I PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 919, , , , ,3 4 Listrik, Gas, dan Air 30,3 34,7 40,9 47,2 50,0

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

RISIKO PRODUKSI KARET ALAM DI KEBUN AEK PAMIENKE PT SOCFINDO KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang dapat diandalkan dalam menunjang perekonomian Indonesia. Pentingnya sektor pertanian dapat terlihat jelas sebagai penyedia utama pangan dan penyediaan lapangan pekerjaan sebesar 41.494.941 jiwa atau 38,35 persen terhadap total jumlah tenaga kerja 1. Peranan sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan, kehutanan, dan peternakan) dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia secara signifikan yang dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) pada Tabel 1. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (Triliun Rupiah) No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009* 2010** 1 Pertanian, Peternakan, 433,2 541,9 716,6 857,2 985,1 Kehutanan, dan Perikanan 2 Pertambangan dan 366,5 440,6 541,3 591,9 591,9 Penggalian 3 Industri Pengolahan 919,5 1.068,6 1.376,4 1.477,7 1.594,3 4 Listrik, Gas, dan Air 30,3 34,7 40,9 47,2 50,0 Bersih 5 Konstruksi 251,1 305,0 419,7 555,2 661,0 6 Perdagangan, Hotel, dan 501,5 592,3 691,5 744,1 881,1 Restoran 7 Pengangkutan dan 231,5 264,3 312,2 352,4 417,5 Komunikasi 8 Keuangan, Real Estate, 269,1 305,2 368,1 404,0 462,8 dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-Jasa 336,3 398,2 481,8 574,1 654,7 Total PDB Nasional 3.339,2 3.950,9 4.948,7 5.603,9 6.422,9 Kontribusi (%) 13,0 13,7 14,5 15,4 15,3 Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara 1 Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&notab=3 [5 Januari 2012] 1

Sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan, kehutanan, dan peternakan) mencakup beberapa subsektor, yaitu subsektor perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, pangan, dan beserta hasil-hasilnya. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor andalan penopang perekonomian pertanian di Indonesia. Peranannya dapat terlihat dalam penerimaan devisa negara pada tahun 2010 melalui kegiatan ekspor perkebunan sebesar US$22 miliar meningkat drastis dibanding tahun 2005 yang hanya US$9 miliar 2. Pemenuhan kebutuhan untuk konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai tambah, daya saing, dan optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan juga merupakan berbagai peranan dari subsektor ini. Departemen Pertanian telah menyusun rencanarencana strategis beserta program-program dan kebijakan pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan masingmasing komoditas perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan peran subsektor perkebunan ini (Departemen Pertanian 2009) 3. Berdasarkan Produk Domestik Bruto, subsektor perkebunan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Atas dasar harga berlaku data Badan Pusat Statistik, mulai tahun 2006 sebesar 63,4 Triliun Rupiah tanaman perkebunan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2010 sebesar 135,2 Triliun Rupiah yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman perkebunan masih banyak dibudidayakan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Menghasilkan ouput maksimal dalam membudidaya tanaman perkebunan harus memiliki tehnik-tehnik khusus, seperti pencegahan atau pengobatan serangan hama dan penyakit, pengolahan tanah, dan mengantisipasi sumber risiko dari alam. Salah satu tujuan dengan adanya tehnik tersebut adalah untuk dapat menjaga pohon dengan baik dari sumber atau faktor risiko yang terjadi sehingga umur produktif tanaman dapat bertahan lama dan mengurangi kerugian perusahaan. 2 Media Indonesia. 2010. Devisa dari sektor perkebunan. http://www.htysite.com/pertanian%202011.htm [5 Januari 2012] 3 [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2009. Outlook Komoditas Perkebunan. www.pusdatin.deptan.go.id. [6 Januari 2012] 2

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Subsektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (Triliun Rupiah) NO Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2006 2007 2008 2009* 2010** 1 Tanaman Bahan Makanan 214,3 265,1 349,8 419,2 483,5 2 Tanaman Perkebunan 63,4 81,7 106,0 111,4 135,2 3 Peternakan 51,1 61,3 83,3 104,9 119,1 4 Kehutanan 30,1 36,1 40,4 45,1 48,0 5 Perikanan 74,3 97,7 137,2 176,6 199,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang memiliki luas areal terbesar di Indonesia. Salah satu keunggulan Indonesia adalah tersedianya lahan tropis yang cukup besar dan sesuai untuk penanaman berbagai tanaman perkebunan. Luas lahan perkebunan dari beberapa jenis tanaman perkebunan yang ditanam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Lahan Perkebunan di Indonesia Tahun 2006-2010 (Ribu Ha) Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Tembakau 2006 513,2 3748,5 101,2 53,6 5,1 2007 514,0 4101,7 106,5 52,5 5,8 2008 515,8 4451,8 98,4 58,3 4,6 2009 482,7 4888,0 95,3 48,7 4,2 2010* 472,2 5032,8 95,9 48,7 4,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) Keterangan : * Angka sementara Berdasarkan Tabel 3, terlihat jelas bahwa karet merupakan tanaman perkebunan kedua yang banyak diusahakan di Indonesia setelah kelapa sawit. Hal ini ditinjau dari luas areal perkebunan karet yang digunakan di Indonesia. Selain itu, luas areal perkebunan karet mulai tahun 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan, sedangkan untuk tahun 2009 mengalami penurunan. Fluktuasi disebabkan karena adanya penurunan harga karet dunia pada tahun tersebut. Akibatnya, ketertarikan masyarakat Indonesia untuk membudidayakan karet menjadi berkurang sehingga luas lahan perkebunan untuk karet pun menjadi bertambah banyak di Indonesia. 3

Luas areal tanaman perkebunan yang masih cukup luas di Indonesia tidak selalu berkorelasi dengan produksi tanaman perkebunan yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa penghasil tanaman perkebunan di Indonesia tidak dapat membudidayakan sesuai teknik budidaya yang baik dan benar. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia menjadi salah satu kendala dalam permasalahan ini. Produksi tanaman perkebunan di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Tanaman Perkebunan di Indonesia Tahun 2006-2010 (Ton) Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Tembakau 2006 2.637.231 17.350.848 769.386 682.158 146.265 2007 2.755.172 17.664.725 740.006 676.476 146.851 2008 2.751.286 17.539.788 803.594 698.016 168.037 2009 2.440.347 18.640.881 809.583 682.590 176.510 2010 2.591.935 19.844.901 844.626 684.076 122.276 Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) Keterangan : * Angka sementara Berdasarkan Tabel 4, perbandingan total produksi dari lima tanaman perkebunan tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa total produksi karet merupakan total produksi terbesar kedua setelah kelapa sawit. Terlihat jelas bahwa total produksi karet di Indonesia mulai tahun 2006-2008 mengalami peningkatan dan mengalami penurunan pada tahun 2009, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010. Penurunan tersebut dapat dikarenakan adanya risiko produksi dikaret yang menyebabkan adanya fluktuasi total produksi. Salah satu tanaman subsektor perkebunan adalah karet. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia selain Malaysia dan Thailand. Luas lahan perkebunan karet alam Indonesia, terluas dibandingkan Thailand dan Malaysia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (2010) 4, Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet sebesar 3.064.600 Ha, sedangkan Thailand hanya sebesar 1.929.260 Ha, dan untuk Malaysia sebesar 1.289.700 Ha. Meskipun demikian, produksi karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan produksi yang dicapai oleh Thailand 4 [FAOSTAT] Food and Agriculture Organization Statistic. 2010. Produksi dan Luas Areal Perkebunan Karet di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. http://faostat.fao.org/default.aspx FAO. [6 Januari 2012] 4

dan Malaysia. Indonesia memiliki total produksi pada tahun 2010 sebesar 2.788.300 Ton dengan produktivitas 909,8 Kg/Ha, sedangkan Thailand sebesar 3.051.780 Ton dengan produktivitas 1.581,8 Kg/Ha. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, seperti risiko produksi alam, hama, atau penyakit. Produktivitas karet alam Indonesia masih rendah dalam penggunaan input-input pertanian yang berkualitas, masih minimnya pengetahuan mengenai pembudidayaan karet yang baik dan benar, dan masih kurangnya cara untuk dapat menanggulangi risiko yang terjadi pada tanaman karet alam, seperti hama dan penyakit. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi produksi karet alam yang dihasilkan. Akibatnya, produksi karet alam di Indonesia masih rendah dibandingkan produksi karet alam dari Thailand. Menurut data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh la-nina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Asosiasi Natural Rubber Producing Countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen. Berdasarkan asumsi tersebut dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri (ekspor) dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan (Purba 2011) 5. Luas areal perkebunan karet berdasarkan penguasaannya terbagi atas tiga yaitu perkebunan karet milik rakyat, perkebunan besar milik negara, dan perkebunan besar milik swasta. Luas area perkebunan karet tahun 2011 tercatat mencapai lebih dari 3,4 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 5 Purba FHK. 2011. Potensi dan Perkembangan Pasar Ekspor Karet Indonesia di pasar Dunia.http://www.agribisnis.net/mobile/index.php?content=informasi_mobile&id=1&sub=5&kat =54&fuse=1185. [7 Januari 2012] 5

Diestimasikan diantaranya sebesar 2.935.081 ha merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 239.132 ha perkebunan besar negara serta 275.931 ha perkebunan besar milik swasta (Direktorat Jenderal Perkebunan 2011). Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan karena daerah tersebut memiliki iklim yang lebih basah. Hal tersebut dapat dilihat dari luas areal perkebunan karet di beberapa provinsi Indonesia pada Tabel 5. Terlihat jelas bahwa untuk bagian Sumatera, luas areal perkebunan karet Sumatera Utara lebih luas setelah Sumatera Selatan, sedangkan untuk luas areal perkebunan karet bagian Kalimantan dicapai oleh Kalimantan Barat. Luas areal perkebunan karet Sumatera Utara dari tahun 2006-2008 terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2009 mengalami penurunan, kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2010. Hal ini masih dapat dikarenakan harga karet dunia yang masih berfluktuatif. Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Karet di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2006-2010 (Ribu Ha) Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010* Sumatera Utara 456.986 461.496 462.036 461.148 463.861 Sumatera Barat 124.256 126.135 125.716 135.435 133.137 Sumatera Selatan 648.754 659.134 662.788 659.769 665.129 Kalimantan Barat 379.038 387.768 388.861 385.528 389.093 Kalimatan Tengah 255.657 261.947 264.203 264.947 265.038 Kalimantan Selatan 129.946 132.675 133.901 134.254 134.210 Kalimantan Timur 58.105 59.132 57.855 64.626 61.154 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2011) Keterangan : * Angka sementara Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan karet di Provinsi Sumatera Utara adalah PT Socfin Indonesia (Socfindo). PT Socfindo merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang resmi berdiri pada tahun 1930 dengan lokasi perkebunan yang tersebar di Sumatera Utara dan Aceh. Bertahannya PT Socfindo hingga saat ini, telah dapat membuktikan bahwa PT Socfindo berhasil mengendalikan berbagai risiko yang dihadapi dengan terdapat suatu manajemen di dalam perusahaan. Oleh karena itu, PT Socfindo dapat bersaing dalam persaingan pasar dunia karet baik dalam maupun luar negeri. 6

1.2 Perumusan Masalah PT Socfindo bergerak dalam bidang perkebunan karet dan kelapa sawit dengan lokasi perkebunan yang tersebar di Sumatera Utara dan Aceh. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang sangat cocok untuk budidaya karet karena memiliki iklim yang basah. PT Socfindo menghadapi berbagai risiko dalam memproduksi karet alam, salah satunya adalah risiko produksi. Hasil produksi dan produktivitas karet alam yang berfluktuatif menjadi salah satu akibat dari adanya risiko produksi. Hal ini dapat mengakibatkan permintaan terhadap karet alam akan menurun. Produksi karet alam PT Socfindo menghasilkan tiga standart mutu sesuai kriteria yang telah ditetapkan, yaitu SIR 3CV50, SIR 3CV60, dan SIR 10. PT Socfindo harus melalui beberapa tahapan atau proses rangkaian produksi untuk menghasilkan karet alam sesuai standar mutu yang memiliki berbagai risiko. Balai Penelitian Karet Sungai Putih Sumatera Utara (2011) 6 menyatakan bahwa produktivitas nasional rata-rata untuk tanaman karet adalah 1400 kg/ha/tahun dalam bentuk karet alam. Pertumbuhan produksi karet alam PT Socfindo selama kurun waktu 2009-2011 mengalami fluktuasi akibat adanya berbagai macam faktor risiko produksi yang mempengaruhi produksi dengan ratarata umur tanaman karet adalah 8-25 tahun dengan tahun tanam 1986-2003. Pada tahun 2009, produksi mencapai 4.213.297 Kg KK (Kilogram Karet Kering) dan terus mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011 yaitu 3.493.000 Kg KK dan 3.473.431 Kg KK. Fluktuasi tersebut menunjukkan bahwa adanya target produksi yang tidak terpenuhi sesuai yang diharapkan perusahaan. Akibatnya, hal ini dapat menurunkan keuntungan bagi perusahaan. Ini merupakan salah satu dampak yang dihadapi PT Socfindo dari adanya faktor-faktor tersebut. Produksi (Kilogram Karet Kering) kebun Aek Pamienke PT Socfindo tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 1. 6 [BALITSP] Balai Penelitian Sungai Putih. 2011. http://balitsp.com/balai-penelitian-karetproduksi-karet-harus-digenjot-untuk-meningkatkan-keuntungan/. [8 Januari 2012] 7

Gambar 1. Produksi Karet Alam Kebun Aek Pamienke Tahun 2011 Sumber : Kebun Aek Pmienke PT Socfindo (2011) Produktivitas rata-rata karet alam tahun 2009 dan 2011 telah mampu memproduksi karet alam di atas total rata-rata produktivitas nasional yang telah ditetapkan. Produktivitas per tahun nya mengalami fluktuasi yang dapat dilihat mulai dari tahun 2009 yaitu 1547,68 kg/ha dan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 1378,89 kg/ha, kemudian mengalami peningkatan kembali 1598,76 pada tahun 2011. Produktivitas (kg/ha/tahun) karet alam kebun Aek Pamienke PT Socfindo tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Produktivitas Karet Alam Kebun Aek Pamienke Tahun 2011 Sumber : Kebun Aek Pamienke PT Socfindo (2011) 8

Berdasarkan Gambar 1 dan 2, fluktuasi produktivitas dan kecenderungan produksi yang menurun menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor-faktor sumber risiko produksi, seperti curah hujan, hama, dan penyakit juga menjadi suatu kendala yang menyebabkan total produksi karet alam setiap tahun mengalami penurunan dengan luas lahan setiap tahun yang tetap. Penanganan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko tersebut agar dapat menghasilkan produksi maksimal dengan kualitas atau standar mutu karet alam yang diharapkan oleh perusahaan sesuai permintaan pasar domestik maupun internasional. Risiko produksi merupakan risiko yang sangat berpengaruh besar dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari faktor-faktor sumber risiko produksi terhadap produksi karet alam PT Socfindo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengkaji gambaran umum usaha karet alam di perkebunan Aek Pamienke PT Socfindo. 2) Menganalisis pengaruh faktor-faktor sumber risiko produksi terhadap produksi karet alam PT Socfindo. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Pihak perusahaan yaitu PT Socfindo, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan, memperbaiki pembuatan keputusan, dan membantu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sehingga dapat di kurangi dengan baik. 2) Penulis, menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah. 3) Pembaca, agar dapat mengembangkan penelitian ini dan menjadi sebagai salah satu sumber rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya 9

sehingga dapat menggunakan variabel input-input produksi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain sebagainya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1) Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di PT Socfindo perkebunan Aek Pamienke Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara yang bergerak dalam bidang perkebunan karet. 2) Penelitian ini terfokus pada faktor-faktor sumber risiko yang mempengaruhi produksi karet alam, yaitu jumlah pohon yang mati, penderes yang melakukan kesalahan, jumlah pohon yang dideres, jumlah blok yang terkena Secondary Leaf Fall (SLF), curah hujan, biaya perawatan Brown Bast/Bark Necrosis (BB/BN), dan produksi sebelumnya. Penelitian ini tidak menggunakan variabel-variabel input produksi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain sebagainya dalam model. 3) Tanaman karet yang diteliti adalah tanaman karet menghasilkan yang berumur 8-25 tahun dalam tahun tanam 1986-2003. 4) Data yang digunakan adalah data produksi perusahaan dari tahun 2009-2011 dalam perbulan. 10