BAB I PENDAHULUAN. pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pembiayaan yang potensial bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

JUNIAR HENDRO NUGROHO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspor dan impor ke atas pengeluaran agregat (Sadono, 2015). Menurut I Gede

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA TAHUN 1997.I IV

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

ANALISIS PERMINTAAN UANG GIRAL DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

PENGARUH INVESTASI, JUMLAH UNIT USAHA, EKSPOR, TINGKAT UPAH, INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECILDI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dengan luar negeri, karena perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya, kemampuan rakyatnya, kemampuan para ahlinya, dan kemampuan

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasional. Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Kondisi ini antara lain didorong oleh adanya peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PDRBk, UPAH, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan masalah penting suatu negara, untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan sebagai penentu adanya kebijakan pembangunan selanjutnya (Mankiw, 2007:182). Suatu negara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi kenaikan pendapatan nasional dan peningkatan output. Permasalahan yang sering dialami dalam pembangunan ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan pembiayaan, artinya negara membutuhkan dana cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional sebagai upaya dalam mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju sedangkan negara belum mampu untuk menyediakan dana pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pembiayaan yang potensial bagi negara adalah penanaman modal. Menurut Todaro (2006:92) salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara adalah akumulasi modal. Penanaman modal atau investasi dirumuskan sebagai pengorbanan peluang konsumsi saat ini, untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan hidup berupa barang dan jasa bagi seseorang, sekelompok orang, bahkan negara di masa depan, serta keinginan adalah perkembangan zaman yang menuntut 1

2 setiap individu ataupun negara untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Noor, 2014:2-4). Penanaman modal atau investasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan merupakan salah satu sumber utama untuk mendapatkan dana bagi suatu negara. Menurut Sukirno (2012:304) penanaman modal mempunyai kedudukan istimewa dalam pembangunan, keyakinan ini didasarkan pada kesanggupan modal menciptakan faktor-faktor lain yang penting artinya dalam pembangunan seperti administrasi pemerintah yang efisien, modernisasi sektor industri, dan pengembangan sektor pertanian yang memerlukan tenaga administratif, berbagai jenis tenaga ahli, entrepreneur, dan pengembangan berbagai jenis prasarana. Dana investasi ini kemudian akan digunakan sebagai pembiayaan pembangunan dan untuk mensejahterakan masyarakat. Setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia selalu berusaha menciptakan gairah investasi di negaranya, supaya para investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Upaya yang diciptakan pemerintah dalam membentuk iklim yang menggairahkan investasi salah satunya dengan menerapkan berbagai peraturan mengenai investasi, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pada tahun 1994 melalui PP Nomor. 30, pemerintah mulai memperbolehkan investasi di kuasai oleh 95% Penanaman Modal Asing (PMA). Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk memperbaiki iklim usaha di

3 dalam negeri. Kemudian pemerintah mulai menata kembali kebijakan akan pengaturan penanaman modal yang akan masuk ke Indonesia dengan mengeluarkan UU RI No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dengan adanya Undang-Undang baru diharapkan dapat memberikan kepercayaan akan perlindungan hukum dan penyederhanaan dalam perizinan dalam investasi untuk investor asing dan lokal. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga berusaha menarik investor asing. Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta. Investasi asing mungkin masuk dengan berbagai bentuk seperti Investasi langsung, investasi portofolio, arus modal swasta, dll (Chaudhary et al, 2012). Modal asing tidak hanya membawa dampak pada sektor financial saja tetapi juga mendorong keterampilan dan modernisasi pada masyarakat. Menurut Sukirno (2012:305) di samping menghindarkan masalah inflasi dan tingkat pertumbuhan yang diinginkan tetap tercapai, modal luar negeri juga mempunyai manfaat lain yaitu dapat mentransfer teknologi modern dan tenagatenaga ahli. Sebelum menanamkan modalnya di suatu negara, investor asing memiliki pertimbangan dari berbagai faktor seperti tingkat keuntungan yang akan diperoleh, suku bunga, ramalan keadaan ekonomi di masa mendatang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya, serta keuntungan yang diperoleh perusahaan. Para

4 investor akan menanamkan modalnya apabila pengembalian modal lebih besar dari investasi yang telah dilakukan (Sukirno, 2012:122-123). Selain itu banyak faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing suatu negara. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor penarik (domestic) dan faktor pendorong (global). Faktor-faktor atau kondisi yang diciptakan oleh suatu negara penerima dalam menarik minat pemodal asing untuk menginvestasikan modalnya, seperti lingkungan ekonomi makro yang stabil dan efisien adalah faktor penariknya sedangkan faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berasal dari negara asal modal ataupun kondisi yang terjadi pada perekonomian global, seperti kebijaksanaan perekonomian, pergeseran atau perubahan orientasi pembangunan di negara asal modal, penurunan suku bunga Amerika dan perlambatan perekonomian di negara maju (Eliza, 2013). Jawa Tengah adalah suatu provinsi di Indonesia, yang letaknya diantara Jawa Barat dan Jawa Timur. Jawa Tengah memiliki populasi sebesar 33.501.978 jiwa data pada tahun 2014. Jumlah PDRB Rp.223,1 Triliun tahun 2013 dan PDRB per kapita sebesar Rp.18,75 juta pada tahun 2013 dengan ekspor US$5,33 milyar dan impor sebesar US$15,78 milyar. Posisi Jawa Tengah yang strategis menjadi tujuan utama untuk berinvestasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Potensi dan peluang investasi yang di tawarkan Jawa Tengah meliputi bidang infrastruktur, industri, pertambangan, pariwisata, pertanian, perkebunan, jasa, serta property. Potensi-potensi yang menjadi daya

5 saing dengan daerah lain yaitu melimpahnya sumber daya alam Jawa Tengah, dan banyak tenaga kerja muda dan terampil. Gairah investasi di Jawa Tengah menunjukkan perkembangannya yang tidak menentu setiap tahun khususnya Penanaman Modal Asing (PMA). Perubahan investasi asing ini pada dasarnya dilatarbelakangi dengan adanya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan infrastruktur, regulasi pajak, inflasi, nilai tukar, kriminal dan pencurian, tenaga kerja dan akses dana. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, kesempatan investasi di Jawa Tengah semakin terbuka untuk investor baik pada sektor rill maupun sektor moneter. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan investasi Jawa Tengah dari tahun 2013-2016 yang kian meningkat dengan rata-rata 52,31% per tahun. Perkembangan investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Perkembangan Investasi di Jawa Tengah Tahun 2013-2016 Tahun Persentase 2013 113,05 2014 9,48 2015 40,08 2016 46,62 Rata-Rata pertahun 52,31 Sumber: DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah, diolah peneliti. Perkembangan investasi di setiap provinsi seperti Jawa Tengah perlu dilihat sebagai bahan perencanaan ekonomi daerah maupun nasional. Dengan diketahuinya jumlah investasi asing di setiap wilayah akan memudahkan

6 pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya secara merata agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat dan untuk mempercepat pembangunan ekonomi negara. Dalam kurun waktu tahun 1990 hingga 2012 investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) di Jawa Tengah mengalami pasang surut karena bergejolaknya kondisi perekonomian. Pada tahun 1990 nilai investasi asing sebesar 6.627.600 US Dollar kemudian tahun 1995 nilai investasi asing mengalami penurunan -0,86% dari tahun 1994 dan meningkat ditahun 1996 tetapi hanya 3,61%, kemudian pada tahun 1997 mengalami kenaikan tajam lebih dari 100%, sebesar 138,71%. Pada tahun 2000 investasi asing di Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 19,73% tetapi tahun 2001 dan 2002 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tahun 2006 Investasi asing meningkat tajam sebesar 9,32% dengan nilai 378.841.800 US Dollar dari tahun 2005 yaitu senilai 36.702.100 US Dollar, kemudian pada tahun 2007 hingga 2012 nilai perubahannya rata-rata mengalami penurunan, karena hanya mengalami kenaikan pada tahun 2008, 2011 dan 2012, nilai perubahannya juga sangat kecil masing masing hanya 0,35%, 2,98% dan 0,22% sedangkan tahun 2009 dan 2010 nilai investasi asing Jawa Tengah cukup rendah hanya sebesar 85.094.200 US Dollar dan 36.688.300 US Dollar. Nilai investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2.

7 Tabel 1.2 Nilai Investasi Asing di Jawa Tengah Tahun 1994-2012 (dalam US$) Tahun Investasi Presentase Perubahan (%) 1990 6,627,600-1991 48,505,100 6,32 1992 8,214,300-0,83 1993 6,702,300-0,18 1994 103.974.300 14,51 1995 14.543.100-0,86 1996 67.003.900 3,61 1997 9.360.933.200 138,71 1998 36.667.100-1,00 1999 449.623.500 11,26 2000 9.322.171.700 19,73 2001 3.039.612.300-0,67 2002 28.187.900-0,99 2003 61.455.900 1,18 2004 87.500.200 0,42 2005 36.702.100-0,58 2006 378.841.800 9,32 2007 100.559.200-0,73 2008 135.270.500 0,35 2009 85.094.200-0,37 2010 36.688.300-0,57 2011 145.982.800 2,98 2012 178.416.200 0,22 Sumber: Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah, diolah peneliti. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk untuk mengulas hal tersebut, dengan mengambil topik Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Investasi Asing Di Jawa Tengah Tahun 1990-2016.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap investasi asing di Jawa Tengah tahun 1990-2016? 2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap investasi asing di Jawa Tengah tahun 1990-2016? 3. Bagaimana Pengaruh nilai tukar terhadap investasi asing di Jawa Tengah tahun 1990-2016? 4. Variabel manakah yang sangat mempengaruhi Investasi asing di Jawa Tengah tahun 1990-2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap investasi asing di Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap investasi asing di Jawa Tengah. 3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar (exchange rate) terhadap investasi asing di Jawa Tengah. 4. Untuk mengetahui variabel yang paling mempengaruhi investasi asing di Jawa Tengah.

9 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah dan pihak yang berpengaruh dalam keberlangsungan investasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran umum mengenai investasi di Jawa Tengah serta dapat menciptakan suatu gagasan baru dalam meningkatkan perkembangan ekonomi serta diharapkan menjadi masukan dalam penentuan kebijakan terkait penanaman modal. 2. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memprediksi dan memberi informasi yang berkaitan dengan faktor fundamental dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai investasi serta diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain yang mengangkat tema investasi. 4. Sebagai salah satu bahan bacaan dan referensi, maupun sumber informasi bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang tertarik mengenai masalah investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) baik daerah, indonesia maupun antar negara.

10 E. Sumber Data dan Metode Analisis 1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder adalah Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah, dan Bank Indonesia, dengan menggunakan data time series (tahunan) dari tahun 1990-2016. Sementara untuk pengumpulan teori-teori atau studi pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian, diperoleh dari buku referensi, e-book, jurnal dan informasi elektronik lainnya yang memuat tema tersebut. 2. Model dan Alat Analisis Data Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi model koreksi kesalahan (Error Correction Model Regression). Pendekatan model Error Correction Model (ECM) dianggap lebih sesuai untuk mendeteksi hubungan equilibrium jangka panjang antar variabel suku bunga, inflasi, dan nilai tukar terhadap investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan replika dari jurnal J.J Sarungu dan Maharsi Endah Tahun 2013 dengan Judul Analisis Faktor-

11 Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 6, No. 2, ISSN: 2301-8968, Halaman 1-7. Model persamaan yang digunakan sebagai berikut : a. Model Jangka Panjang DInvt = β0 + β1dinft + β2sbt + β3kurst + β4inft-1 + β5sbt-1 + β6kurst-1 + β7ect b. Model Jangka Pendek Dinvt = α1dinft + α2dsbt + α3dkurst + α4but Keterangan : DInv SB Inf Kurs ECT D β BU : Perubahan pembentukan modal tetap bruto Indonesia : Suku bunga : Laju inflasi Indonesia : Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar Amerika Serikat : β7(inft-1 + SBt-1 + Kurst-1 + INVt-1) : Difference Pertama : Operasi Kelambanan : Operasi kelambanan bunga kredit kointegrasi sebelumnya Penulis menggunakan variabel yang sedikit berbeda di mana variabel dependen adalah nilai investasi asing Jawa Tengah sedangkan variabel independen yang digunakan meliputi suku bunga, inflasi, dan nilai tukar (Exchange rate). Sehingga replika model regresi yang digunakan sebagai berikut :

12 a. Model Jangka Panjang (INV)t = β0 + β1(sb)t + β2(inf)t + β3(exr)t + ut b. Model Jangka Pendek INV) = γ0+ γ1 (SB) + γ2 (INF) + γ3 (EXR) + γ4(sb)t-1 + γ5(inf)t-1 + γ6(exr)t-1 + γ7ect + ut ECT = (SB)t-1 + (INF)t-1 + (EXR)t-1 - (INV)t-1 Keterangan : INV SB INF EXR t ut β y = Investasi asing langsung Jawa Tengah = Tingkat Suku bunga (interest rate) = Inflasi Jawa Tengah (dalam persen) = Nilai tukar rupiah terhadap US $ (exchange rate) = Waktu pengamatan = Error term = Parameter yang besarannya akan diestimasi = Parameter yang besarannya akan diestimasi Model simultan di atas memformulasikan hubungan hipotetik antara investasi asing Jawa Tengah (INV) yang akan dipengaruhi oleh suku bunga (SB), inflasi (INF) dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (EXR). Keuntungan penggunaan ECM dapat membedakan antara pola keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mengetahui spesifikasi model dengan ECM valid atau tidaknya dapat dilihat pada uji

13 statistik terhadap koefisien ECT. Nilai ECT harus menunjukkan angka positif antara 0-1 atau 0<ECT<1. F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sumber dan alat analisis data dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan penjabaran teoritis mengenai investasi, tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar berasal dari materi-materi yang diperoleh dari sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan pembahasan atas topik permasalahan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data dan model yang digunakan dalam penelitian. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi pengolahan data dengan menggunakan analisis Error Correction Model (ECM), pembahasan dan hasil analisis seberapa besar pengaruh suku bunga, inflasi dan nilai tukar terhadap investasi asing di Jawa Tengah.

14 BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan serangkaian pembahasan skripsi pada bab IV serta saran-saran yang perlu disampaikan LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA