BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Erin Fitriani, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pradikta Prisma Waris Damier

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²


BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, kebudayaan, serta agama. Selain itu juga kesuburan alamnya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama BANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu banyak digunakan jemuran baju sebagai sarana untuk menjemur

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses yang direncanakan melalui berbagai macam kebijakan dengan tujuan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat. Pembangunan dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan manusia baik secara individu maupun kelompok. Menurut Ndraha (1990, hlm. 16) pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Selain itu, pembangunan juga merupakan suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Dari pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa pembangunan merupakan proses perubahan yang didalamnya mengandung pembaruan bagi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih maju. Salah satu dampak dari pembaruan tersebut adalah terjadinya perubahan sosial ekonomi. Salah satu contohnya adalah pembangunan di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. Selain merupakan Ibu Kota Jawa Barat, Kota Bandung juga dikenal dengan objek wisata, kuliner, juga cuacanya yang sejuk. Banyak orang datang ke Kota Bandung untuk sekedar berwisata hingga menetap. Berbagai macam suku seperti Suku Batak, Jawa, Betawi, Ambon, Tionghoa, hingga suku mancanegara pun tinggal di Kota Bandung. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pertambahan jumlah penduduk di Kota Bandung. Saat ini, Kota Bandung menempati peringkat ketiga kota di Indonesia

2 dengan penduduk terpadat setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah penduduk Kota Bandung pada 2007 sebanyak 2.364.312 jiwa dan bertambah menjadi 2.390.120 jiwa di tahun 2008. Di tahun 2015, jumlah penduduk Kota Bandung telah mencapai 2.483.977 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bandung terus bertambah. Laju pertumbahan penduduk di Kota Bandung bukan hanya didasari faktor kelahiran, namun banyaknya pendatang yang menetap di Kota Bandung menjadi salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk Kota Bandung. Salah satu dampak yang mencolok dan sangat terlihat akibat dari laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung adalah pembangunan yang bersifat materil dan terlihat nyata seperti pembangunan di bidang pemukiman. Kebutuhan masyarakat kota akan pemukiman semakin tinggi. Sedangkan, lahan yang tersedia di wilayah perkotaan semakin sempit. Hal ini mengakibatkan para pengusaha di bidang perumahan memanfaatkan wilayah pedesaan di daerah Kabupaten Bandung sebagai ladang usahanya dengan membuat perumahan yang konsumen utamanya adalah masyarakat kota. Bandung merupakan tempat yang strategis karena wilayahnya yang terbagi menjadi wilayah perkotaan dan pedesaan. Jarak antara kota dan desa pun tidak terlalu jauh. Hal inilah yang membuat masyarakat kota tidak keberatan untuk tinggal di perumahan yang letaknya di pedesaan/kabupaten. Selain faktor yang dekat, suasana perumahan di daerah pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota pun menjadi alasan berkembangnya pembangunan perumahan di Kabupaten Bandung. Pembangunan perumahan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pemerintah akan menciptakan serta mendukung iklim usaha di bidang perumahan atau pemukiman. Bentuk nyata pemerintah dalam mendorong tumbuhnya pembangunan perumahan adalah dengan dibuatnya Undang Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Jauh dari itu, peraturan

3 perundangan tentang perumahan pun telah ada yaitu Undang Undang No. 4 Tahun 1992. Desa Ligar Mekar yang terletak di Kelurahan Cibeunying merupakan daerah Kabupaten Bandung yang mengalami pembangunan perumahan yang pesat. Pembangunan perumahan di wilayah Kelurahan Cibeunying dimulai sejak tahun 2000, yang kemudian semakain pesat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Lokasi desa ini letaknya sangat dekat dengan daerah perkotaan. Jarak dari desa ke kota sekitar 0,2 Km dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Pada awalnya desa ini tidak memiliki banyak akses untuk pergi ke kota. Perjalanan ke kota biasa ditempuh oleh warga desa dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi bagi warga desa yang memilki. Namun, sekarang sudah terdapat angkutan umum dan ojeg walaupun jumlahnya relatif sedikit. Dahulu Desa Ligar Mekar merupakan daerah pedesaan yang asri, terdapat banyak sawah dan perkebunan. Namun sekarang Desa Ligar Mekar maupun wilayah sekitar desa telah berubah menjadi lahan perumahan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya lahan kosong di daerah Desa Ligar Mekar Kelurahan Cibeunying ini. Jarak yang dekat dari desa ini ke kota mengakibatkan pesatnya pembangunan perumahan di daerah ini. Pesatnya pembangunan perumahan di wilayah tersebut tentunya memberikan dampak bagi masyarakat desa yang sehari-harinya biasa bekerja di kebun. Sebelum adanya pembangunan, wilayah ini merupakan wilayah perkebunan yang dikelola oleh warga desa sendiri. Mayoritas penduduknya mengelola kebun sebagai mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan. Kebunnya sendiri ada yang memang tanah milik, juga mengelola kebun milik orang. Ketika bisnis perumahan mulai ada di wilayah Kelurahan Cibeunying, beberapa warga ada yang menjual tanah perkebunannya kepada pengusaha perumahan. Hal ini membuat warga tidak memiliki lagi lahan untuk berkebun karena tanah yang dijual pun terbilang sangat luas. Didukung dengan keadaan ekonomi warga Desa Ligar

4 Mekar yang rendah, tentu saja mereka dengan mudahnya tergiur sehingga menjual lahan kebunnya kepada pengusaha perumahan. Tidak hanya menjual lahannya, warga Desa Ligar Mekar pun banyak yang bekerja di perumahan tersebut. Hal ini banyak terjadi pada ibu rumah tangga yang awalnya hanya diam di rumah, namun semenjak adanya perumahan mereka memilih untuk bekerja demi menopang kebutuhan ekonominya. Kebanyakan dari ibu rumah tangga yang bekerja di perumahan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selain itu, ada pula yang bekerja sebagai pedagang. Profesi sebagai pedagang digeluti warga desa baik sebagai mata pencaharian utama juga sebagai mata pencaharian sampingan. Beberapa warga desa membuka warung dekat perumahan, sedangkan beberapa warga desa lainnya yang rata-rata bekerja sebagai buruh, berdagang keliling daerah perumahan. Misalnya berdagang baju, peralatan rumah tangga, makanan, sayuran, dan lain-lain. Hal ini dilakukan warga untuk menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih lagi lokasi perumahan yang dekat dengan rumah warga membuat semakin banyak warga desa yang memanfaatkan keberadaan perumahan untuk menambah penghasilannya. Dekatnya lokasi perumahan dengan permukiman desa tidak hanya memberikan dampak ekonomi saja. Mengingat warga perumahan merupakan masyarakat kota, yang tentunya gaya hidupnya lebih modern dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. Hal tersebut tentunya memberikan pengaruh dan perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat Desa Ligar Mekar. Masyarakat desa banyak terpengaruh oleh masyarakat pendatang yang menghuni perumahan tersebut. Mulai dari gaya bicara yang dahulu menggunakan bahasa sunda, sekarang menggunakan bahasa Indonesia. Gaya berpakaian masyarakat desa khususnya pada anak mudanya pun telah berubah. Selain itu, pandangan masyarakat desa terhadap beberapa aspek seperti kesehatan dan pendidikan pun ikut mengalami perubahan. Saat ini, mereka lebih peduli terhadap pendidikan dan kesehatan. Terlebih lagi di bidang kesehatan dengan adanya dokter di daerah perumahan dan pembangunan klinik baru yang sangat dekat dengan desa

5 mereka. Sehingga, warga desa tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk dapat berobat. Dari uraian di atas, dapat dilihat berbagai dampak yang dihasilkan dari bagi kehidupan masyarakat pedesaan akibat kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah pedesaan. Pembangunan perumahan yang terjadi di daerah Kabupaten Bandung khususnya di Desa Ligar Mekar pun tentu saja memiliki dampak bagi kehidupan masyarakatnya. Alasan itulah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dampak pembangunan perumahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat yang dituangkan dalam sebuah penelitian berjudul DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT (Studi Kasus Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Ligar Mekar, Kelurahan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: Bagaimana Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat? Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana respon masyarakat Desa Ligar Mekar dengan dibangunnya perumahan di wilayah Kelurahan Cibeunying Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana dampak pembangunan perumahan di Kelurahan Cibeunying Kabupaten Bandung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Ligar Mekar? 1.3 Tujuan Penelitian

6 1.3.1 Secara Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah dapat mendapatkan gambaran mengenai peran dampak yang ditimbulkan dari pembangunan perumahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Ligar Mekar Kabupaten Bandung. 1.3.2 Secara Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menggali dan mengkaji respon masyarakat Desa Ligar Mekar terhadap pembangunan perumahan di wilayah Kelurahan Cibeunying Kabupaten Bandung. 2. Menggali dan mengkaji dampak pembangunan perumahan di Kelurahan Cibeunying Kabupaten Bandung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Ligar Mekar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi dan data mengenai dampak yang ditimbulkan dari pembangunan perumahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Ligar Mekar Kabupaten Bandung yang selanjutnya diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dan peneliti lainnya, serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terutama jurusan Pendidikan Sosiologi. 1.4.2 Secara Praktik 1. Bagi masyarakat Dapat dijadikan bahan masukan bagi masyarakat khususnya generasi muda berdasarkan saran yang ditulis oleh penulis dari pengetahuan teoritis

7 mengenai dampak pembangunan khususnya di bidang perumahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah pedesaan. 2. Bagi penulis Diharapkan dapat memperoleh ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta sebagai bahan perbandingan pengetahuan yang didapat selama berada di bangku perkuliahan dengan keadaan di lapangan. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berisi tentang rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan sub-bab dalam sebuah penulisan skripsi, mulai bab pertama hingga bab terakhir. Sistematika skripsi terdiri atas lima bab, yang di dalamnya terdiri dari sub-sub bab. Sistematika dalam penyusunan skripsi ini meliputi: 1. BAB I Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian meliputi tujuan secara umum dan khusus, manfaat penelitian meliputi manfaat secara teoritis dan praktis, serta struktur organisasi skripsi. Latar belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan fakta-fakta, data-data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya. Di dalam identifikasi masalah terdapat pengenalan masalah beserta pembatasan masalah sehingga ruang lingkup penelitian menjadi lebih fokus. Pada rumusan masalah, peneliti memaparkan dengan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Sementara tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan. Sedangkan manfaat penelitian bisa dilihat dari salah satu aspek atau beberapa, baik secara teoritis maupun praktis.

8 2. BAB II Kajian Pustaka Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2014, hlm. 26) dijelaskan bahwa kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukan the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Dalam bab ini, diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis untuk lebih memperkuat argumen. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Selain itu, kajian pustaka peneliti membandingkan, mengontraskan dan memposisikan kedudukan masingmasing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. 3. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini, penulis menjelaskan metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai dampak pembangunan Perumahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Ligar Mekar. Selain itu, dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2014, hlm. 29), Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, metode penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. 4. BAB IV Temuan dan Pembahasan Bab ini memuat pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas sebelumnya. Dimana dalam hasil penelitian berupa informasi dan data-data yang telah diperoleh sesuai dengan lapangan dalam rangka penulisan skripsi tentang dampak pembangunan perumahan terhadap

9 perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Ligar Mekar. Penulis mendeskripsikan secara jelas dan terurai agar hasil yang diberikan dapat tergambar dan terbaca secara jelas sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Ligar Mekar. 5. BAB V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Penulis berusaha mencoba memberikan simpulan yang merupakan penutup dan juga jawaban dari rumusan masalah. Selain itu bab ini berisikan rekomendasi yakni berupa saran yang ditulis setelah simpulan dan dapat ditujukan bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, peneliti selanjutnya, serta kepada pemecahan masalah di lapangan.