Kunjungan Kim Jong Un ke Rusia

dokumen-dokumen yang mirip
DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

MENGAPA INDONESIA MENJADI SASARAN SINDIKAT NARKOBA INTERNASIONAL?

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

DUKUNGAN DIPLOMASI POLITIK INDONESIA TERHADAP KEMERDEKAAN PALESTINA

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

REVISI PROYEK STRATEGIS NASIONAL

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

Memperkuat Persahabatan dan Kerja Sama

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Hari Tanah Palestina

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA

PERANG DAGANG AMERIKA SERIKAT CHINA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

DAFTAR PUSTAKA. Mas'ud, Y. S.-y. (2005). Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada university press.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

TERPILIHNYA MAHATHIR MOHAMAD SEBAGAI PERDANA MENTERI DAN HUBUNGAN INDONESIA-MALAYSIA

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

REAKSI PEMERINTAHAN CINA TERHADAP KEPEMIMPINAN KIM JONG UN DI KOREA UTARA. Ariyadi 1 Nim

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

Perjanjian Kemitraan Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), perjanjian merupakan suatu peristiwa di

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konferensi Asia Afrika: Pentingnya Diplomasi dalam Menggalang Ingatan Dunia

Ini adalah Aksi Tuntutan Lansia

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

MILITERISASI LAUT CHINA SELATAN

PENYELENGGARAAN IBADAH UMRAH: AKAR MASALAH DAN PENANGANANNYA 13

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 -

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

Transkripsi:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XI, No.09/I/Puslit/Mei/2019 DIPLOMASI KIM JONG UN DAN DENUKLIRISASI SEMENANJUNG KOREA 7 Sita Hidriyah Abstrak Kunjungan Kim Jong Un ke Rusia pada 25 April 2019 menarik perhatian media. Kunjungan tersebut dapat dilihat sebagai upaya pemimpin Korea Utara untuk memperluas ruang diplomasi, terutama setelah pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi pada Februari 2019 tidak membuahkan hasil. Terkait isu nuklir, Kim menjelaskan bahwa kedatangannya ke Rusia adalah untuk bertemu secara personal dengan Presiden Vladimir Putin dan berbagi pandangan soal kebuntuan perundingan nuklir. Banyak pihak berharap bahwa denuklirisasi Semenanjung Korea akan terus berjalan ke arah yang diharapkan, yakni terwujudnya Semenanjung Korea sebagai kawasan yang bebas dari senjata nuklir. Masyarakat internasional harus mengawal terwujudnya denuklirisasi Semenanjung Korea. ASEAN, termasuk Indonesia yang kini menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB, tidak boleh tinggal diam, tetapi harus mengambil peran dalam proses ke arah terwujudnya denuklirisasi Semenanjung Korea. Tulisan singkat ini mengkaji arti penting kunjungan Kim Jong Un ke Rusia dan bagaimana kaitannya dengan denuklirisasi Semenanjung Korea. PUSLIT BKD Pendahuluan Kunjungan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ke Rusia menemui Presiden Vladimir Putin pada 25 April 2019 menjadi salah satu berita internasional yang menarik perhatian media, khususnya di kawasan Asia Pasifik (The Jakarta Post, 26 April 2019). Menarik untuk diikuti karena pasca-pertemuan kedua antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Hanoi, Vietnam, akhir Februari 2019, tidak ada kemajuan berarti dalam perkembangan diplomasi terkait denuklirisasi Semenanjung Korea. Pertemuan kedua antara Kim Jong Un dan Presiden Trump di Hanoi memang tidak menghasilkan kesepakatan dan telah menimbulkan kekecewaan sebagian masyarakat internasional, khususnya Korea Selatan yang sangat mengharapkan adanya kemajuan dalam isu denuklirisasi di Semenanjung Korea. Oleh karena itu, kunjungan Kim Jong Un ke Rusia menarik

untuk dicermati dan dilihat konteksnya dengan harapan masyarakat internasional akan terciptanya denuklirisasi di Semenanjung Korea. Masyarakat internasional, khususnya yang berada di kawasan Asia Pasifik tentu sangat berharap bahwa situasi kondusif yang sudah terbangun dalam hubungan Korea Utara dan Korea Selatan tidak kembali mundur karena persoalan denuklirisasi di Semenanjung Korea belum berhasil dicapai, terutama antara Korea Utara dan AS. Sebagaimana diketahui, AS, yang bersekutu dengan Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara, sangat menentang program nuklir Korea Utara, dan sebaliknya, Korea Utara tidak begitu saja mau ditekan oleh AS. Dengan demikian, menjadi menarik untuk mengetahui apa arti penting kunjungan atau langkah diplomasi Kim Jong Un ke Rusia, mengapa hal itu dilakukan, dan bagaimana kaitannya dengan denuklirisasi Semenanjung Korea. Tulisan singkat ini mencoba mengkajinya. Kunjungan Kim Jong Un ke Rusia Media menyebut, kunjungan Kim Jong Un ke Rusia dapat ditafsirkan sebagai upaya pemimpin Korea Utara untuk memperluas ruang diplomasinya dengan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia ingin memperlihatkan bahwa ada opsi lain yang mendukung posisinya. Para analis menilai, Kim kini mencari dukungan internasional yang lebih luas untuk menaikkan posisi tawarnya di hadapan AS setelah pertemuannya dengan Presiden Donald Trump di Hanoi, dua bulan lalu, tidak menghasilkan kesepakatan apa pun (Kompas, 25 April 2019). Kim seakan mengingatkan AS bahwa dirinya memiliki opsi lain yang mendukung kepemimpinannya di kawasan. Selama ini, China menjadi sekutu terpenting bagi Korea Utara. China merupakan mitra dagang terbesar dan pemasok minyak utama bagi Korea Utara, sehingga pertemuan Kim dan Putin juga bisa dilihat sebagai upaya untuk menyeimbangkan pengaruh China. Selain itu, meski tidak mudah dikabulkan oleh Rusia sebagai salah satu pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB, Kim juga memperjuangkan agar sanksi terhadap Korea Utara dicabut sebagai pengakuan atas moratorium uji coba nuklir dan rudal. Dengan pencabutan sanksi itu, pembangunan ekonomi di Korea Utara bisa dilakukan lebih leluasa. Terkait isu nuklir, Kim, yang tiba di Vladivostok (Rusia) menggunakan kereta api anti peluru, menjelaskan bahwa hal tersebut adalah isu yang menarik perhatian dunia, dan kedatangannya ke Rusia adalah untuk bertemu secara personal dengan Putin dan berbagi pandangan soal kebuntuan perundingan nuklir. Meski pertemuan itu tidak menghasilkan kesepakatan, bahkan tidak ada pernyataan bersama seusai pertemuan, para analis mengatakan, Kim mendapatkan apa yang ia cari dalam kunjungan 8

9 ke Rusia itu, terutama dalam konteks diplomasi Korea Utara (Kompas, 26 April 2019). Ini artinya, pertemuan puncak itu lebih banyak memperlihatkan simbol diplomatik dibandingkan kerja sama aktual. Dengan demikian bisa diartikan juga bahwa pertemuan dengan Putin merupakan babak lanjutan dalam diplomasi Kim setelah pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump di Vietnam, Februari 2019 tidak membuahkan hasil. Jaminan Keamanan Hal lain yang juga bisa dibaca dari kunjungan Kim ke Rusia, atau langkah diplomasi Kim dengan menemui Presiden Putin, tidak terlepas dari upaya Kim untuk meminta jaminan keamanan bagi posisi dirinya, yang mungkin tidak ia peroleh secara meyakinkan dari AS. Setidaknya hal tersebut terbaca dari pernyataan Presiden Putin kepada wartawan usai pertemuannya dengan Kim Jong Un (cnsnews.com., 25 April 2019). Rusia, yang selama ini memiliki hubungan dekat dengan Korea Utara, memang tidak bisa mengabaikan Kim Jong Un, yang ditegaskan oleh Putin perlu dijamin keamanannya. Dalam pandangan Putin, jaminan itu harus bersifat internasional, mengikat secara hukum, dan menjamin kedaulatan Korea Utara. Jika memerhatikan pertemuan Kim Jong Un dengan Presiden AS Donald Trump di Hanoi akhir Februari 2019 yang tidak menghasilkan kesepakatan dan menimbulkan kekecewaan banyak pihak, termasuk Kim sendiri, bisa saja timbul dugaan bahwa AS saat itu tidak bersedia memberikan jaminan keamanan kepada Kim. Hal itu kemudian mendorong Kim untuk melakukan kunjungan ke Rusia, salah satu negara anggota Dewan Keamanan PBB selain China yang memiliki hubungan cukup baik dengan Korea Utara, guna membicarakan isu keamanan di Semenanjung Korea, termasuk soal jaminan keamanan terhadap dirinya. Bagi Kim, jaminan keamanan ini dianggap penting jika komunitas global menginginkan Korea Utara melucuti senjata nuklirnya. Dalam perspektif Kim, jaminan keamanan tersebut, tampaknya, harus satu paket dengan pencabutan sanksi PBB dan AS terhadap Korea Utara. Sebaliknya, pihak AS kerap menyatakan bahwa sanksi harus tetap berlaku sampai Korea Utara melakukan denuklirisasi. Di satu sisi, Korea Utara memang selalu mendesak pencabutan sanksi karena pihaknya merasa sudah menjalankan komitmen denuklirisasi. Namun di sisi lain, AS menuding bahwa Korea Utara belum sepenuhnya melakukan denuklirisasi, dan bersikeras bahwa sanksi tidak akan dicabut hingga Korea Utara melucuti total program nuklirnya. Menanggapi tudingan AS, pihak Korea Utara menyatakan bahwa kebuntuan denuklirisasi disebabkan AS bergantung pada langkah-langkah koersif sehingga sulit dibangun kepercayaan.

Prospek Denuklirisasi Belum adanya titik temu antara Korea Utara dan AS terkait isu denuklirisasi memunculkan pertanyaan terkait prospek denuklirisasi Semenanjung Korea. Banyak pihak berharap bahwa denuklirisasi di Semenanjung Korea akan terus berjalan ke arah yang diharapkan, yakni terwujudnya Semenanjung Korea sebagai kawasan yang bebas dari senjata nuklir. Harapan ini tidak berlebihan, karena dalam beberapa tahun ke belakang, dunia, terutama negara-negara di kawasan, kerap menyaksikan aksi uji coba nuklir dan peluncuran peluru kendali (rudal) yang dilakukan Korea Utara sebagai respons atas kehadiran kekuatan militer AS di Semenanjung Korea (dalam bentuk latihan perang bersama dengan Korea Selatan). Situasi seperti itu, sudah tentu, tidak kondusif bagi keamanan kawasan jika kembali terjadi. Oleh karena itu, diplomasi yang dilakukan Kim dengan mengunjungi Rusia, terlepas dari sikapnya yang dianggap tertutup soal nuklir, patut dilihat sebagai hal yang positif jika hal itu bertujuan untuk menjadikan Semenanjung Korea sebagai kawasan yang bebas dari senjata nukir. Namun demikian, masyarakat internasional juga harus bersikap realistis, karena memang tidak mudah untuk mengharapkan rezim di Korea Utara yang selama ini tertutup dan otoriter, untuk segera berubah. Oleh karena itu pula, masyarakat internasional perlu terus mengawal momentum yang cukup baik dalam hubungan Korea Utara dan Korea Selatan yang telah bersepakat untuk mengakhiri perang, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Panmunjom, hasil pertemuan puncak Kim Jong Un dan Moon Jae-in di Desa Panmunjom, 27 April 2018 (japantimes.co., 27 April 2018). Menurut deklarasi tersebut, Seoul dan Pyongyang sepakat untuk bekerja sama dalam mengakhiri Perang Korea, memulai era baru perdamaian, dan berbagi komitmen dalam mengakhiri konfrontasi, serta terus berupaya untuk membangun era baru rekonsiliasi nasional, perdamaian, dan kemakmuran, serta perbaikan hubungan antar- Korea. Deklarasi Panmunjom juga memuat tekad denuklirisasi Semenanjung Korea. Dengan disepakatinya era baru perdamaian Korea Utara dan Korea Selatan, peluang untuk menjadikan Semenanjung Korea sebagai kawasan yang bebas dari senjata nuklir lebih terbuka untuk dicapai; karena AS yang selama ini mendukung Korea Selatan dan paling keras menentang program nuklir Korea Utara, dapat diajak berunding. Meskipun setelah dua kali pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump belum membuahkan hasil, hal tersebut tidak seharusnya dimaknai sebagai tertutupnya upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea. Masyarakat internasional sudah terlanjur menyaksikan upaya damai Korea Utara dan Korea Selatan (yang dinilai berhasil), dan pertemuan 10

11 Kim Jong Un dan Donald Trump yang selama ini sulit dilakukan, meskipun belum menghasilkan kesepakatan penting terkait isu nuklir, namun tetap signifikan karena langkah diplomasi menjadi pilihan. Ini artinya, peluang untuk kembali terjadinya pertemuan antara Kim Jong Un dan Donald Trump masih terbuka, dan di sinilah masyarakat internasional perlu untuk terus mengawal. Masyarakat internasional, terutama negara-negara di kawasan harus menjadi bagian penting dalam mengawal terwujudnya denuklirisasi Semenanjung Korea. ASEAN, termasuk Indonesia di dalamnya, tidak boleh menjadi penonton, tetapi harus mengambil peran dalam proses ke arah terwujudnya denuklirisasi Semenanjung Korea. ASEAN, yang memiliki forum pertemuan tersendiri dengan Korea Selatan, perlu mempertimbangkan untuk mengundang Korea Utara dalam peringatan 30 tahun kerja sama ASEAN dan Korea Selatan pada tahun 2019 ini. Indonesia, yang saat ini menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB, juga harus memanfaatkan kedudukan strategisnya itu untuk menjaga agar prospek denuklirisasi Semenanjung Korea tetap terbuka. Penutup Kunjungan Kim Jong Un ke Rusia menegaskan kepentingan Korea Utara untuk memperluas jejaring diplomasinya, terutama terhadap negara Anggota Tetap DK PBB selain AS, yang dianggap bisa memberi jaminan keamanan terhadap rezim Kim pasca-denuklirisasi Semenanjung Korea. Denuklirisasi Semenanjung Korea, yang sudah disepakati oleh Korea Utara dan Korea Selatan melalui Deklarasi Panmunjom, perlu terus dikawal prosesnya oleh masyarakat internasional, termasuk oleh ASEAN. Indonesia, dengan kedudukan strategisnya sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB dalam dua tahun ke depan, juga perlu berkontribusi dalam mewujudkan Semenanjung Korea sebagai kawasan yang bebas dari senjata nuklir. Referensi Bertemu Kim Jong Un, Putin Ingin Bahas Isu Nulkir di Semenanjung Korea, kompas. com., 23 April 2019, https:// internasional.kompas.com/ read/2019/04/23/22240991/ bertemu-kim-jong-un-putiningin-bahas-isu-nuklir-disemenanjung-korea, diakses 30 April 2019. Kim, Putin vow to seek closer ties at first talks, The Jakarta Post, 26 April 2019, hal. 12. Kim Cari Dukungan Rusia, Kompas, 25 April 2019, hal. 5. Kim Minta Jaminan, Kompas, 26 April 2019, hal. 8. Kim Ingin Tingkatkan Hubungan dengan Rusia, mediaindonesia.com, 24 April 2019, https:// mediaindonesia.com/read/ detail/231801-kim-ingintingkatkan-hubungandengan-rusia, diakses 30 April 2019.

Putin: Kim Jong Un Needs Security Guarantees, cnsnews.com., 25 April 2019, https://www.cnsnews. com/news/article/patrickgoodenough/putin-kim-jongun-needs-security-guarantees, diakses 30 April 2019. Panmunjeom Declaration, japantimes.co., 27 April 2018, https://www.japantimes. co.jp/tag/panmunjeomdeclaration/, diakses 30 April 2019. 12 Sita Hidriyah sita.hidriyah@dpr.go.id Sita Hidriyah, S.Pd.,M.Si., menyelesaikan pendidikan S1 Keguruan Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Atmajaya Jakarta pada tahun 2005 dan pendidikan S2 Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Indonesia pada tahun 2008. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda bidang Hubungan Internasional pada Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: "Upaya Pemerintah dan Kerjasama Luar Negeri Dalam Pengentasan Kemiskinan Menuju Pembangunan Berkelanjutan" (2013), "Pengungsi Suriah dan Respons Internasional dan Asian Parliamentary Assembly (APA)" (2016), dan "Tantangan Kerjasama Indonesia dan Jepang Dalam Diplomasi Ekonomi " (2016). Info Singkat 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit.