IDENTIFIKASI PENYEBAB ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

NEONATUS BERESIKO TINGGI

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUKU REGISTER PARTUS DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K.

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BUKU REGISTER PARTUS DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram,

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS. Tim Penyusun

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

Transkripsi:

IDENTIFIKASI PENYEBAB ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015-2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari Disusun Oleh : BRIGITA OKTARINA NIM. P00324014047 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII 2017

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama : Brigita Oktarina 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kendari, 27 Maret 1996 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia 6. Alamat : Ds. Puuwonua Kec. Lalonggasumeeto B. Pendidikan 1. SDN Rapambinupaka Tamat Tahun 2008 2. MTSN Soropia Tamat Tahun 2011 3. SMAN 7 Kendari Tamat Tahun 2014 4. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan Tahun 2014 Sampai Sekarang

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Program Studi Judul KTI : Brigita Oktarina : P00324014047 : Diploma III Jurusan Kebidanan : Identifikasi Penyebab Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2016 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Kendari, Juli 2017 Yang membuat pernyataan, Brigita Oktarina NIM P00324014047

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia yang diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Identifikasi Penyebab Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2016 dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini melewati perjalanan panjang, penulis mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Askrening, SKM, M. Kes selaku pembimbing I dan Ibu Hj. Syahrianti, S. Si. T, M. Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak, baik lembaga maupun pribadi sebagai berikut : 1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari. 2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari. 3. Ibu Sultina Sarita, SKM, M. Kes, Ibu Hendra Yulita, SKM, MPH, dan Ibu Yustiari, SST, M. Keb selaku penguji Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Prodi D III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari. 5. Teristimewa kepada Ayahanda Muh. Syahid dan Ibunda Nurman serta saudara-saudariku tersayang Pandi Pranata dan Jovitha Maulidya yang memberikan dukungan moril dan materiil. 6. Terkhusus sahabat-sahabatku Ririn, Risky, Mirda, Yani, Indah, Deandra, Arni, Wiwik, Hanny, dan Kiki yang senantiasa memberi doa, dukungan, dan persahabatan terindah serta senantiasa menemani dalam suka dan duka kepada penulis. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Amin. Kendari, Juli 2017 Penulis

ABSTRAK Identifikasi Penyebab Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2016 Brigita Oktarina 1, Askrening 2, Hj. Syahrianti 2 Latar Belakang : Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur. Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5%. Insidensi asfiksia pada bayi baru lahir di Indonesia kurang lebih 40/1000 lahir hidup. Tujuan : Untuk mengidentifikasi penyebab asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Kota Kendari tahun 2015-2016. Metode Penelitian : Penelitian dekskriptif dengan sampel penelitian adalah bayi-bayi yang mengalami asfiksia tahun 2015-2016 berdasarkan data register di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara berjumlah 119 bayi. Kesimpulan : Penyebab asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Kota Kendari tahun 2015-2016 masa gestasi ibu yang berisiko (<37 minggu dan >42 minggu) sebanyak 65 kasus (54,6%), lama persalinan ibu yang berisiko ( > 18 jam multipara dan > 24 jam primipara) sebanyak 69 kasus (58%), kelainan letak yang berisiko sebanyak 64 kasus (53,8%), dan berat lahir tidak berisiko (2500-4000 gram) sebanyak 89 kasus (74,8%). Saran : Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Kata Kunci : Asfiksia Daftar Pustaka : 26 (1999-2016) 1. Mahasiswi DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari 2. Dosen Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka... 6 B. Landasan Teori... 30 C. Kerangka Konsep... 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33 C. Populasi dan Sampel... 33 D. Variabel Penelitian... 34 E. Definisi Operasional... 34 F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 36 G. Pengolahan Data... 37 H. Penyajian Data... 37 I. Analisa Data... 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD Kota Kendari... 39 B. Hasil Penelitian... 43 C. Pembahasan... 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 54 B. Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Scoring APGAR Bayi Baru Lahir... 16 Tabel 2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017... 42 Tabel 3. Distribusi Asfiksia Berdasarkan Masa Gestasi... 43 Tabel 4. Distribusi Asfiksia Berdasarkan Lama Persalinan... 44 Tabel 5. Distribusi Asfiksia Berdasarkan Kelainan Letak... 44 Tabel 6. Distribusi Asfiksia Berdasarkan Berat Lahir... 45

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Manajemen Bayi Baru Lahir menurut APN... 11 Gambar 2.2 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir... 24 Gambar 2.3 Kerangka Konsep... 32

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian Lampiran 2 Master Tabel Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Pelindung Masyarakat Kota Kendari Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur (Asri, 2010). Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011). Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5%. Indisiden asfiksia pada menit pertama 47/1000 lahir hidup dan pada 5 menit 15,7/1000 lahir hidup untuk semua neonatus. Insidensi asfiksia pada bayi baru lahir di Indonesia kurang lebih 40/1000 lahir hidup (Gilang, 2011). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerjasama antara tenaga kesehatan (Depkes, 2014). Faktor yang menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir antara lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta, dan faktor persalinan. Faktor keadaan ibu meliputi hipertensi pada kehamilan (preeklamsia dan eklamsi) (24%), perdarahan antepartum (plasenta previa

dan solusio plasenta) (28%), anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) berkisar kurang dari 10%, infeksi berat (11%), dan kehamilan postdate. Faktor keadaan bayi meliputi prematuritas (15%), BBLR (20%), kelainan kongenital (1-3%), ketuban bercampur mekonium. Faktor plasenta meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Faktor neonatus meliputi depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetika yang diberikan pada ibu, dan trauma persalinan misalnya perdarahan intrakranial (2-7%). Faktor persalinan meliputi partus lama atau macet (2,8-4,9%), persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep) (3-4%) dan Ketuban Pecah Dini (KPD) (10-12%). Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Salah satu dampak dari asfiksia adalah penurunan kualitas hidup dengan berkurangnya suplai O2 ke organ otak. Bila terjadi pada bayi maka dapat mengganggu tumbuh kembang otak yang kemudian dapat mempengaruhi intelegensi bayi (Mochtar, 2010). Data yang diperoleh dari RSUD Kota Kendari tahun 2013 jumlah asfiksia sebanyak 281 bayi (29,11%) dari 965 persalinan normal, tahun 2014 jumlah asfiksia sebanyak 116 (8,22%) bayi dari 1410 persalinan normal, tahun 2015 jumlah asfiksia sebanyak 85 bayi (10,45%) dari 813 persalinan normal, dan tahun 2016 jumlah asfiksia sebanyak 34 bayi (6,37%) dari 533 persalinan normal. Asfiksia berkontribusi terhadap risiko morbiditas dan mortalitas sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian Identifikasi Penyebab Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2017 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah Apakah penyebab asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penyebab asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui asfiksia bayi baru lahir berdasarkan masa gestasi di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016. b. Untuk mengetahui asfiksia bayi baru lahir berdasarkan lama persalinan di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016. c. Untuk mengetahui asfiksia bayi baru lahir berdasarkan kelainan letak di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016. d. Untuk mengetahui asfiksia bayi baru lahir berdasarkan berat lahir di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan informasi dan gambaran tentang kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Kota Kendari sehingga dapat digunakan dalam perencanaan program kesehatan ibu dan anak untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) khususnya di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. 2. Bagi Tempat Penelitian Dapat menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan guna mendorong penurunan angka kejadian asfiksia. 3. Bagi Peneliti Sebagai aplikasi antara ilmu yang didapat di intitusi dengan kondisi kenyataan di lapangan serta untuk menambah wawasan, pola pikir, pengalaman, dan meningkatkan pengetahuan tentang kejadian asfiksia. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh beberapa orang peneliti diantaranya : 1. Yulistyaningrum, Dwi Indah (2012) Gambaran Perilaku Bidan dan Perawat dalam Penanganan Asfiksia Ringan dan Sedang pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo. Desain yang digunakan adalah metode dekskriptif. Populasi penelitian ini adalah

seluruh bidan dan perawat yang menangani bayi asfiksia ringan dan sedang pada tanggal 15 Mei-18 Juni 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. 2. Lumatauw, Sutriani (2014) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Penanganan Asfiksia Berat pada Bayi Baru Lahir di Ruang NICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan metode survey analitik.. Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang menangani bayi dengan asfiksia berat pada bulan Desember 2013-Januari 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling 3. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak dari judul, sampel, tempat, dan waktu penelitian. Jumlah variabel yang digunakan adalah 4 variabel yang mengacu pada factor-faktor yang mempengaruhi asfiksia dengan menggunakan desain penelitian dekskriptif dan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan tentang Bayi Baru Lahir a. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2009). Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Kesimpulannya adalah bayi baru lahir merupakan bayi lahir yang dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. b. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir Bidan harus mengetahui kebutuhan tradisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser, 2009): 1) Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong

kontak kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering. 2) Membersihkan jalan nafas. 3) Memotong tali pusat. 4) Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama maupun kartu identitas. 5) Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai apgar. c. Asuhan Bayi Baru Lahir Menurut Saifuddin (2010) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C. 2) Pemeriksaaan fisik bayi. 3) Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 1 mg I.M. 4) Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang. 5) Lakukan perawatan tali pusat. 6) Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan imunisasi. 7) Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu meningkat, dll.

8) Mengajarkan orang tua cara merawat bayi. d. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir menurut APN (2008): 1) Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi. 2) Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit. 3) Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan. 4) Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun. e. Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir Normal Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (Hidayat, 2010): 1) Cegah kehilangan panas berlebihan. 2) Bebaskan jalan nafas. 3) Rangsangan taktil. 4) Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama).

f. Cara Kehilangan Panas Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Menurut Yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir sebagai berikut: 1) Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui cara penguapan oleh karena temperatur lingkungan lebih rendah dari pada temperatur tubuh (bayi dalam keadaan basah). 2) Konduksi yaitu proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah. 3) Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi udara terhadap lingkungan. 4) Radiasi yaitu proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakan dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh. g. Cara Mencegah Terjadinya Kehilangan Panas Menurut APN (2008) untuk mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. 2) Letakkan bayi agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi. 3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi. 4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. h. Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut Wiknjosastro (2012) menyebutkan bahwa penanganan bayi baru lahir seperti dibawah ini:

1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi. 2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin. 3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama. 4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem. 5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala. 6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

i. Manajemen Bayi Baru Lahir Persiapan Penilaian: 1. Apakah bayi cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? 3. Apakah bayi menangis atau bernafas? 4. Apakah tonus otot bayi baik? Bayi cukup bulan, ketuban jernih, menangis atau bernafas, tonus otot baik Bayi tidak cukup bulan, dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap - megap dan atau tonus otot tidak baik Air ketuban bercampur mekonium A Manajemen bayi ba ru lahir normal B Manajemen Asfiksia bayi baru lahir C Manajemen air ketuban bercampur mekonium Gambar 2.1 Manajemen Bayi Baru Lahir menurut APN (2008)

2. Tinjauan tentang Asfiksia a. Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur (Asri, 2010). Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011). Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan setelah lahir. b. Etiologi Asfiksia Bayi Baru Lahir Secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. kegagalan pernafasan pada bayi bisa disebabkan karena terjadi hipoksia, solusio plasenta, prematur, tali pusat menumbung, partus lama, dll (Kristiyanasari, 2009). c. Patofisiologi Bayi baru lahir mempunyai karakteristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukan perubahan sebagai berikut, alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi

mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan meningkatkan aliran darah setelah lahir. Aliran intrakardinal dan ekstrakardinal mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir, dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas (Sholeh, 2008). Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan dan persalinan akan

terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia akan dimulai dengan suatu periode apnu (primari apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode apnu kedua. Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkantumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan tingkat kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya metabolik asidosis menyebabkan penurunan sel jarinan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung dan

pengisian udara alveolus yang kurang adekuat dan menyebabkan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi kematian (Maryunani, 2009). d. Klasifikasi Klinis Menurut Kristiyanasari (2009) Asfiksia dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi di bawah ini : 1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0 3). 2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 6). 3) Asfiksia ringan(nilai APGAR 7 10).

Tabel 1 Scoring APGAR Bayi Baru Lahir Tanda Angka 0 Angka 1 Angka 2 Frekuensi denyut jantung Upaya respirasi Tonus otot Reflek terhadap rangsangan respon ketika kateter dimasukan dalam lubang hidung Warna (Sumber Oxorn, 2010) Tidak ada Tidak ada Lumpuh Tidak ada respon Biru-putih Dibawah 100 Lambat, tidak teratur Fleksi ekstremitas menyeringai Badan merah muda: ektremitas biru Diatas 100 Baik, menangis kuat Gerak aktif Batuk atau bersin Seluruh tubuh berwarna merah muda e. Manifestasi Klinik Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini (Maryunani, 2009): 1) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur. 2) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala. 3) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain. 4) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.

5) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak. 6) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah, kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan. 7) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paruparu atau nafas tidak teratur atau megap-megap. 8) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen dalam darah. 9) Pucat. f. Penegakan Diagnosis Asfiksia 1) Anamnesis Dalam wawancara dengan penderita (ibu), bidan menanyakan atau mengkaji (Maryunani, 2009): a) Adanya riwayat usia kehamilan kurang bulan b) Adanya riwayat air ketuban bercampur mekonium c) Adanya riwayat lahir tidak bernafas atau menangis d) Adanya riwayat gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang, ekstrasi vakum, ekstrasi forsep, dll). 2) Pemeriksaan fisik Pada saat pemeriksaan fisik bayi ditemukan: a) Bayi tidak bernafas atau megap megap b) Denyut jantung kurang dari 100 x/menit

c) Kulit sianosis, pucat d) Tonus otot menurun g. Penatalaksanaan Asfiksia Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus atau bayi. Semua bayi dengan depresi pernafasan harus mendapat resusitasi yang adekuat. Bila bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum, maka tindakan medis kelanjutan yang komprehensif. Tindakan resusitasi neonatorum akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya penatalaksanaan terhadap asfiksia neonatorum (Maryunani, 2009): 1) Asfiksia berat Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul, lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 100 kali per menit. 2) Asfiksia sedang atau ringan Pasang relkik pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30 60 detik. Bila gagal, lakukan pernafasan kodok (frog breating) 1 2 menit yaitu: kepala bayi ekstensi maksimal beri O2 1 2 liter permenit melalui kateter dalam hidung, buka

tutup mulut dan hidung serta gerakan dagu keatas bawah secara teratur 20 kali permenit. 3) Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan / lambung tanpa disertai rasa mual ataupun kontraksi otot perut yang sangat kuat). h. Penanganan Asfiksia pada BBL (Resusitasi) Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir menurut Wiknjosastro (2012), Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi: A : Memastikan saluran nafas terbuka 1) Meletakan kepala dalam posisi defleksi : bahu diganjal. 2) Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea. 3) Bila perlu masukan pipa endotrakeal (pipa ET) untuk memastikan saluran nafas terbuka. B : Memulai pernafasan 1) Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan. 2) Memakai VTP, bila perlu seperti: a) Sungkup dan balon. b) Pipa ET dan balon. c) Mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). C : Mempertahankan sirkulasi darah Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada dan pengobatan. Persiapan yang harus dilakukan

pada saat resusitasi yaitu persiapan keluarga, persiapan tempat resusitasi, persiapan alat resusitasi, persiapan diri. Menilai bayi yang perlu diresusitasi dengan cara Bila bayi belum lahir air ketuban bercampur mekonium, Setelah bayi lahir, nilai 3 tanda utama yaitu pernafasan, frekuensi jantung, dan warna kulit (Hidayat, 2010). Tindakan resusitasi menurut Hidayat (2010), Penilaian awal dari lahirnya bayi kemudian bayi bersih dari mekonium, bayi bernafas atau menagis, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, cukup bulan. Langkah awal yang harus dilakukan yaitu hangatkan bayi, atur posisi, isap lendir, keringkan dan rangsang taktil, atur kembali posisi, lakukan penilaian. Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan jumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untul membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah: a) Pasang sungkup. b) Ventilasi 2 kali (tekanan 30 APN, 40 resusitasi). c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik. d) Setiap 30 detk ventilasi, lakukan penilaian. e) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal setelah 2 menit. f) Ventilasi dihentikan setelah 20 menit (bila tidak berhasil).

Resusitasi berhasil lakukan asuhan paska resusitasi selama 2 jam a) Letakan bayi di dada ibu, selimuti keduannya. b) Susui bayi sambil dibelai. c) Lakukan asuhan neonatal normal dengan cara beri vitamin K1 mg/hari selama 3 hari (1 tab 5 mg), beri salep / tetes mata. Tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi: a) Tarikan dinding dada dalam, nafas megapp-megap frekuensi < 30 kali / > 60 kali/menit. b) Pantau bayi berwarna pucat, biru, lemas. c) Jaga bayi tetap hangat dan kering. d) Tunda memandikan sampai dengan 6 24 jam. e) Kondisi memburuk rujuk. Rujuk bayi bila ada tanda (setelah resusitasi): a) Frekuensi nafas < 30 kali / > 60 kali / menit. b) Ada tarikan dinding dada. c) Merintih, nafas megap-megap, nafas bunyi saat ekspirasi dan inspirasi. d) Tubuh pucat atau kebiruan. e) Bayi lemas. Jika rujuk catat : a) Nama ibu, alamat, tanggal dan waktu bayi baru lahir.

b) Kondisi bayi seperti gawat janin sebelumnya, air ketuban mekonium, tangisan bayi, waktu memulai resusitasi, langkah resusitasi yang dilakukan, hasil resusitasi. i. Terapi Medikamentosa Terapi yang dilakukan pada bayi yang mengalami asfiksia sebagai berikut: 1) Epinefrin Indikasi : a) Denyut jantung bayi < 60 kali/metit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respon. b) Asistolik. Dosis: 0,1 0,3 ml/kg dalam larutan 1:10.000. Cara: IV atau Endotrakeal. Dapat diulang setiap 3 5 menit bila perlu. 2) Cairan pengganti volume darah Indikasi : a) BBL yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. b) Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/ lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan:

Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) Tranfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia. Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5 10 menit. Dapat diulang sampai menunjukan repon klinis. 3) Natrium bikarbonat Indikasi: Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan dalam, sianosis) Prasyarat: bayi dapat dilakukan ventilasi dengan efektif Dosis: 1 2 meq/kg BB atau 2 4 ml/kg BB (4,2%) atau 1 2 ml/kg BB (7,4%) Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping: pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Bayi Lahir Asuhan Bayi Normal Langkah Awal: 1. Jaga bayi tetap hangat 2. Atur posisi bayi 3. Isap lendir 4. Keringkan dan rangsang taktil 5. R eposisi Nilai nafas Bayi bernafas normal Asuhan paska resusitasi 1. Pemantauan 2. Pencegahan hipotermi 3. Inisiasi menyusu dini 4. Pemberian vitamin K 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik 7. Pencatatan & pelaporan Bayi mulai bernafas 1. Konseling 2. Lanjutkan resusitasi 3. Pemantauan 4. Pencegahan hipotermi 5. Pemberian vit K 6. Pencegahan infeksi 7. Pencatatan & pelaporan Bila rujuk Bayi tidak bernafas / bernafas megap - megap: Ventilasi 1. Pasang sungkup 2. Ventilasi 2X dengan tekanan 30 cm air 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 X dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik Nilai nafas Bayi tidak bernafas / bernafas megap - megap: 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20X selama 30 detik 2. Hentikan ventilasi &nilai kembali nafas tiap 30 detik 3. Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan Bila tidak mau dirujuk & tidak berhasil: 1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling 3. Pencatatan & pelaporan Gambar 2.2 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir

3. Tinjauan tentang Faktor Risiko terjadinya Asfiksia pada Bayi Baru Lahir a. Faktor Ibu Faktor-faktor risiko tinggi pada ibu yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir antara lain : 1) Primi tua Primi tua adalah kehamilan pertama pada wanita dengan usia > 30 tahun. Pada wanita tua ada kecenderungan besar untuk terjadi pre-eklamsi dan hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dan persalinan terlalu dini. 2) Riwayat obstetri jelek Wanita dengan ostetri jelek adalah wanita yang pada kehamilan sebelumnya berdampak jelek, seperti : aborsi, lahir mati, kematian neonatal dini, dan bayi abnormal. Perlu diketahui informasi tentang kehamilan sebelumnya dan penyebab kematian bayi. Faktor-faktor penyebab misalnya pre-eklamsi, hipertensi, panggul sempit, diabetes mellitus. 3) Grande multi para Grande multi para yaitu para wanita yang telah melahirkan lebih 5 kali. Grande multi para mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terjadi kehamilan ganda, plasenta previa, dan perdarahan antepartum. Mudah terjadi malpresentasi dan malposisi oleh karena kelemahan otot-otot dinding perut.

Komplikasi persalinan ialah meningkatnya risiko terjadinya lahir mati dan kematian neonatal dini. 4) Masa gestasi a) Persalinan preterm Persalinan preterm adalah persalinan dengan masa gestasi kurang 2 hari atau kurang 37 minggu lengkap. Kesulitan utama pada persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilan semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. b) Serotinus Serotinus adalah persalinan dengan masa kehamilan melewati 294 hari atau lebih 42 minggu lengkap (kehamilan lewat waktu). Masalah perinatal pada persalinan serotinus berkaitan dengan fungsi plasenta yang mulai menurun setelah 42 minggu, berakibat peningkatan terjadinya gawat janin dengan risiko 3 kali. 5) Anemia Seseorang dinyatakan menderita anemia bila kadar Hb dalam darah kurang 12 g%. Wanita hamil dianggap menderita anemia patologik jika kadar Hb kurang 10 g%. Wanita hamil dengan kadar Hb 10-12 g% disebut mengalami anemia fisiologik atau pseudoanemia. Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan persalinan,

maupun nifas dan masalahnya. Berbagai penyulit yang dapat timbul akibat anemia seperti : abortus, partus prematurus, partus lama oleh karena inersia uteri, perdarahan post partum oleh karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum, dekompensasi kordis. 6) Penyakit ibu Penyakit ibu sebelum atau semasa hamil yang dapat berakibat asfiksia antara lain : hipertensi, asma, diabetes mellitus, penyakit jantung. 7) Ketuban pecah dini Ketuban pecah dini yaitu pecah ketuban 6 jam atau lebih sebelum kelahiran. Kepustakaan lain, ketuban pecah dini adalah pecah ketuban lebih dari 18 jam sebelum kelahiran. 8) Partus lama Partus lama adalah persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Semakin lama persalinan semakin tinggi morbiditas dan mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan : asfiksia, trauma serebri, cedera, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. 9) Panggul sempit Persalinan dengan panggul sempit dapat menimbulkan bahaya bagi ibu dan janin. Panggul sempit dapat

mengakibatkan partus lama dan meningkatkan kejadian asfiksia. 10) Infeksi intrauterin Infeksi intrauterin dapat menyebar ke janin dan menyebabkan infeksi, yang dapat meningkatkan asfiksia. b. Faktor janin 1) Fetal distress (gawat janin) Fetal distress adalah gangguan fungsi jantung janin yang ditandai dengan frekuensi detak jantung <100 atau >160 per menit, detak jantung janin tidak teratur serta keluar mekonium pada letak kepala. Fetal distress merupakan manifestasi asfiksia janin. Sebagian asfiksia janin akan berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. 2) Kehamilan ganda Bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu makan kehamilan tersebut disebut dengan kehamilan ganda. Kehamilan ganda termasuk kategori kehamilan risiko tinggi yang dapat meningkatkan kejadian asfiksia. 3) Kelainan letak a) Letak sungsang Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dibandingkan letak kepala. Hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul

pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin lebih 8 menit setelah umbilikan lahir akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu, jika janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mukus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung. b) Letak lintang Persalinan dengan letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia pada letak lintang akibat tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi melahirkan bayi. 4) Berat lahir Berat lahir berkaitan dengan masa gestasi. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi, makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Prognosis bayi berat lahir rendah tergantung berat ringannya masalah perinatal. Makin rendah berat bayi lahir makin tinggi kemungkinan terjadinya asfiksia dan sindroma gangguan pernafasan.

c. Faktor plasenta Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin seperti asfiksia dengan risiko 3 kali. Akibat proses penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen menurun, janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat disebut dismatur. B. Landasan Teori Berdasarkan beberapa konsep teori tersebut diatas, dengan melihat permasalahan yang ada dan keterbatasan peneliti serta keterbatasan data yang ada, maka penelitian ini dilakukan dalam kerangka pikir bahwa asfiksia pada bayi baru lahir yang terjadi merupakan hasil dari suatu proses yang dipengaruhi oleh faktor risiko pada ibu, pada saat kehamilan dan persalinan, keadaan plasenta, dan faktor risiko pada bayi. Faktor risiko pada ibu meliputi masa gestasi, penyakit ibu, primi tua, riwayat obstetri jelek, antenatal care, paritas, panggul sempit, usia ibu, dan status gizi. Faktor risiko pada saat persalinan meliputi ketuban pecah dini, tindakan persalinan, dan lama persalinan. Sedangkan faktor risiko pada janin meliputi kelainan kongenital, berat bayi, kehamilan ganda, dan kelainan letak. Pada penelitian ini tidak semua faktor risiko

(variabe bebas) ikut diteliti. Faktor risiko yang diteliti antara lain masa gestasi, partus lama, kelainan letak, dan berat badan bayi. Masa gestasi adalah periode sejak hari pertama haid terakhir sampai bayi dilahirkan, dihitung dalam minggu. Semakin muda umur kehamilan saat persalinan maka semakin tinggi morbiditas bayi dan kejadian kelainan mental. Semakin tua umur kehamilan saat persalinan maka semakin tinggi risiko gawat janin karena fungsi plasenta mulai menurun setelah 42 minggu. Di samping itu ada pula komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Lama persalinan adalah waktu antara permulaan persalinan yang salah satu tandanya yaitu kenceng-kenceng sering sampai lahirnya bayi. Semakin lama persalinan semakin tinggi morbiditas dan mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan : asfiksia, trauma serebri, cedera, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Kelainan letak yaitu letak sungsang adalah keadaan dimana sumbu janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri sedangkan letak lintang adalah keadaan dimana sumbu janin melintang dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Letak

lintang akibat tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi melahirkan bayi. Berat lahir adalah berat bayi lahir yang diukur dalam waktu 24 jam setelah berlangsungnya persalinan oleh penolong persalinan. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi, makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Prognosis bayi berat lahir rendah tergantung berat ringannya masalah perinatal. Makin rendah berat bayi lahir makin tinggi kemungkinan terjadinya asfiksia dan sindroma gangguan pernafasan. C. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Masa gestasi Lama persalinan Asfiksia pada bayi baru lahir Kelainan letak Berat lahir Gambar 2.3 Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dekskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan untuk mendekskripsikan sesuatu hal atau objek. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017 bertempat di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bayi baru lahir yang mengalami asfiksia pada tahun 2015-2016 di RSUD Kota Kendari sebanyak 119 bayi. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir dengan asfiksia yang ada di RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016 sebanyak 119 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara keseluruhan dari seluruh populasi yang ada (Arikunto, 2010).

D. Variabel Penellitian 1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat (dependent variabel) adalah kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. 2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas (independent variabel) adalah masa gestasi, lama persalinan, kelainan letak, dan berat lahir. E. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2012). 1. Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan setelah lahir. Diagnosis asfiksia berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan fisik (kriteria penilaian menggunakan nilai APGAR. 2. Masa gestasi adalah periode sejak hari pertama haid terakhir sampai bayi dilahirkan, dihitung dalam minggu. Perhitungan dilakukan oleh pemeriksa/penolong persalinan. Kriteria objektif : a) Berisiko (< 37 minggu atau > 42 minggu) b) Tidak berisiko (37-42 minggu)

3. Lama persalinan adalah waktu antara permulaan persalinan yang salah satu tandanya yaitu kenceng-kenceng sering sampai lahirnya bayi. Kriteria objektif : a) Berisiko (> 18 jam multipara dan > 24 jam primipara) b) Tidak berisiko ( 18 jam multipara dan 24 jam primipara) 4. Kelainan letak yaitu letak sungsang adalah keadaan dimana sumbu janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri sedangkan letak lintang adalah keadaan dimana sumbu janin melintang dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Kriteria objektif : a) Berisiko (letak sungsang, letak lintang) b) Tidak berisiko (letak kepala) 5. Berat lahir adalah berat bayi lahir yang diukur dalam waktu 24 jam setelah berlangsungnya persalinan oleh penolong persalinan. Kriteria objektif : a) Berisiko (< 2500 gram atau > 4000 gram) b) Tidak berisiko (2500-4000 gram)

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dapat diperoleh dari : a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi (Notoatmodjo, 2012). Pada pengambilan penelitian ini, peneliti menggunakan catatan untuk menyimpan dan mengambil informasi data medik yang di RSUD Kota Kendari. b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2012). Penulis mengumpulkan, membaca dan mempelajari bukubuku, artikel dan sumber-sumber yang berkaitan dengan bayi dengan asfiksia sehingga mempermudah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

G. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2012), langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual, antara lain : 1. Editing (penyuntingan data) Tahapan ini dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuisioner. 2. Coding sheet (membuat lembaran kode) Lembaran kode adalah instrummen berupa kolom-kolom untuk merekan data secara manual. 3. Data Entry (memasukkan data) Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. 4. Tabulating (tabulasi) Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dengan komputer. 5. Cleaning (pembersihan data) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. H. Penyajian Data Data disajikan secara dekskriptif dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.

I. Analisis Data Analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan-penjelasan sedangkan dalam pengolahan data maka digunakan rumus: P = f n x K Keterangan : P = Presentase hasil yang dicapai f = frekuensi variabel yang diteliti n = jumlah sampel penelitian k = konstanta (Arikunto, 2010).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD Kota Kendari Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 m 2 dan luas bangunan 1.800 m 2, dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami beberapa kali perubahan. Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 3 Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m 2 dan batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto By Pass. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk Rumah Jabatan Wakil Walikota 4. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga. RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan

rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap. Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sebagai berikut: 1. Gedung Anthurium (Kantor) 2. Gedung Bougenville (poliklinik) 3. Gedung (IGD) 4. Gedung Matahari (Radiologi) 5. Gedung Crysant (Kamar Operasi) 6. Gedung Asoka (ICU) 7. Gedung Teratai (Ponek) 8. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam) 9. Gedung Mawar (Rawat inap anak) 10. Gedung Melati (Rawat inap bedah) 11. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II) 12. Gedung Instalasi Gizi 13. Gedung Loundry 14. Gedung Laboratorium 15. Gedung Kamar Jenazah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai visi yaitu Rumah Sakit Pilihan Masyarakat. sedangkan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu: 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat. 2. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari menjadi rumah sakit mitra keluarga. 3. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada umumnya. Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah sakit. Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu: 1. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. 2. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan. RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS sebanyak 194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak

244 orang. Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non kesehatan di RSUD Abunawas Kota Kendari disajikan pada tabel berikut: Tabel 2 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017 No Nama PNS Non PNS PNS Mou Jumlah 1 Dokter Spesialis 12 4 8 24 2 Dokter Umum 9 5 3 17 3 Dokter Gigi 3 0 1 4 4 S1 Ners 3 18 0 21 5 S1 Perawat 19 7 0 26 6 D3 Perawat 31 100 1 132 7 SPK 11 1 0 12 8 S1 Perawat Gigi 1 0 0 1 9 D3 Perawat Gigi 2 3 0 5 11 D4 Kebidanan 8 0 0 8 12 D3 Kebidanan 20 35 0 55 13 S2 kesmas 7 0 0 7 14 S1 Kesmas 14 10 0 24 15 D3 Kesling 2 0 0 2 16 Apoteker 4 0 0 4 17 S1 Farmasi 3 1 0 4 18 D3 Farmasi 4 3 0 7 19 S1 Gizi 0 3 0 3 20 D3 Gizi 6 2 0 8 21 Analis Kesehatan 4 12 0 16 22 S1 Fisioterapi 1 0 0 1 23 D3 Fisioterapi 1 0 0 1 24 D3 Rekam Medik 1 0 0 1 25 S3 Akipuntur 1 0 0 1 26 S3 Okuvasi Terapi 1 0 0 1 27 S3 radiologi 1 1 0 2 28 D3 Teknik Gigi 1 0 0 1 29 S1 Psikologi 2 0 0 2 30 S1 Ekonomi 1 4 0 5 31 D1 Komputer 1 0 0 1 32 D3 Komputer 1 0 0 1 33 S1 Komputer 1 0 0 1

34 S1 Sosial Politik 2 1 0 3 35 S1 Tekno. Pangan 1 0 0 1 36 S2 Hukum 1 0 0 1 37 S2 Manajemen 2 0 0 2 38 S1 Manajemen 0 1 0 1 39 S1 Informatika 0 1 0 1 40 SMA 9 25 0 34 41 SMP dan SD 2 7 0 9 J U M L A H 194 244 13 451 Sumber: Profil RSUD Kota Kendari (diolah 2017) B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Asfiksia Berdasarkan Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: a. Masa gestasi Tabel 3 Distribusi Asfiksia berdasarkan Masa Gestasi Masa Gestasi Frekuensi (f) Persentase (%) Berisiko (<37 minggu atau > 42 65 54,6 minggu) Tidak berisiko (37-42 minggu) 54 45,4 Jumlah 119 100 Sumber : Data Sekunder (diolah 2017) Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian asfiksia berdasarkan masa gestasi berisiko (<37 minggu atau > 42 minggu) sebanyak 65 bayi (54,6%) dan masa gestasi tidak berisiko (37-42 minggu) sebanyak 54 bayi (45,4%).