BAB I PENDAHULUAN. khususnya negara pada negara berkembang, Indonesia merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kondisi industri bisnis di Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen


UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi keuangan. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu penopang yang memperkuat sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan bagi setiap negara karena perbankan suatu sektor penting di dalam mewujudkan stabilitas serta pertumbuhan perekonomian yang sehat dan dinamis disuatu negara khususnya negara pada negara berkembang, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang giat melakukan pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, secara material maupun spiritual, serta tercapainya kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing dan mandiri. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sarana dan prasarana, terutama dukungan dana yang memadai, perbankan sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak yaitu pihak yang kelebihan dan kekurangan dana, mempunyai peranan serta posisi yang penting sebagai penunjang serta motor penggerak bagi perekonomian, meskipun dalam sistem perekonomian saat ini, perbankan bukan merupakan satu-satunya sumber permodalan utama yang ada bagi investasi nasional maupun masyarakat, tetapi sumber permodalan perbankan peranannya masih relatif sangat besar dan dibutuhkan bila dibandingkan dengan pasar modal maupun sumber-sumber permodalan lainnya. Sebagaimana menurut Undangundang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dana atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai salah satu sektor penyedia jasa sumber permodalan, melalui kegiatan penyaluran perkreditan dan berbagai jasa lainnya, adanya ketersediaan kredit memungkinkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yang layak serta memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang tidak bisa dilakukan dengan dana sendiri, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran terhadap sektor-sektor yang memerlukan di dalam perekonomian, sehingga sektor-sektor yang ada dapat berkembang serta diharapkan dapat memberikan benefit bagi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian di suatu negara. Pada perkembangannya, sejak tahun 2012, Bank Indonesia telah mengeluarkan aturan yang mengelompokkan Bank Umum ke dalam kategori khusus, yang mana aturan tersebut sebagai bagian dari penataan struktur perbankan Indonesia juga dalam rangka meningkatkan daya saing, intermediasi dan tata kelola serta mengurangi risiko terhadap bank yang bersangkutan. Aturan tersebut telah diperbaharui oleh peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 6/POJK.03/2016, secara garis besar aturan yang dimaksud yakni mengatur mengenai pengelompokkan bank berdasarkan kegiatan kegiatan usaha sesuai dengan besarnya modal inti.

Setiap bank harus memiliki modal inti yang merupakan suatu modal yang terdiri dari modal yang disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba yang diperoleh setelah perhitungan pajak. Kategori Bank Umum dibagi menjadi 4 kategori diantaranya Bank Umum Kelompok Usaha 1 (BUKU 1), Bank Umum Kelompok Usaha 2 (BUKU 2), Bank Umum Kelompok Usaha 3 (BUKU 3), Bank Umum Kelompok Usaha 4 (BUKU 4). Pada kategori BUKU 1, Bank dengan modal inti sampai dengan kurang dari Rp 1 trilliun, cakupan produk dan aktivitasnya hanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar dalam bentuk mata uang rupiah, kegiatan dari sistem pembayaran e-banking secara terbatas, kegiatan valuta asing terbatas hanya sebagai pedagang valuta asing serta target penyaluran kredit kepada UMKM paling rendah 55% dari total kredit; kategori BUKU 2, Bank dengan modal inti antara Rp 1 trilliun sampai dengan kurang dari Rp 5 trilliun, cakupan produk dan aktivitasnya bisa melakukan seluruh kegiatan produk atau aktivitas Bank BUKU 1 ditambah kegiatan treasury terbatas mencakup spot dan derivatif serta melakukan penyertaan 15% pada lembaga keuangan dalam negeri, serta target penyaluran kredit kepada UMKM paling rendah 60% dari total kredit; kategori BUKU 3, Bank dengan modal inti antara Rp 5 trilliun sampai dengan kurang dari Rp 30 trilliun, cakupan produk dan aktivitasnya bisa melakukan seluruh kegiatan produk atau aktivitas Bank BUKU 2 ditambah penyertaan 25% pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri terbatas di kawasan Asia serta target penyaluran kredit kepada UMKM paling

rendah 65% dari total kredit dan pada kategori BUKU 4, Bank dengan modal inti paling sedikit sebesar 30 trilliun, cakupan produk dan aktivitasnya bisa melakukan seluruh kegiatan produk atau aktivitas Bank BUKU 3 ditambah penyertaan sebesar 35% pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri dengan cakupan wilayah international worldwide serta target penyaluran kredit kepada UMKM paling rendah 70% dari total kredit. Sangat diwajibkan bagi setiap bank untuk memiliki modal inti yang diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena menyangkut tingkat keamanan dan kekuatan Bank tersebut di dalam menghadapi berbagai risiko masalah eksternal maupun gejolak operasional. Berikut tabel 1.1. di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah Bank Umum dan Kantor Bank Umum menurut menurut Kelompok Usaha (BUKU) pada tahun 2014 sampai tahun 2017. Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Bank Umum dan Kantor Bank Umum Konvensional berdasarkan BUKU Tahun 2015-2017 (Unit) Kelompok Bank 2015 2016 2017 Jan Feb Mar Jun Sep BUKU 1 Jumlah Bank 34 25 24 21 21 18 18 Jumlah Kantor 1,323 919 784 579 580 506 484 BUKU 2 Jumlah Bank 46 50 50 52 52 53 53 Jumlah Kantor 3,745 4,038 4,122 4,330 4,326 4,269 4,321 BUKU 3 Jumlah Bank 22 24 25 24 24 26 26 Jumlah Kantor 10,708 10,410 10,435 9,779 9,757 9,869 9,757 BUKU 4 Jumlah Bank 4 4 4 5 5 5 5 Jumlah Kantor 15,208 15,507 15,512 16,109 16,108 16,172 16,203 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Pada tabel 1.2. di atas terlihat perkembangan jumlah Bank Umum menurut Kelompok Usaha (BUKU), setiap tahunnya masing-masing BUKU telah mengalami pengurangan dan penambahan di akhir tahun 2015 sampai akhir Oktober 2017, Bank BUKU 1, BUKU 2, BUKU 3 dan BUKU 4 telah mengalami perubahan perihal jumlah unit Bank, terjadinya perubahan unit tersebut dikarenakan Bank-bank bersangkutan ada yang mengalami merger, konsolidasi, akuisisi maupun suntikan dana dari investor maupun pemilik sehingga terjadi peningkatan modal inti. Bank kategori BUKU terdapat beberapa Bank Umum yang termasuk bank berkategori Bank Sistemik sejalan dengan disahkannya Undangundang (UU) nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK), meskipun penetapan Bank yang masuk kategori sistemik secara berkala dievaluasi kembali, namun saat ini menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada 11 Bank Umum yang masuk ke dalam kategori Domestic Systematically Important Bank (DSBI), yang mana 11 Bank tersebut ada pada BUKU 3 dan BUKU 4 namun tidak semua Bank yang ada pada BUKU 3 termasuk dalam kategori tersebut. Mengacu pada definisi Perppu JPSK (Jaringan Pengaman Sistem Keuangan), berdampak sistemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian

nasional. Menurut catatan Infobank Institute, kriteria bank yang berdampak sistemik yaitu jumlah asset dana yang besar, kompleksitas produk yang beragam, keterkaitan dengan bank lainnya cukup besar dan posisi Bank tersebut apakah tidak tergantikan jika terjadi penutupan. Bank dalam pertumbuhan penyaluran kreditnya dipengaruhi baik oleh faktor eksternal maupun faktor internal dari bank bersangkutan. Faktor internal bank meliputi kemampuan bank dalam menghimpun dana financial position (CAR, aktiva tertimbang menurut resiko, batas maksimum pemberian kredit), kualitas aktiva produktifnya dan faktor produksi yang tersedia di bank, sedangkan faktor eksternal meliputi peraturan moneter yang berlaku, persaingan situasi sosial politik, karakteristik usaha nasabah, suku bunga dan sebagainya (Teguh Pudjo Muljono, 2007). Pada penelitian ini faktor eksternal meliputi PDB, inflasi dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) serta adanya salah satu instrumen kebijakan makroprudensial yaitu kebijakan penetapan Capital Buffer, sedangkan faktor internal bank meliputi rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) dan rasio NPL (Non Performing Loan). Pertumbuhan penyaluran kredit bukan hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal bank tetapi juga karena adanya kebijakan dari Bank Indonesia yang berkenaan mengenai kebijakan makroprudensial seiring berkembangnya manajemen risiko, dari Capital Accord yaitu Basel III. Perturan tersebut merupakan standar kecukupan modal terbaru yang menitikberatkan pada penguatan struktur modal perbankan. Penerapan

Basel III ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan di tingkat mikro dan makro. Peningkatan ketahanan di tingkat mikro dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas permodalan bank serta ketahanan dan kecukupan likuiditas bank. Sementara itu peningkatan di tingkat makro dapat dilakukan dengan menerapkan conservation buffer, rasio leverage yang dapat membantu mengurangi risiko yang dapat membahayakan sistem keuangan, capital buffer untuk mengurangi prosiklikalitas serta mensyaratkan bank dan institusi keuangan yang bersifat sistemik menyediakan buffer. Adanya capital buffer ini, dapat menjadi pelindung yang dapat menyerap berbagai risiko kerugian yang mungkin muncul dari pertumbuhan kredit yang berlebihan maupun pada saat periode krisis berlangsung, jika financial distress cost dari modal yang rendah, serta biaya akses modal baru yang tinggi. Bank dapat menahan dan menjadikan capital buffer sebagai asuransi untuk menghindari biaya disiplin pasar (market dicipline) maupun biaya intervensi pengawasan (supervisory intervention) jika mereka memutuskan untuk menurunkan modal di bawah persyaratan rasio kecukupan modal (CAR). Capital buffer merupakan selisih lebih dari Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal. Fungsi capital buffer dalam industri perbankan adalah untuk mengantisipasi peningkatan kerugian di masa depan dan mengantisipasi apabila mendapatkan modal di periode penurunan tidak mudah dan mahal (Fikri, 2012). Sebagai contoh, rata-rata CAR bank-

bank konvensional pada tahun 2010 adalah 18,8%, sedangkan minimum modal yang ditetapkan regulator adalah 8%, ini artinya jika rata-rata CAR perbankan konvensional dikurangi kecukupan modal minimum menghasilkan 10,8%. Hasil ini menimbulkan pertanyaan tentang faktorfaktor apa yang mempengaruhi besarnya modal yang harus ditahan oleh bank yang nantinya mempengaruhi tingkat permodalan bank. Sebagai tambahan, nilai tersebutlah yang merupakan kelebihan modal untuk penyangga atau disebut capital buffer. Capital buffer inilah yang akan melindungi bank apabila terjadi guncangan risiko di masa yang akan datang (Anggitasari, 2013). Namun, memiliki capital buffer yang tinggi berarti memiliki CAR yang tinggi pula, sementara nilai CAR yang terlalu tinggi tidak baik untuk industri perbankan, dikarenakan kelebihan modal tersebut dapat digunakan untuk menyalurkan kredit atau investasi guna memaksimalkan keuntungan bank yang bersangkutan. Adanya kebijakan capital buffer dapat memperlihatkan serta menekan laju pertumbuhan kredit pada periode ekspansi ekonomi melalui transmisi apabila adanya kenaikan dari biaya kredit (loanable fund) menjadikan kebutuhan bank untuk meningkatkan cadangan permodalannya serta sebagai antisipasi dari resiko kerugian yang akan timbul pada saat terjadi periode krisis yang akan berdampak langsung terhadap fungsi intermediasi perbankan. Faktor eksternal perbankan salah satunya PDB (Produk Domestik Bruto) yang merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu negara pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS), besarnya nilai PDB sangat berkaitan dengan besaran dari jumlah penyaluran kredit, karena apabila peningkatan nilai PDB besar maka akan dapat menarik minat pihak yang kelebihan dana atau investor untuk berinvestasi, karena investor menilai adanya prospek yang baik untuk kedepannya, sehingga dana dari investor tersebut akan berdampak pada kredit yang akan disalurkan bank kepada pihak yang kekurangan dana serta adanya kecenderungan dengan perilaku proksiklikalitas bank dalam menyalurkan banyaknya jumlah kredit ketika perekonomian sedang mengalami ekspansi/booming dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sebaliknya bank akan menyalurkan sedikit jumlah kreditnya ketika perekonomian sedang mengalami kelesuan/resesi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang rendah, sedangkan kaitan laju inflasi dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap penyaluran kredit meliputi, laju inflasi merupakan keadaan dimana harga barang-barang cenderung meningkat dalam waktu yang lama (Mankiw, 2006, p.193). Pada saat tingkat inflasi turun, suku bunga Bank Indonesia akan ikut turun. Turunnya tingkat suku bunga Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga kredit dan suku bunga deposito, turunnya suku bunga kredit berdampak pada peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat karena meningkatkan minat masyarakat untuk meminjam dana sehingga akan menggerakkan aktivitas perekonomian negara.

Selanjutnya untuk faktor internal yang meliputi rasio CAR, rasio LDR dan rasio NPL bank, tentu akan sangat jelas berdampak terhadap penyaluran kredit bank bersangkutan. Menurut Kasmir (2014:46), CAR adalah perbandingan rasio tersebut antara rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan sesuai ketentuan pemerintah. Saat ini besaran rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diantaranya untuk bank dengan profil risiko peringkat 1 sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), bank dengan profil risiko peringkat 2 sebesar 9% sampai dengan kurang dari 10% dari ATMR, bank dengan profil risiko peringkat 3 sebesar 10% sampai dengan kurang dari 11% dari Risiko ATMR dan pada bank dengan profil risiko peringkat 4 sebesar 11% sampai dengan kurang dari 14% dari ATMR. Semakin tinggi besaran rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang akan ditimbulkan termasuk risiko kredit, dengan modal yang besar maka suatu bank seharusnya akan dapat menyalurkan kredit lebih banyak, namun total aktiva suatu bank yang semakin besar semakin bertambah pula risikonya, jadi bank yang memiliki aktiva yang besar tidak menjamin masa depan bank tersebut, karena aktiva tersebut memiliki bobot risiko masing-masing, meningkatnya kredit maka akan meningkatkan rasio LDR (Liquidity to Deposit Ratio), karena rasio LDR menunjukkan kemampuan bank di dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh

bank maupun dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Achmad dan Kusuno, 2003). Rasio LDR harus dijaga agar tetap sesuai dengan aturan serta batas toleransi yang berlaku, rasio LDR yang tinggi akan menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau menjadi tidak likuid sedangkan rasio LDR yang rendah menunjukkan bank tersebut likuid dengan kelebihan kapasitas dana untuk dipinjamkan, penetapan standar batas bawah dan batas atas untuk rasio LDR yaitu. sebesar 78% sampai 94%. Sedangkan rasio NPL (Non Performing Loan) menunjukkan kinerja sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang telah disalurkan oleh bank sampai lunas, rasio NPL sendiri merupakan rasio persentase jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang telah disalurkan, semakin tinggi besaran rasio NPL yang ada pada bank, maka akan menyebabkan pengurangan terhadap kredit yang akan disalurkan, penetapan standar rasio NPL yakni sebesar kurang dari 5%. Berikut tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan besaran rasio CAR, LDR, NPL beserta total penyaluran kredit Bank Umum Kelompok Usaha 4 dan 3 di tahun 2015 sampai triwulan III tahun 2017.

Tabel 1.2. Kinerja Bank Umum Konvensional dan Penyaluran Kredit serta Rasio NPL Kredit BUKU 4 dan 3 Tahun 2015-2017. Bank BUKU 4 Keterangan 2015 2016 2017 Maret Juni September Rasio CAR (%) 19.26 21.24 20.85 20.88 21.58 Rasio LDR (%) 85.63 85.16 87.65 86.49 86.19 Rasio NPL (%) 33.828 51.182 61.23 61.469 61.196 Total Kredit (Milliar) 1781889 2004722 2179490 2248512 2266350 Pertumbuhan kredit (%) 14.73 12.51 8.72 3.17 0.79 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Bank BUKU 3 Keterangan 2015 2016 2017 Maret Juni September Rasio CAR (%) 23.3 24.86 25.8 24.92 25.27 Rasio LDR (%) 99.37 95.96 92.99 96.6 95.1 Rasio NPL (%) 43.304 50.164 42.632 45.738 44.923 Total Kredit (Milliar) 1507831 1567489 1407768 1520644 1541498 Pertumbuhan kredit (%) 22.64 3.96-10.19 8.02 1.37 Pada tabel 1.2. di atas dapat terlihat Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) cenderung mengalami peningkatan pada setiap tahunnya untuk masing-masing Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3, hanya pada BUKU 4 di tahun 2017 triwulan ke I mengalami penurunan rasio sebesar 0,39% dari tahun sebelumnya sedangkan pada BUKU 3 di tahun 2017 triwulan II juga mengalami penurunan rasio sebesar 0,88%. Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) cenderung berfluktuatif pada setiap tahun maupun pertriwulannya di tahun 2017 untuk masing-masing Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3. Sedangkan untuk rasio NPL (Non Performing Loan) pada Bank Umum Konvensional BUKU 4 setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan namun memasuki triwulan III tahun 2017 telah

mengalami penurunan sebesar 0,23% dari triwulan sebelumnya sedangkan pada Bank Umum Konvensional BUKU 3 untuk rasio NPL cenderung mengalami fluktuasi. Lalu pada total penyaluran kredit Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 selama tahun 2015 sampai tahun 2017 triwulan III secara nominal telah mengalami peningkatan hanya saja pada Bank Umum Konvensional BUKU 3 telah mengalami penurunan secara nominal pada triwulan I di tahun 2017, sedangkan secara pertumbuhan kredit pada masing-masing Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 telah mengalami penurunan setiap tahunnya, di tahun 2016 pada BUKU 4 terjadi penurunan sebesar 2,22% dari tahun sebelumnya yakni di tahun 2015 yang pertumbuhan kreditnya sebesar 14,73%, memasuki tahun 2017 triwulan I pertumbuhan kredit juga telah mengalami penurunan sebesar 3,79% dari tahun 2016 yang rasio kreditnya sebesar 12,51%, sedangkan pada triwulan ke II dan ke III tahun 2017 rasio pertumbuhan kredit masih cenderung menurun sebesar 5,55% dan 2,38%, karena rasio pertumbuhan pada masing-masing triwulan I, triwulan ke II dan triwulan ke III yakni sebesar 8,72%, 3,17% dan 0,79% sedangkan pada Bank Umum Konvensional BUKU 3 di tahun 2016, pertumbuhan kreditnya mengalami penurunan sebesar 18,68% dari tahun sebelumnya yang sebesar 22,64% di tahun 2015, pada tahun 2017 triwulan I pertumbuhan kreditnya cenderung menurun yakni sebesar -10,19%, memasuki triwulan II di tahun 2017 pertumbuhan kredit cenderung meningkat menjadi 8,02% dan kembali menurun sebesar 1,37% di triwulan III di tahun 2017.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti ke dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Kebijakan Penetapan Capital Buffer dan Faktor Internal serta Eksternal Bank Terhadap Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 Periode 2005-2017). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan yang berkenaan dengan pertumbuhan kredit berdasarkan perilaku Bank Umum Kelompok Usaha 4 dan 3 (BUKU 4 dan 3) adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan penetapan Capital Buffer, rasio LDR, rasio NPL, PDB dan BI rate terhadap pertumbuhan kredit Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 periode 2005-2017 secara parsial? 2. Bagaimana pengaruh kebijakan penetapan Capital Buffer, rasio LDR, rasio NPL, PDB dan BI rate terhadap pertumbuhan kredit Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 periode 2005-2017 secara simultan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh kebijakan penetapan Capital Buffer, rasio LDR, rasio NPL, PDB dan BI rate terhadap pertumbuhan kredit

Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 periode 2005-2017 secara parsial. 2. Mengetahui pengaruh kebijakan penetapan Capital Buffer, rasio LDR, rasio NPL, PDB dan BI rate terhadap pertumbuhan kredit Bank Umum Konvensional BUKU 4 dan 3 periode 2005-2017 secara simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis/Akademik Adapun manfaat akademik dari penelitian ini yaitu : 1. Peneliti, sebagai latihan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai perbankan serta dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Lembaga FEB Universitas Pasundan, dapat menjadi sumber maupun bahan referensi pengetahuan mengenai perbankan, yang dapat bermanfaat bagi kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan Bandung. 3. Peneliti lain, dapat menjadi sumber bahan referensi bagi peneliti lain yang apabila ingin meneliti atau mengkaji tentang sektor perbankan.

1.4.2 Kegunaan Praktis/Empiris Adapun manfaat empiris dari penelitian ini yaitu : 1. Instansi Terkait, sebagai bahan pertimbangan dan menjadi masukan bagi Bank Umum dalam pengambilan kebijakan khususnya di dalam pertumbuhan kredit. 2. Pihak luar, sebagai sumber informasi bagi semua pihak yang tertarik untuk mengkaji serta menjadi sumber informasi bagi masyarakat umum untuk mengetahui pembahasan tentang pertumbuhan kredit Bank Umum.