Mari Bergabung Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia



dokumen-dokumen yang mirip
Pilihan Kemitraan di Indonesia

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

komisi penanggulangan aids nasional

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

SITUASI PENDANAAN PROGRAM HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta 2013

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

KEPMEN NO. KEP.68/MEN/IV/2004

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Januari Kepada rekan-rekan yang terhormat,

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada era globalisasi ini, kebutuhan akan penyebaran

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

Kab.Tangerang & Resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

Oleh: Logan Cochrane

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB II LETAK GEOGRAFIS. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru terletak di Jl. Melur No. 103, Adapun Visi KPA

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Mari Bergabung Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia PILIHAN KEMITRAAN

Yang diperlukan Masyarakat masih memiliki persepsi rendah mengenai dampak HIV/AIDS. Diperlukan upaya besar yang melibatkan media massa untuk memberikan informasi dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat. Meningkatnya pengertian tentang HIV/AIDS membantu menghilangkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi terhadap penduduk dengan perilaku berisiko tinggi. Peningkatan sumber daya untuk perawatan kesehatan berbasis masyarakat dan programprogram dukungan. Perbaikan akses bimbingan dan pemeriksaan darah sukarela, serta obat-obatan dengan harga terjangkau untuk orang dengan HIV/AIDS (odha). Langkah berikut Untuk mengetahui bagaimana kita dapat berbuat sesuatu di Indonesia, silakan menghubungi: Dr. Djoko Suharno, Asisten Deputi untuk Penanggulangan HIV/AIDS dan Pengawasan Narkoba, Sekretariat KPA (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS), Email: djokoshn@cbn.net.id Jane Wilson, Country Programme Adviser, UNAIDS, Emai:. jwilson.unaids@undp.org Hadi S. Topobroto, Sekretariat NBA on HIV/AIDS (Aliansi Bisnis Nasional untuk Penanggulangan HIV/AIDS), Email: nba_aids@uninet.net.id Dan bagaimana Indonesia menanggulangi HIV/AIDS, kita dapat membaca penerbitan berikut ini di "www.unaids.org" * Tantangan dan Kesempatan untuk Bertindak, Komite AIDS Nasional, 2001. * Pengendalian HIV/AIDS di Indonesia, Respon hingga saat ini: Menangkal ancaman bencana AIDS mendatang, Sidang Kabinet Khusus tentang HIV/AIDS, Februari 2002. The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) mengikutsertakan delapan organisasi yang berada di bawah naungan PBB: UNICEF, UNDP, UNFPA, UNDCP, ILO, UNESCO, WHO dan Bank Dunia. Sebagai motor utama dalam gerakan melawan HIV/AIDS di seluruh dunia, misi global dari UNAIDS adalah menggerakkan, memperkuat dan mendukung berbagai upaya terhadap penanggulangan HIV/AIDS dengan tujuan: Mencegah penyebaran HIV; Menyediakan perawatan dan dukungan bagi mereka yang terinfeksi HIV/AIDS dan keluarganya; Mengurangi kerentanan dari setiap individu dan masyarakat terhadap HIV/AIDS; Dan Meminimalkan dampak sosio-ekonomi dan manusiawi dari epidemi HIV/AIDS. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) 20 avenue Appia 1211 Geneva 27 Switzerland tel. +(41) 22 791 36 66 fax +(41) 22 791 41 87

HIV/AIDS mengancam masyarakat kita Sejak tahun 1988, pengujian HIV positif terhadap para pekerja seks mulai dilakukan secara diam-diam di Indonesia. Dalam satu dasawarsa terakhir, prevalensi HIV diantara kelompok berisiko tinggi itu masih rendah. Namun data terbaru di beberapa lokasi menunjukkan adanya peningkatan pesat infeksi HIV di antara para pekerja seks yang mencapai 5%-27%, ditambah pula dengan peningkatan infeksi HIV pada pengguna napza suntik bergantian yang mencapai 47%. Beberapa faktor yang menyebabkan kerentanan tersebut mencakup: ketidak-stabilan politik, konflik dengan kekerasan di berbagai daerah, termasuk pula migrasi berskala besar, khususnya sejak awal krisis ekonomi tahun 1997-1998. Jutaan penduduk terjerat dalam kemiskinan, terutama di Pulau Jawa yang padat penduduknya dan daerah perkotaan lain. Diperkirakan 40 juta orang saat ini menganggur. Beban sosial-ekonomi Dalam dunia kerja, HIV/AIDS dapat menyebabkan penurunan produktivitas akibat meningkatnya ketidakhadiran dan pergantian karyawan, serta menghilangnya tenaga kerja trampil. Sumber daya menghilang karena meningkatnya kebutuhan untuk merekrut, melatih dan melatih-ulang karyawan, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, tunjangan asuransi dan kematian, serta percepatan periode akumulasi untuk tunjangan pensiun. STATISTIK DASAR INDONESIA Penduduk (tahun 2000): 206 juta Perkiraan jumlah orang dengan HIV (tahun 2001): 80.000-120.000 Perkiraan di tahun 2003: 80.000 kasus baru HIV/AIDS Pada tahun 2003 penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna napsa suntik bergantian diperkirakan 80% dari jumlah kasus. Rata-rata harapan hidup (tahun 2000): 66,2 tahun bagi perempuan 62,4 tahun bagi laki-laki Dengan jumlah penduduk 206 juta serta keanekaragaman budaya, Indonesia tentunya berkepentingan untuk mencegah terjadinya epidemi HIV/AIDS yang meluas. Kebutuhan dana tahunan untuk pencegahan dan perawatan HIV/AIDS Pada tahun 2001, Pemerintah Indonesia telah menyempurnakan kembali Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS. Untuk tahun 2002, Pemerintah setidaknya memerlukan dana sebesar US$ 33 juta. UNAIDS memperkirakan, para donor internasional telah memberikan sumbangan sebesar US$ 12 juta sepanjang tahun 2002 untuk membantu penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Masih ada peluang dan harapan Kegiatan kelompok-sebaya di kalangan remaja dan tempat kerja sangat efektif dijalankan di Indonesia. Telah banyak perusahaan swasta lokal yang mendukung kegiatan remaja, seperti pendidikan dan pelatihan oleh kelompok sebaya. Upaya meningkatkan penggunaan kondom dalam masyarakat umum masih mungkin dilakukan. Walaupun tingkat penggunaan kondom masih tetap rendah, meluasnya sosialisasi penggunaan kondom berhasil meningkatkan penjualan kondom di Indonesia, Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia merupakan tantangan yang besar dan pemerintah berusaha menyikapi secara realistis. Beberapa proyek percontohan untuk mengurangi penularan HIV melalui hubungan seks berisiko dan melalui penggunaan napza suntik telah dicanangkan dan wilayah kerjanya akan segera diperluas. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen dan keinginan kuat dengan meluncurkan Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS (2002). Tantangan berikutnya adalah bagaimana komitmen politik tersebut segera terwujud dalam program pencegahan dan perawatan dengan sumber daya yang memadai. Pentingnya tindakan dan sumber daya Meskipun Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS memiliki komitmen yang tinggi, terbatasnya sumber daya menjadi penghalang utama penanggulangan epidemi ini. Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS, di bawah Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, memerlukan sumber daya tambahan agar dapat berjalan efektif selama periode 2002-2010. Upaya penggalangan sumber daya ini hanya dapat terwujud dengan komitmen penuh, kepemimpinan dan partisipasi aktif segenap mitra terkait seperti Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, orang dengan HIV/AIDS (Odha) dan sektor swasta. Telah banyak pula Lembaga Swadaya Masyarakat yang berpengalaman dalam program penjangkauan untuk orangorang yang berisiko tinggi untuk tertular HIV. Meningkatnya keterlibatan orang dengan HIV/AIDS (Odha) dalam penyelenggaraan program khususnya perawatan, penyembuhan, dukungan serta advokasi telah dapat diterima masyarakat.

Pilihan Kemitraan di Indonesia Remaja Media Massa dan HIV/AIDS Perawatan dan Dukungan Kelompok Risiko Tinggi Kondom Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak Mari Bergabung Menanggulangi HIV/AIDS Keterangan lebih lanjut tentang kemitraan dan organisasi yang terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS di http://www.unaids.org/partnership/index.html

REMAJA Investasi masa depan Sekitar 38 juta orang Indonesia berusia antara 15-24 tahun. Dari jumlah tersebut, lebih dari 20 juta aktif secara ekonomi, sekitar 15,5 juta bekerja, sedangkan lebih dari 5 juta remaja menganggur. Ke-18 juta remaja yang dianggap "tidak aktif secara ekonomi" umumnya masih bersekolah (11 juta), bekerja di rumah (5 juta) dan lainnya (2 juta). Sekitar 700.000 orang putus sekolah tiap tahun, kebanyakan dari mereka perempuan. Tingkat buta huruf dalam kelompok ini mencapai 17%. Meskipun tingkat kesadaran terhadap HIV/AIDS diantara remaja umumnya tinggi, tingkat hubungan seks berisiko tinggi dan penggunaan jarum suntik napza bergantian juga tinggi. Tingkat konsistensi penggunaan kondom rendah, rata-rata dibawah 6%. Banyak dari orang dengan HIV/AIDS terinfeksi pada akhir umur belasan atau awal 20-an. Remaja Pendidikan keterampilan-hidup untuk pelajar Sekolah menyediakan lingkungan yang paling efektif dan efisien untuk menjangkau 38 juta remaja dan keluarga mereka. Kebijakan pendidikan nasional tentang HIV/AIDS memprioritaskan pendidikan ketrampilan-hidup sebagai upaya memberdayakan remaja menghadapi tantangan sehari-hari, termasuk pencegahan perilaku berisiko tinggi (hubungan seks pra-nikah dan penggunaan napza suntik). Modul-modul untuk Sekolah Dasar dan lanjutan, serta pusat pengajaran pendidikan non-formal, telah bersama-sama dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan UNICEF. US$ 25.000 cukup untuk mengadakan program pelatihan ketrampilan hidup untuk 10 orang guru dari 20 sekolah menengah di Jakarta yang mampu mencapai 20.000 siswa sekolah menengah. US$ 5.000 cukup untuk melatih 25 orang guru BP (bimbingan & penyuluhan) di sekolah sebagai sumber informasi mengenai HIV/AIDS dan Narkoba di 25 sekolah menengah. Sumbangan dalam bentuk perlengkapan audio-visual serta bantuan dalam disain dan cetakan poster/buletin akan sangat bermanfaat. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Perseveranda So, Education Officer, UNICEF, Email: pso@unicef.org atau Dr. Widaninggar Wijajanti, Direktur, DEPDIKNAS, (62-21) 5731849. Kegiatan Kelompok Sebaya untuk Remaja Putus Sekolah Partisipasi aktif, kepemimpinan dan ketrampilan remaja dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan, seperti penayangan Ungkapkan Pikiranmu (Speak Your Mind) yang disponsori oleh MTV Networks Asia, Levi Strauss and Co. dan UNICEF di 12 negara Asia. Remaja Asia yang berpartisipasi dalam prakarsa Speak Your Mind menyatakan pendapat mereka dan mengembangkan sebuah Asian Youth Charter tentang impian dan tantangan yang mereka hadapi. Youth Charter tersebut diperingati pada setiap Hari Remaja Asia (1 Agustus). LSM seperti Yayasan Peduli Perempuan dan Anak, Yayasan Pelita Ilmu, Yayasan AIDS Indonesia dan Yayasan Cinta Anak Bangsa mengadakan pelatihan kepemimpinan dan pendidikan kelompok sebaya. Kegiatan ini memberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan Narkoba. Para remaja yang berpartisipasi dalam kegiatan ini pun kemudian membimbing para kelompok sebaya mereka. US$ 4.000 cukup untuk mendanai pelatihan kepemimpinan selama tiga hari untuk 50 peserta. Pelatihan tersebut mencakup pengembangan rencana-rencana kegiatan setempat. US$ 5.000 cukup untuk mendanai pelatihan dan pendidikan sebaya selama lima hari untuk 50 peserta. US$ 2.000 cukup untuk biaya penyelenggaraan forum remaja untuk 50 peserta. US$ 5.000 cukup untuk mendanai 10 peserta dalam lokakarya di daerah. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Veronica Colondam, CEO, Yayasan Cinta Anak Bangsa, Email: veronica@ycab.net atau Dr. Sarsanto, Koordinator Program, Yayasan AIDS Indonesia, Email: YAIDS@cbn.net.id Pusat Kegiatan Remaja BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah) dan International Planned Parenthood Federation, dengan dukungan UNFPA, saat ini menyelenggarakan program pencegahan HIV/AIDS yang mencakup pembangunan pusat-pusat kegiatan remaja (youth centers), untuk tempat para remaja berkumpul, berinteraksi dan berpartisipasi dalam pendidikan kelompok sebaya dan pelatihan ketrampilan. Pusat kesehatan remaja dapat pula didirikan di tempat-tempat tersebut bagi remaja yang memerlukan perawatan medis seputar kesehatan seksual dan reproduksi mereka. US$ 1.000 cukup untuk pemeliharaan 5 pusat kegiatan remaja selama satu tahun. US$ 400 cukup untuk pemeliharaan pusat kesehatan remaja selama satu tahun. Sumbangan tempat dan barang-barang untuk kegiatan, perlengkapan olah raga, obat-obatan, disain dan materi pendidikan akan sangat membantu. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Gelora Manurung, Kepala Subdit Pencegahan PMS dan HIV/AIDS, BKKBN, di: gelora_m@bkkbn.go.id Catatan: Contoh-contoh ini hanya dimaksudkan sebagai ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu.

MEDIA MASSA DAN HIV/AIDS Jangkauan yang luas Liputan media massa khususnya radio, televisi dan jenis-jenis spesifik media cetak (tabloid) adalah cara yang ampuh dan hemat untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pencegahan HIV/AIDS kepada khayalak yang beragam dan pada waktu yang ditentukan. Siaran radio mempunyai jangkauan yang luas, terutama di daerah pedesaan. Rata-rata orang mendengarkan radio selama kurang lebih 6 sampai 12 jam seminggu. Televisi pun menjangkau khalayak yang luas baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Televisi memiliki tingkat penetrasi tertinggi di daerah perkotaan (82%), dibandingkan dengan radio (42%), majalah (31%) dan surat kabar (28%). Perkembangan siaran televisi di Indonesia meningkat dengan cepat dan saat ini terdapat 11 stasiun televisi nasional. Program-progam media massa dapat memainkan peranan penting untuk menyoroti berbagai mitos mengenai HIV/ AIDS, yang sering kali menyulitkan terjadinya pengurangan perilaku berisiko tinggi. Mitos yang beredar sering kali mengatakan HIV/ AIDS bukanlah ancaman bagi Indonesia dan antibiotika dapat mencegah atau mengobati infeksi HIV. Yang diperlukan Menentukan sasaran pendengar/penonton dan mengidentifikasikan bentuk media yang mereka sukai. Hal ini membantu untuk memastikan bahwa pesan-pesan tentang HIV/AIDS dikomunikasikan dengan cara yang paling efektif. Tempat berkumpul remaja, misalnya, sekolah menengah, bioskop atau warung internet. Media Masa dan HIV/AIDS Namun, sekadar menyebarkan informasi tidaklah cukup. Kampanye media massa akan berjalan lebih efisien apabila didukung oleh program-program di tingkat lokal, yang turut menyediakan sarana pelatihan ketrampilan hidup dan kejuruan. Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat di televisi mendapatkan tarif/diskon khusus kurang lebih US$ 290 untuk 60 detik penayangan, dibandingkan dengan tarif komersial biasa senilai US$ 690. Leo Burnett Kreasindo, sebuah agen periklanan, telah melaksanakan dua kampanye HIV/AIDS berbentuk Iklan Layanan Masyarakat di berbagai media nasional di Indonesia, dengan dukungan dari AusAID, USAID dan Family Health International. Iklan layanan masyarakat di radio dan media cetak (surat kabar) juga memperoleh tarif khusus. US$ 50.000 cukup untuk biaya produksi dan penempatan siaran 30 detik dengan jumlah penayangan lebih dari 300 kali pada 3 stasiun televisi dengan jangkauan terluas di Indonesia. US$ 50.000 cukup untuk membiayai jingle radio selama 60 detik, dikombinasikan dengan spot iklan radio, sebanyak 13.000 kali siaran. US$ 10.000 cukup untuk biaya pencetakan iklan layanan masyarakat satu halaman penuh surat kabar sebanyak 37 kali. Sumbangan waktu penayangan dan keahlian pemasaran juga sangat dibutuhkan. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Dr. Djoko Suharno, Asisten Deputi untuk HIV/AIDS dan Pengawasan Narkoba, Sekretariat Komite Pusat HIV/AIDS, Email: djokoshn@cbn.net.id Promosi Penggunaan Kondom Kampanye media massa yang mempromosikan penggunaan kondom akan lebih efektif bila didukung oleh peragaan dan sarana promosi di sentra penjualan. Dengan demikian, dampak pesan-pesan yang menggalakkan penggunaan kondom untuk perlindungan terhadap HIV/AIDS akan semakin kuat. Proyek yang efektif akan menarik gagasan dan dana dari berbagai kalangan untuk menghasilkan kampanye media massa dengan dukungan dan jangkauan maksimal. Kampanye media HIV/AIDS yang dilakukan Family Health International menggabungkan keahlian teknis dari para penasehat proyek, kerja kreatif dari perusahaan periklanan, serta pembagian biaya antara Family Health International dengan perusahaan kondom (termasuk disain dan promosi bahan). US$ 20.000 cukup untuk biaya pengembangan bahan untuk tempat penjualan (poster 100.000 dan brosur 100.000), juga biaya pengiriman bahan-bahan tersebut ke 8 kota. Sumbangan bahan cetakan dan peragaan di tempat penjualan untuk disebarkan ke daerah-daerah dengan prevalensi tertinggi HIV juga sangat dibutuhkan. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Sulochana Puri, Direktur, Leo Burnett Kreasindo, Email: sulochana_puri@leoburnettkreasindo.com Catatan: Contoh-contoh ini hanya dimaksudkan untuk ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu.

PERAWATAN DAN DUKUNGAN Kepedulian terhadap orang dengan HIV/AIDS Meskipun test HIV sekarang tersedia di kota-kota besar, kebanyakan rumah sakit pedesaan dan fasilitas kesehatan daerah masih belum menyediakan jasa tersebut. Obat antiretroviral rata-rata menelan biaya US$ 1.000 per orang setiap tahun. Gaji pokok pekerja dalam satu tahun berkisar antara US$ 850 sampai US$ 1.500. Akses pada obat antiretroviral dan perawatan kesehatan yang terjangkau dapat menghasilkan rentang kehidupan yang lebih lama dan produktif, namun banyak orang dengan HIV/AIDS tidak dapat memperolehnya. Orang dengan HIV/AIDS acapkali menghadapi stigma dan diskriminasi saat mengakses jasa-jasa perawatan kesehatan. Karenanya, hak-hak asasi mereka atas perawatan kesehatan perlu dilindungi. Melibatkan orang-orang dengan HIV positif dalam penanggulangan epidemi, perlu untuk memberikan pandangan yang lebih manusiawi terhadap HIV/AIDS di masyarakat umum, selain juga sebagai advokasi efektif dalam mengatasi stigma dan diskriminasi. Prioritas nasional Memberikan perawatan dan dukungan bagi orang dengan HIV positif, mengurangi diskriminasi dan stigma, meningkatkan keterlibatan orang dengan HIV/AIDS dalam penanggulangan epidemi merupakan prioritas pemerintah, donor dan LSM, serta kelompok-kelompok pendukung orang HIV positif. Program Bimbingan dan Pemeriksaan Darah Sebuah kelompok kerja Departemen Kesehatan sedang mengembangkan pedoman pelaksanaan dan bimbingan untuk program terkait. Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Yayasan Mitra Indonesia juga bergerak dalam pelatihan para pembimbing, menyediakan layanan bimbingan langsung dan melalui pelayanan bimbingan lewat telepon (hotline). Departemen Sosial pun mengembangkan program-program HIV/AIDS untuk kelompok risiko tinggi seperti tunawisma, pekerja seks dan bekas narapidana. Program bimbingan dan fasilitas pemeriksaan darah masih banyak diperlukan terutama di pusat-pusat kegiatan masyarakat. Mereka yang mungkin terinfeksi HIV akan tergerak untuk menyetujui pemeriksaan darah apabila mereka melihat manfaat dari mengetahui status HIV mereka, seperti akses pada perawatan yang terjangkau. US$ 1.000 cukup untuk menyediakan fasilitas kecil serta karyawan yang mampu mengambil contoh darah dan mengirimkannya untuk pemeriksaan darah, juga bimbingan sebelum dan sesudah tes untuk 100 orang. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Marcel Latuihamollo, Counselling & Hotline Manager, Yayasan Mitra Indonesia, Email: ymijak@yahoo.com Perawatan dan Dukungan Pelatihan dan pengembangan keterampilan Yayasan Spiritia, dengan dukungan dari AusAID dan Ford Foundation, menyediakan pelatihan dan dukungan kelompok sebaya bagi orang dengan HIV (Odha) beserta keluarga mereka, termasuk informasi HIV/AIDS dan bagaimana hidup dengan HIV/AIDS. Pelatihan pengembangan ketrampilan, termasuk berbicara di depan umum dan advokasi dan bimbingan yang mewadahi keterlibatan aktif para odha dalam penanggulangan epidemi. US$ 5.000 cukup untuk penyediaan buku petunjuk dasar tentang hidup dengan AIDS bagi 5.000 orang positif HIV dan bagi para perawat mereka. US$ 5.000 cukup untuk meningkatkan keterampilan 12 orang HIV positif, termasuk berbicara di depan umum, advokasi, pendirian kelompok pendukung, serta bimbingan. Sumbangan fasilitas/keahlian pelatihan, serta disain dan produksi material akan sangat membantu. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Daniel Marguari, Program Koordinator, Yayasan Spiritia, Email: yayasan_spiritia@yahoo.com Kepedulian dan dukungan masyarakat memperpanjang usia orang HIV positif Odha membutuhkan dukungan sosial, ekonomi, emosional dan spiritual yang berkelanjutan. Keluarga merekapun membutuhkan pelatihan, bimbingan dan dukungan. LSM seperti Yayasan Sosial Agustinus, Yayasan Pelita Ilmu dan Bali Plus menyediakan perawatan di rumah bagi Odha dan keluarga mereka, termasuk paket perawatan-kesehatan dasar dan suplemen makanan. Tidak semua Odha memerlukan terapi antiretroviral, namun pengobatan infeksi yang berkaitan HIV/AIDS akan memperpanjang umur mereka. US$ 1.000 cukup untuk menyediakan terapi antiretroviral, termasuk obat dan pemantauan, untuk satu orang selama satu tahun (harga tergantung dari sumber asal obat). US$ 15.000 cukup untuk biaya pelatihan perawatan di rumah untuk 50 orang pemeduli. Sekitar US$ 1.000 dapat mencakup pengobatan bagi satu orang HIV positif per tahun (harga obat untuk pencegahan dan pengobatan untuk infeksi bervariasi). Keterangan lebih lanjut, hubungi: Retno Windarti, Program Koordinator, Yayasan Pelita Ilmu, Email:ypilmu@rad.net.id Catatan: Contoh ini hanyalah untuk ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atau proyek atau organisasi tertentu.

KELOMPOK RISIKO TINGGI Kelompok berisiko Pengguna napza suntik, pekerja seks dan pelanggan mereka, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, narapidana, pelaut dan pekerja di sektor transportasi lebih berisiko terkena infeksi HIV. Mobilitasi dan migrasi pun berperan dalam meningkatnya penularan HIV. Banyak kelompok risiko tinggi tidak dapat mengakses pelayanan utama HIV/AIDS, karenanya program penjangkauan dan jaringan kelompok sebaya (peer network) harus dapat membawa kelompok ini ke tempat-tempat pelayanan tersebut. Pemerintah dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), dengan dukungan donor internasional, saat ini aktif mengembangkan kebijakan HIV/AIDS dan program-program lokal. Sumbangan berupa pelatihan manajemen organisasi, termasuk perencanaan strategis dan pendanaan program, dapat membantu KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) di tingkat provinsi dan daerah, serta berbagai LSM terkait dalam melaksanakan tugas mereka. Mendidik pekerja seks dan pelanggan mereka Penjajaan seks tersebar luas, namun bersifat tertutup. Keterbatasan pendidikan dan peluang untuk kehidupan yang layak bagi perempuan memaksa mereka menjadi pekerja seks dan menyulitkan mereka, meskipun bukan mustahil, menegosiasikan perilaku seks yang aman. Departemen Sosial dan berbagai LSM, seperti Yayasan Abdi Asih, Yayasan Kerti Praja dan Yayasan Kusuma Buana, menyelenggarakan kegiatan pencegahan penularan HIV bagi para pekerja seks dan pelanggan mereka. Departemen Kesehatan bersama WHO mempromosikan konsep penggunaan kondom 100% di lokalisasi dan kawasan hiburan. US$ 50.000 cukup untuk biaya operasional pusat kegiatan masyarakat di kawasan hiburan. Juga dapat menyediakan bimbingan, tindaklanjut klinis, pemantauan dan advokasi untuk penggunaan kondom 100% selama satu tahun. US$ 47.000 cukup untuk program pendidikan sebaya selama setahun untuk 1.000 orang pekerja pelabuhan dan pelaut. US$ 59.000 cukup untuk membiayai pendidikan kelompok sebaya, hotline service, bimbingan dan pengujian darah sukarela, perawatan pengobatan untuk penularan bagi laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Liliek Sulistyowati, Direktur Yayasan Abdi Asih, Emal: abdiasih@sby.centrin.net.id, Yayasan Kusuma Buana, Email: ykb_jkt@indola.net.id atau Melania Hidayat, Programme Officer, UNFPA, Email: mhidayat.unfpa@un.or.id Menjangkau pengguna napza suntik Organisasi seperti Puskesmas Kampung Bali, Universitas Atmajaya dan Universitas Indonesia mendukung program penjangkauan bagi pengguna napza suntik di Jakarta. Dengan perkiraan pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3 sampai 4 juta orang, program pencegahan merupakan prioritas tertinggi. Program pencegahan HIV mencakup rehabilitasi, pendidikan, akses pada jarum suntik bersih, kondom, bimbingan dan pemeriksaan darah sukarela serta dukungan sosial. US$ 500 cukup untuk perawatan seorang pengguna napza suntik yang ingin berhenti tetapi tidak memiliki sumber daya untuk melakukannya. Sumbangan penyediaan jarum suntik, kondom, air bersih, alkohol, serta penampungan limbah berbahaya akan sangat berguna. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Ignatious Praptoraharjo, Koordinator Pengguna Napza Suntik, Family Health International, Email: gambit@fhi.or.id. Program pencegahan HIV untuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 1,2 juta tenaga kerja di luar negeri. Program pra-keberangkatan yang mencakup pencegahan HIV, diberikan oleh perusahaan pemasok TKI. Yayasan Pelita Ilmu juga mengadakan program serupa bekerjasama dengan perusahaan pemasok TKI baik formal dan non-formal. Pelatihan meliputi informasi tentang HIV/AIDS dan penularan infeksi secara seksual, maupun informasi penting mengenai pencegahan HIV. US$ 500 cukup untuk program setengah hari pra-keberangkatan untuk lebih kurang 400 perempuan. US$ 90 dapat membiayai 500 eksemplar majalah pekerja migran. Sumbangan dalam bentuk disain, cetakan, penyebaran bahan_bahan pendidikan dan transportasi akan berguna. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Jane Wilson, Country Programme Adviser, UNAIDS, Email: jwilson.unaids@undp.org. Kelompok Risiko Tinggi Program HIV/AIDS di tempat kerja HIV/AIDS adalah suatu masalah baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, terutama bagi perusahaan yang berurusan dengan penduduk yang berpindah dan bergerak di sektor angkutan, minyak bumi, pertambangan dan manufaktur. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menerbitkan Kaidah ILO tentang HIV/AIDS dan Dunia Kerja (Code of Practice on HIV/AIDS and the World of Work), sementara Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) bersama_sama ILO tengah menyusun Kaidah Kerja (Code of Practice) untuk Indonesia. Yayasan Kusuma Buana telah merintis upaya pencegahan HIV/ AIDS di tempat kerja sejak tahun 1993 dan bersama-sama dengan APINDO dan UNAIDS telah memberikan penghargaan Perusahaan Peduli AIDS sejak tahun 1997. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Tauvik Muhamad, Koordinator ILO_HIV/AIDS, Email: tauvik@ilojkt.or.id Yayasan Kusuma Buana, Email: ykb_jkt@indola.net.id atau Komite Kemanusiaan Indonesia, Email: KKI@centrin.net.id Catatan: Contoh ini hanya untuk ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu.

KONDOM Meningkatkan Penggunaan Kondom Penggunaan kondom, sama sekali tidak berhubungan seks, monogami, penundaan hubungan seksual dan setia terhadap pasangan, merupakan kunci untuk mencegah HIV/ AIDS dan penularan infeksi secara seksual. Tanpa tersedianya kondom, kemungkinan strategi pencegahan lain, seperti pendidikan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, akan sulit dilaksanakan. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, pemasaran kondom di Indonesia terbilang rendah. Kebanyakan orang tidak merasa berisiko terinfeksi HIV. Maka, sosialisasi penggunaan kondom secara luas diperlukan untuk mencegah peningkatan HIV dan penularan infeksi secara seksual. Kondom tersedia dengan harga terjangkau, namun memiliki label negatif di masyarakat. Yang dapat kita lakukan Pemasaran sosial merupakan strategi utama untuk menggalakkan penggunaan kondom. Melalui strategi pendidikan dan pemasaran komersial, pemasaran sosial mendorong orang untuk membeli dan menggunakan kondom. Untuk mencapai lingkungan yang lebih luas, khususnya remaja, penyebaran kondom dalam kemasan menarik dengan harga terjangkau dapat memberikan hasil yang lebih efektif. Pekerja seks membutuhkan ketrampilanuntuk membujuk pelanggan agar bersedia melakukan hubungan seks dengan kondom. Penjangkauan kalangan remaja berperilaku risiko tinggi dan penyediaan kondom untuk mereka. Pemberdayaan perempuan dan remaja putri sebagai upaya penanggulangan HIV/AIDS dan penularan infeksi lainnya secara seksual. Penyediaan kondom melalui pemasaran sosial Program Pemasaran Sosial DKT secara efektif menyebarkan 150 juta kondom antara tahun 1997 sampai 2002, dan program ini terus berlanjut untuk memastikan kondom dapat diakses dengan mudah. Kondom dijual melalui tempat penjualan tradisional, seperti toko obat, apotik dan pasar swalayan menggunakan distributor komersial. Selanjutnya, bahan-bahan pendidikan dan kondom disebarkan melalui tempat penjualan non-tradisional seperti kawasan-kawasan lampu merah, bar-bar karaoke dan panti-panti pijat. Keterlibatan LSM dalam pemasaran sosial digalakkan dengan melibatkan Dana Kondom, 10 gross pertama dibagikan secara gratis, selanjutnya pasokan kondom berikut diberikan dengan harga khusus bagi berbagai LSM terkait. Kelompok distribusi produk perlu menjalin hubungan dengan berbagai LSM tersebut, termasuk memberikan insentif untuk meningkatkan penjualan kondom mereka. US$ 350.000 cukup untuk penyebaran tambahan 7 juta kondom di 5 kota. US$ 40.000 cukup untuk mendanai disain produksi dan penyebaran 100.000 buku komik negosiasi kondom untuk pekerja seks. Sumbangan berbentuk pasokan kondom, disain dan pencetakan bahan-bahan pendidikan akan berguna. Penyebaran kondom ke kawasan terpencil untuk perusahaan dengan jumlah karyawan yang besar juga dibutuhkan. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Christopher Purdy, Direktur DKT untuk Indonesia, Email: chrisp@rad.net.id Meningkatkan pengguanaan kondom Metode yang efektif dikembangkan dan disesuaikan dengan tipe kelompok sasaran. Paket-paket informasi dan pendidikan mengenai seks yang aman dan berisikan kondom disebarluaskan diantara kelompok berisiko tinggi sebagai bagian dari kegiatan LSM seperti Gaya Nusantara, Yayasan Priangan, Yayasan Srikandi Sejati, Yayasan Kusuma Buana, Ikatan Waria dan Gaya Siak. Penyediaan paket tersebut di tempat-tempat seperti panti pijat berhasil meningkatkan penggunaan kondom dan penurunan penularan infeksi secara seksual serta HIV/AIDS. Kondom US$ 10.000 cukup untuk pelatihan dan pendidikan terkait dengan kondom bagi kelompok_kelompok berisiko tinggi, seperti pengemudi truk dan pekerja seks (laki-laki dan perempuan). Harga satu paket informasi dan pendidikan tentang seks yang aman adalah US$ 1.50, maka US$ 2000 cukup untuk sekitar 1300 paket. Sumbangan berbentuk papan reklame, distribusi kondom, disain dan pencetakan bahan pendidikan juga sangat dibutuhkan. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Steve Wignall, Country Director, Family Health International, Email: swignall@fhi.or.id Catatan: Contoh-contoh ini hanya untuk ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu.

PENCEGAHAN PENULARAN DARI IBU KE ANAK Terbatasnya kesempatan bimbingan bagi perupuan Terbatasnya fasilitas untuk pengujian darah dan bimbingan mengakibatkan banyak perempuan hamil yang tidak mengetahui apakah mereka terinfeksi HIV. Selain itu, banyak perempuan yang tidak mampu membayar pelayanan perawatan kesehatan. Meskipun jumlah perempuan dan bayi yang diketahui terinfeksi HIV termasuk sedikit, tingkat infeksi yang cukup besar ditemukan dalam kelompok-kelompok risiko tinggi infeksi. Bila terinfeksi, perempuan menanggung beban stigma dan diskriminasi. Laiknya di negara-negara berkembang, kondisi budaya di Indonesia menempatkan perempuan pada status lebih rendah dalam keluarga. Prioritas nasional Strategi Nasional Penaggulangan HIV/AIDS di Departemen Kesehatan menegaskan bahwa akses untuk pemeriksaan darah dan bimbingan merupakan prioritas, bahwa perempuan hamil yang terinfeksi HIV harus mendapat pengobatan antiretroviral (AZT atau Nevirapine) untuk mengurangi risiko bayi terinfeksi HIV. Program-program pencegahan penularan ibu-anak Program pencegahan bagi perempuan hamil yang positif HIV di Indonesia seharusnya merupakan bagian integral dari program kesehatan reproduksi dan ibu. Pencegahan HIV bagi kelahiran baru memerlukan kesinambungan perawatan untuk ibu dan anak, sejak periode sebelum kehamilan sampai sesudah melahirkan. Proyek pencegahan penularan ibu-anak, diselenggarakan oleh Yayasan Pelita Ilmu sejak 1999. Program ini memberikan bimbingan kepada perempuan hamil dan positif HIV mengenai profilaxis dan perawatan anak, termasuk pilihan untuk menyusui. Para peserta perempuan menerima profilaxis, pemantauan berkala menjelang kelahiran dan kelahiran yang terawasi. US$ 1.200 cukup untuk pengobatan anti-retroviral bagi seorang ibu yang terinfeksi HIV, juga lanjutan perawatan kesehatan bagi ibu dan bayi yang baru lahir selama satu tahun (tergantung dari obat anti-retroviral) Perawatan dan dukungan bagi keluarga yang terkena dampak HIV Departemen Kesehatan, dengan dukungan WHO dan organisasi LSM seperti Yayasan Pelita Ilmu, menjamin perawatan dan dukungan bagi keluarga yang terkena dampak HIV. Perawatan lanjutan dan dukungan mencakup bimbingan bagi keluarga dan masyarakat. Dukungan diberikan bagi para ibu dan anak yang positif HIV selama dua tahun pertama, yang terdiri dari pemantauan atas perawatan layak, termasuk makanan diet, dan kebersihan. Menjamin kesehatan ibu berarti anak-anak lain di dalam keluarga akan terus memperoleh perawatan dan dukungan. US$ 5000 cukup untuk melatih 25 relawan atau pekerja perawatan kesehatan, sehingga mereka nantinya dapat memberikan bimbingan dan dukungan bagi keluarga-keluarga yang terkena dampak HIV. Penggunaan pusat-pusat perawatan kesehatan yang ada dan relawan-relawan masyarakat penting dalam melaksanakan strategi tersebut. Sumbangan berbentuk bahan-bahan pendidikan dan penyediaan fasilitas pelatihan akan membantu pekerja perawatan kesehatan melaksanakan program-programnya. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Dr. Amaya Maw Naing, Medical Officer WHO, Email: amaya@who.or.id atau Dr. Fonny Silvanus, Subdit AIDS, Departemen Kesehatan, Email: fonnyjs@centrin.net.id Peningkatan pencegahan penularan dari ibu ke anak Yayasan Pelita Ilmu menyediakan bahan cetak mudah-pakai sehingga pekerja kesehatan dapat mendidik perempuan hamil positif HIV serta keluarga mereka saat mendatangi klinik kesehatan setempat untuk perawatan setelah kelahiran. US$ 600 cukup untuk membiayai 10 pelatihan pendidikan yang akan mencapai lebih dari 400 perempuan. US$ 600 cukup untuk membiayai 1.000 lembar selebaran atau poster. Sumbangan dalam bentuk perlengkapan audio-visual, disain dan pencetakan bahan pendidikan maupun angkutan akan membantu organisasi LSM dalam menjalankan program-program mereka untuk masyarakat. Keterangan lebih lanjut, hubungi: Kustin Kharbiati, Koordinator Proyek, Yayasan Pelita Ilmu, Email: ypilmu@rad.net.id Catatan: Contoh ini hanya untuk ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu. Pencegahan Penularan Dari Ibu ke Anak