BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah daerah. Selain itu, maraknya globalisasi yang menuntut daya saing disetiap pemerintah daerah, dimana daya saing pemerintah daerah ini diharapkan akan mampu tercapai melalui peningkatan kemandirian pemerintahan. Dengan bergulirnya Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan payung hukum pemerintah daerah yang antara lain adalah mengenai pola-pola aplikasi pertanggungjawaban keuangan daerah, yang sangat terkait dengan reformasi regulasi keuangan daerah (Juwita, 2013). Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan gambaran mengenai kondisi dan hasil kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas 1
2 Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia. (Bastian, 2010). Standar ini dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Laporan keuangan pemerintah daerah harus disusun berdasarkan sistem pengendalian internal (SPI) seperti yang diamanatkan dalam pasal 56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004 yang menyatakan kepala Organisasi Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD di lingkungan tempat kerjanya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian internal yang memadai dan laporan keuangan yang diselenggarakan
3 sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah/provinsi Jawa Barat. Posisi perekonomian Kabupaten Bandung Barat dalam keadaan perekonomian nasional maupun Jawa Barat dipandang sangat strategis seperti kedekatan wilayah perekonomian Kabupaten Bandung Barat dengan pusat perekonomian dan pemerintahan Jawa Barat. Akan tetapi, pengelolaan keuangannya masih kurang, tidak sesuai dengan yang diharapkan. (http://bapeda.bandungkab.go.id) Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) KBB Dadan Supardan menuturkan bahwa Kabupaten Bandung Barat mengalami permasalahan sejumlah asset milik pemerintah seperti tanah Gunungsari Lembang, Pacuan Kuda Lembang, sejumlah asset sekolah, jalan dan lahan pertanian pun menjadi hal utama yang harus dituntaskan, sulitnya meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tidak hanya dari buruknya pengelolaan keuangan tapi persoalan asset juga menjadi persoalan yang harus diselesaikan. Adapun masalah lain berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas 533 LKPD menunjukkan terdapat 6.150 yaitu lemahnya sistem pengendalian internal yang terdiri dari : 1) Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 2) Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
4 Permasalahan kelemahan sistem pengendalian internal terjadi karena pejabat/pegawai yang bertanggung jawab kurang menaati dan memahami ketentuan yang berlaku, belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian, kurang koordinasi antar pejabat terkait, belum membuat kebijakan/prosedur untuk suatu kegiatan operasional, serta belum menindak lanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK tahun sebelumnya.(www.bpk.go.id) Permasalahan utama pengendalian intern dalam pengelolaan pendapatan antara lain mekanisme pengelolaan penerimaan negara tidak sesuai dengan ketentuan, SOP belum disusun, pelaksanaan kebijakan mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan, dan lain-lain kelemahan SPI. Hal yang sama juga terdapat pada sistem pengendalian intern dalam pengelolaan belanja yang antara lain prosedur operasi standar (standard Operating Procedure/SOP) belum disusun, pencatatan belum dilakukan atau tidak akurat, dan lain-lain kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI).(www.bpk.go.id) Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong agar Pemerintah Kabupaten/Kota menerapkan akuntansi berbasis akrual. Hal tersebut sesuai dengan aturan pusat yang memerintahkan bahwa pemerintah daerah harus menerapkan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Plt Sekda Jawa barat Iwa Karniwa menuturkan saat ini Pemprov sedang mencoba menyusun laporan keuangan semester I dengan berbasis akrual dan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan hal yang serupa. Menurut Iwa, Pemprov telah melakukan berbagai langkah untuk melakukan penerapan berbasis akuntansi
5 berbasis akrual ini. Selain menyusun peraturan gubernur tentang kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi, pihaknya juga telah menyusun bagan akun standar berdasarkan akuntansi berbasis akrual. (Tribunjabar.co.id) Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kabupaten Bandung Barat tahun 2011-2015 Tahun Opini BPK 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber :www.bpk.go.id Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini terhadap Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. saya sebagai ketua DPRD mengaku kecewa atas kinerja Pemkab yang lagi-lagi mendapatkan Wajar Dengan Pengecualian (WDP), lihat Kabupaten Pangandaran bisa mendapatkan opini WTP (Wajar Dengan Pengecualian) padahal Kabupaten Pangandaran usianya masih muda dan Kabupaten bungsu di Jawa Barat. Sementara KBB sudah memasuki tahun ke-10 dibawah kepemimpinan Abu bakar yang tak kunjung berhasil. (Ketua DPRD Kabupaten Bandung Barat Aa Umbara Sutisna di Padalarang) BPK memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap LKPD Kabupaten Bandung tahun anggaran 2015, sama halnya mendapatkan WDP pada
6 tahun sebelumnya dan yang menjadi titik masalah Kabupaten Bandung mendapat Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dalam hal pendataan asset yang harus menggunakan akrual yang dianggap rumit.(jabar.pojoksatu.id diakses pada 14 maret 2017) Opini yang diberikan atas suatu laporan keuangan adalah cermin bagi kualitas pengelolaan dan penyajian suatu laporan keuangan. Adanya kenaikan persentase opini WTP serta penurunan persentase opini WDP dan TMP, secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku. (www.bpk.go.id) Setelah mempertimbangkan latar belakang tersebut, penulis akan membuat penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada SKPD Kabupaten Bandung Barat). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat.
7 2) Bagaimana pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat. 3) Bagaimana pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data serta informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengetahui pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat. 3. Mengetahui penerapan standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Bandung Barat.
8 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan juga informasi yang akurat dan relevan yang dapat digunakan oleh: 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir, menambah kemampuan intelektual, memperdalam pengetahuan penulis berkenaan dengan penerapan standar akuntansi pemerintah dan sistem pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan menambah ilmu khususnya pada mata kuliah akuntansi sektor publik. 2. Untuk Instansi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi dan membantu pihak manajemen publik dalam mengambil kebijaksanaan untuk terus meningkatkan dan mengembangkan daerahnya di masa yang akan datang. 3. Pembaca Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta menjadi sumber informasi atau masukan mengenai konsep pemahaman standar akuntansi pemerintahan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada SKPD Kabupaten Bandung Barat Jalan Raya Padalarang-Cisarua Km 2 Desa Mekarsari Kecamatan Ngamprah.
9 Dengan waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 sampai dengan Agustus 2017.