 Dengan demikian hal itu akan berimbas pada proses pembelajaran IPA di sekolah. Bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yakni setiap permasalahan IPA yang dihadapkan seyogyanya siswa dapat mencari, menyelidiki dan menemukannya sendiri. Sehingga perolehan ilmu dalam IPA tidaklah bersifat hafalan belaka melainkan belajar melalui proses pembuktian, yaitu siswa diajarkan melalui percobaan-percobaan sederhana sesuai dengan tingkatan usianya. Rendahnya mutu hasil pembelajaran IPA di Indonesia dapat dilihat dari hasil studi yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam IPA mencapai skor 387 menduduki peringkat ke 58 dari 65 negara (http://www.oecd.org/pisa). Sedangkan survai TIMSS (Trends in International Mathematic and Science Study) terhadap pencapaian IPA siswa Indonesia di kelas 4 (9 tahun saat di tes) dengan ruang lingkup domain konten (Life Science, Physical Science dan Earth Science) dan domain kognitif (pengetahuan tentang fakta, pemahaman konsep, serta penalaran dan analisis) pada tahun 1999 berada pada peringkat 32 dari 38 negara, pada tahun 2003 di peringkat 37 dari 46 negara dengan skor rata-rata perolehan IPA untuk anak Indonesia adalah 420, skor ini tergolong pada kategori low benchmark, artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar dalam IPA (Puskur Depdiknas, 2007).

3 Dapat disadari bahwa kondisi seperti ini menuntut adanya upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar IPA dimulai sejak pendidikan dasar (Dahar, 1985:7). Kemajuan pesat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan IPA tidak dapat diharapkan tanpa membenahi proses belajar mengajar. Hal ini terkait dengan bagaimana upaya guru dalam membelajarkan IPA serta sejauh mana guru dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa dalam pembelajaran IPA. Pengembangan konsep yang dimiliki siswa kenyataannya diperoleh dari pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungannya, sehingga hal itu akan berlanjut dan terbawa dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Middlecamp dan Kean (Wibowo, 2011), pemahaman konsep yang benar merupakan landasan yang memungkinkan terbentuknya pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep lain yang berhubungan atau konsep yang lebih kompleks, fakta, hukum, prinsip dan teori-teori dalam IPA. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran akan mendorong mereka melakukan eksplorasi materi pembelajaran, mengkonstruksi sendiri ide-ide yang didapat dari hasil pengamatan, mengkomunikasikan gagasan-gagasan dalam berdiskusi sehingga diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuannya sendiri dengan cara memodifikasi konsepsi awal mereka. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui peranan model pembelajaran yang tepat digunakan di sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan memfasilitasi

4 perubahan konseptual siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan sekolah dasar merupakan tingkatan yang paling baik untuk dimulainya pembenahan dan pembaharuan khususnya pembelajaran IPA (Dahar, 1985:7). Dengan keefektifan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) di sekolah dasar diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptualnya. Oleh karena itu, maka penelitian ini akan dilakukan dengan mendesain sebuah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang dilengkapi dengan perangkat pendukungnya seperti RPP, sumber belajar / bahan ajar, serta teknik penilaian yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Untuk mendapatkan kejelasan dan kemudahan berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan identifikasi masalah penelitian. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu pada penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas sebagai strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa di sekolah dasar. Sehingga dalam penelitian ini terdapat permasalahanpermasalahan, yakni sebagai berikut:

5 1. Upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA Berpikir kritis menurut Ennis (1991:6) adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Dalam pembelajaran IPA berpikir kritis merupakan efek iringan yang dapat dilakukan oleh guru, karena pembelajaran IPA berbasis inkuiri yang mengembangkan keterampilan proses IPA, seperti berhipotesis dan melakukan eksperimen sebagai pembuktian (Liliasari, 2007:7). Dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar saat ini yang menjadi permasalahan adalah terbiasanya para siswa menggunakan sebagian kecil dari kemampuan berpikirnya, sehingga akan berimbas pada hasil pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan bukan hanya keterampilan berpikir kritis siswa yang perlu untuk terus ditingkatkan melainkan juga karena terbatasnya kemauan dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta mengelola proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir siswa. 2. Penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dalam memfasilitasi perubahan konseptual Proses pembelajaran IPA yang dilakukan guru di kelas seharusnya dapat membantu perubahan pada diri siswa, yaitu berupa semakin menjadi lengkapnya konsep atau juga semakin benarnya suatu konsep IPA (Suparno, 2000). Permasalahan yang terjadi pada siswa dalam pembelajaran IPA sekarang adalah kurang memahami konsep IPA dengan benar, sehingga hal itu akan menyebabkan

6 miskonsepsi. Supaya siswa dapat menguasai suatu konsep IPA yang benar diperlukan suatu proses pembelajaran dengan menentukan strategi pembelajaran yang efektif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran POE, hal itu disebabkan pada tahapan model POE memungkinkan guru memfasilitasi terjadinya perubahan konseptual siswa, baik yang memperluas konsep ataupun yang meluruskan konsep IPA yang tidak tepat. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai kegiatan percobaan sebagai pembuktian dari benar atau tidaknya suatu konsep IPA. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa SD kelas IV? Berdasarkan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana peningkatan perubahan konseptual antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa Sekolah Dasar pada konsep energi panas dan energi bunyi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan terutama berkenaan dengan efektivitas model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Adapun manfaat penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru dan praktisi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan tentang model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE), sehingga dapat membantu mempermudah guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran IPA. 2. Bagi siswa Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE) ini, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa.

8 3. Bagi sekolah Diharapkan agar penelitian ini dapat menginspirasi pihak sekolah untuk bersama-sama dengan guru menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada materi IPA yang lain sehingga dapat mendukung proses pembelajaran IPA. E. Definisi Operasional Adapun Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) adalah strategi pembelajaran efektif yang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam latihan berpikir, memprediksi, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pemikirannya (Liew, 2004:1). Dalam penelitian ini siswa disyaratkan memprediksi untuk melakukan eksperimen setelah diberikan suatu masalah/persoalan IPA, dengan pembuktian hasil eksperimennya siswa diharapkan memberikan penjelasan mengenai benar atau tidaknya antara hasil pengamatan dan prediksinya. 2. Keterampilan berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau yang berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Ennis, 1991:6). Dalam penelitian ini siswa diharapkan mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam mendefinisikan istilah, memberikan alasan, menerapkan prinsip, memutuskan tindakan dan membuat kesimpulan.

9 3. Perubahan konseptual adalah adaptasi psikologis dalam intelektual manusia untuk memodifikasi struktur kognitifnya/proses akomodasi dalam mengorganisasikan atau mengganti konsep utama yang telah ada disebabkan seseorang tersebut tidak mampu menghubungkan konsep yang dimilikinya dengan fenomena baru (Posner, G.J., Strike,K., Hewson, P., & Gertzog, W, 1982:212). Dalam penelitian ini perubahan konseptual yaitu tercapainya pemahaman siswa pada konsep energi panas dan energi bunyi yang berdasarkan pada pembuktian tentang konsep tersebut dengan benar. 4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran biasa yang sering dilakukan oleh guru-guru di sekolah dengan menggunakan metode ekspositori, yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah disertai tanya jawab, pemberian tugas tertulis, dan memberikan contoh-contoh penyelesaian soal-soal serta menjawab pertanyaan yang diajukan siswa (Ruseffendi, 2001). Pada penelitian ini guru menggunakan metode ceramah dan hanya sesekali melakukan eksperimen/percobaan disertai tanya jawab di kelas. F. Asumsi Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dapat memfasilitasi siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, aktivitas belajarnya dibangun melalui kegiatan berpikir yaitu memprediksi, melakukan percobaan, dan diskusi kelompok, serta memberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan sehingga dapat membantu siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya.

10 Pada tahapan memprediksi, siswa diminta untuk memikirkan alasan mengenai fenomena/persoalan IPA yang diajukan guru, pada tahapan ini siswa diharapkan dapat menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, setelah itu untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan maka selanjutnya siswa melakukan percobaan. Dalam tahapan percobaan, guru mengkondisikan siswa agar terjadi konflik kognitif sehingga dapat memfasilitasi perubahan konseptualnya, selanjutnya siswa diminta untuk memberikan penjelasan tentang hasil percobaannya kepada teman sekelas dengan diskusi. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mempertahankan argumen, menarik kesimpulan, memecahkan masalah dan mengkomunikasikannya. G. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Penggunaan model pembelajaran POE secara signifikan lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. 2. Penggunaan model pembelajaran POE secara signifikan lebih efektif memfasiltasi perubahan konseptual siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.