TANTANGAN PEMBENTUKAN HOLDING BADAN USAHA MILIK NEGARA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
HOLDING BUMN: SELURUH SAHAM PEMERINTAH DI PGN DIALIHKAN KE PERTAMINA

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

REVISI PROYEK STRATEGIS NASIONAL

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BERKEMBANG WACANA HAPUS IZIN DPR BAGI BUMN UNTUK GO PUBLIC

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

USULAN TINDAK LANJUT KEBIJAKAN DEREGULASI UNTUK PEMERINTAH DAERAH

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2004 Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usa

Dukung Pemanfaatan Gas Bumi, PGN-ASDP Sepakat Operasikan Kapal Berbahan Bakar Ganda di Merak-Bakauheni

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Ekonomi Bisnis dan Financial

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Revolusi Industri Global

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA BOROBUDUR

2017, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (L

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah

Implementasi Regulasi Konglomerasi Keuangan di Indonesia

2016, No Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. makin popular untuk banyak perusahaan (Lodorfos dan Boateng 2006 dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POKOK POKOK PENGATURAN TENTANG PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK KREDIT USAHA KECIL (KUK)

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Hasil survei tentang pentingnya TI bagi organisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya adalah melakukan restrukturisasi. Alasan utama restrukturisasi untuk

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

I. Permasalahan yang Dihadapi

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai tujuan

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Transkripsi:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XI, No.01/I/Puslit/Januari/2019 19 TANTANGAN PEMBENTUKAN HOLDING BADAN USAHA MILIK NEGARA DI INDONESIA Lisnawati Abstrak Skema holdingisasi BUMN merupakan salah satu strategi untuk membuat perusahaan plat merah mendunia. Holding company diharapkan membuat BUMN bersinergi antar-anak perusahaan melalui koordinasi, pengendalian, serta pengelolaan yang dilakukan oleh induk perusahaan, sehingga memperkuat keuangan, aset, dan prospek bisnis. Namun pembentukan holding tidaklah mudah, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, tulisan ini mengkaji tantangan pembentukan holding BUMN dan strategi untuk menghadapinya. Tantangan dalam pembentukan holding antara lain berkaitan dengan kewenangan, pengembangan korporasi, efisiensi, potensi monopoli, spend of control, dan independensi pengelolaan BUMN. Strategi yang perlu dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut antara lain pemahaman target pasar secara detail, due diligence secara akurat, adaptasi budaya, koordinasi dengan KPPU, independensi dan penanganan pre-merger integration. Hal itu penting dilakukan agar holding BUMN dapat berhasil. Peran DPR juga sangat dibutuhkan dalam mengawal penyusunan revisi UU BUMN dan penyelarasan regulasi terkait supaya pembentukan holding BUMN di Indonesia memiliki landasan regulasi yang kuat. PUSLIT BKD Pendahuluan Dalam debat kelima calon presiden dan wakil presiden Pemilu 2019, wacana holding dan super holding BUMN kembali menghangat ketika kandidat Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa skema holdingisasi BUMN merupakan salah satu strategi untuk membuat perusahaan plat merah terus berkembang dan berekspansi hingga keluar negeri. (Bisnis Indonesia, 16 April 2019). Kekuatan holding BUMN yang besar akan memudahkan BUMN mencari permodalan dan akses proyek di luar sehingga ke depan BUMN tidak lagi membebani pemerintah, terutama dalam hal pembiayaan. Saat ini Kementerian BUMN tengah mempersiapkan pembentukan beberapa perusahaan induk (holding company) berdasarkan sektor bisnis. Adapun tujuan pembentukan

holding company adalah agar BUMN dapat saling bersinergi antar-anak perusahaan melalui koordinasi, pengendalian, serta pengelolaan yang dilakukan oleh induk perusahaan untuk memperkuat keuangan, aset, dan prospek bisnis. Pembentukan holding company dinilai dapat menghasilkan penciptaan nilai (value creation), efisiensi, dan menambah kapasitas perusahaan. Potensi holding BUMN di Indonesia sangat besar. Berdasarkan laporan kinerja BUMN tahun 2018 untuk aset dan laba BUMN naik signifikan dibanding tahun sebelumnya. Hingga 31 Desember 2018, total aset BUMN telah menembus angka Rp8.092 triliun dimana aset BUMN tersebut naik Rp882 triliun dari capaian 2017 sebesar Rp7.210 triliun. Total laba BUMN juga tumbuh menjadi Rp188 triliun dari laba 2017 sebesar Rp186 triliun. Total aset yang sangat besar tersebut akan meningkatkan posisi tawar entitas bisnis Indonesia di dunia internasional. (Bisnis Indonesia, 4 April 2019). Menurut pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, BUMN di Indonesia belum efisien dan holding BUMN sangat perlu dilakukan mengingat jumlah BUMN di Indonesia sangat besar. (BUMN Track, Januari 2015). Berdasarkan data Kementerian BUMN, jumlah BUMN pada akhir tahun 2018 mencapai 143 perusahaan. Namun dari 143 BUMN hanya 20 BUMN yang berkontribusi menghasilkan 90% dari total pendapatan seluruh BUMN. Artinya, terjadi pareto condition. Pembentukan holding company BUMN merupakan suatu inisiatif value creation untuk mengubah komposisi pareto sehingga diharapkan lebih banyak BUMN berkontribusi terhadap pendapatan. Membentuk holding tidaklah mudah, terdapat beberapa tantangan dalam pembentukan holding maupun super holding BUMN di Indonesia, antara lain dasar hukum pembentukan holding, pengembangan korporasi, efisiensi, pengembangan korporasi, potensi monopoli, pengawasan korporasi, dan independensi pengelolaan BUMN. Berkaitan dengan hal di atas maka tulisan ini mengkaji tantangan yang dihadapi dalam pembentukan holding BUMN di Indonesia dan strategi menghadapi tantangannya. Best Practise Holding BUMN di Negara Lain Holding BUMN dimulai saat krisis moneter tahun 1998 pada masa kepemimpinan Tanri Abeng. Dalam blue print BUMN, sebagai upaya untuk menghasilkan value creation, BUMN diklaster ke dalam beberapa kelompok. Lalu dibuat beberapa holding agar spend of control dari pemerintah menjadi mudah. Ide awal dari pemilihan holding company adalah optimalisasi manajemen. Perusahaan holding induk dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer (CEO) yang melaporkan kinerja perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sampai saat ini, pemerintah telah membentuk enam sektor bisnis holding BUMN, antara lain holding pupuk yang diinduki oleh PT. Pupuk Indonesia dengan membawahi 10 anak perusahaan; holding pertambangan yang diinduki PT. Indonesia Asahan Aluminium; holding semen; holding 20

21 perkebunan; holding kehutanan; dan holding minyak dan gas yang diinduki oleh PT. Pertamina. Namun masih terdapat beberapa sektor bisnis yang masih dalam proses holding seperti perumahan, perbankan dan jasa keuangan, infrastruktur, asuransi, survei, farmasi, dan pelabuhan. Ke depan juga akan dibentuk holding transportasi udara, maritim, pertahanan, dan holding national publishing and news corporation. Holding BUMN ini terinspirasi dari keberhasilan holding yang dilakukan negara lain seperti Temasek Singapura dan Khazanah Malaysia. Temasek adalah perusahaan pengelola investasi yang independen dan profesional yang mengelola aset-asetnya untuk tujuan komersial. Tujuan pendirian Temasek adalah memaksimalkan keuntungan sekaligus menggantikan peran Kementerian Keuangan yang sebelumnya menjadi pengelola aset dan penentu kebijakan investasi BUMN. Pembentukan Temasek merupakan komitmen pemegang saham atas investasi yang telah ditanamkan untuk dikelola secara komersial sehingga peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan regulasi di pasar. Dengan dibentuknya Temasek maka peran Menteri Keuangan hanya sebagai pemegang saham saja. Di Malaysia, Pemerintah Malaysia mendirikan Khazanah Nasional pada tahun 1993. Khazanah merupakan investment holding milik Pemerintah Malaysia yang diamanahkan untuk mengelola aset-aset komersial milik pemerintah dan melakukan investasi strategis. Selain itu Khazanah juga berperan membangun industri strategis di Malaysia. Keberhasilan Temasek dan Khazanah hingga akhirnya bisa memiliki saham di berbagai negara dan mencatatkan kinerja yang stabil setiap tahunnya perlu dicontoh super holding BUMN Indonesia ke depan. Pada tahun 2018, Temasek berhasil memperoleh laba SGD 26,8 miliar dari total pendapatan SGD 107 miliar. Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang terdiversifikasi di seluruh dunia, otonomi penuh pada model manajemen holding investasi, dan telah memiliki manajemen yang baik. (www.market.bisnis.com, 13 Maret 2019). Tantangan Holding Company BUMN Indonesia Pembentukan holding BUMN di Indonesia memiliki beberapa tantangan. Pertama, kewenangan pembentukan holding. Batasan terkait kewenangan Menteri Keuangan dan Menteri BUMN dalam hal kuasa atas kekayaan negara yang dipisahkan dan peran untuk melakukan pembinaan dan merumuskan kebijakan nasional terkait kelembagaan BUMN masih perlu diselaraskan. Penyelarasan juga perlu dilakukan pada pendelegasian wewenang Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam RUPS, sebagaimana ditetapkan dalam PP No. 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menyebabkan permasalahan dalam pelaksanaannya. Definisi menteri dalam UU No. 19 Tahun 2003 adalah menteri yang ditunjuk dan/ atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada Persero dan

pemilik modal pada Perum. Pasal 6 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan (Pasal 6 ayat 2 huruf a). Sementara Pasal 7 ayat 2 huruf h UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menempatkan uang negara dan mengelola/ menatausahakan investasi. Dalam UU Keuangan Negara jelas disebutkan bahwa Menteri Keuangan yang menjadi wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan yang dipisahkan. Maka, bisa ditafsirkan kata menteri di dalam UU BUMN merujuk pada Menteri Keuangan selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum. PP No. 41 Tahun 2003 seharusnya tidak dapat dijadikan dasar hukum yang kuat atas kewenangan menteri BUMN tersebut. Penyelarasan Peraturan Pemerintah dan Revisi UU BUMN sangat penting dilakukan oleh DPR agar payung hukum pembentukan holding lebih kuat. Kedua, pengembangan korporasi. Holding BUMN memiliki tantangan dalam mengembangkan korporasi. Berdasarkan IMD World Competitivenes Yearbook 2018, ketidaksiapan menghadapi pesaing perusahaan multinasional, tingginya biaya logistik, kesulitan adaptasi menjadi perusahaan skala regional, serta terbatasnya international talent yang membuat peringkat daya saing Indonesia stagnan. BUMN harus memahami target pasar secara detail, due diligence secara akurat, adaptasi budaya dan penanganan pre- merger integration agar BUMN dapat bersaing di kancah internasional. Integrasi BUMN dalam proyekproyek strategis juga sangat dibutuhkan, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk berbagai kepentingan, baik dalam rangka efisiensi biaya, pembangunan, maupun perluasan pasar. Ketiga, efisiensi. Skema holding BUMN memungkinkan anak usaha di dalamnya berbagi peran ketika menjalankan sebuah proyek. Bersatunya sejumlah entitas bisnis sejenis membuat alat operasional dapat digunakan bersamasama. Hal itu tentu menghemat pengeluaran dibandingkan jika setiap BUMN melakukan investasi masing-masing. Holding BUMN akan memperkecil jumlah BUMN dan mempermudah pemerintah melakukan pengawasan BUMN. Dalam upaya untuk mengurangi spend of control Kementerian BUMN, maka opsi pengurangan BUMN perlu direalisasikan, baik melalui percepatan pembentukan holding company yang lain ataupun melalui langkah divestasi/likuidasi. Untuk BUMN yang lemah, pemerintah sebaiknya tidak segan melakukan likuidasi sehingga holding company tidak terbebani dengan BUMN yang lemah. Keempat, potensi monopoli. Monopoli dalam pengelolaan prasarana dan sarana publik yang strategis dapat terjadi jika telah terbentuk holding, dan tidak menutup kemungkinan akses publik akan 22

23 terjadi secara selektif dan hanya menekankan pada kepentingan profit semata. Sangat penting bagi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengawasi terjadinya potensi holding BUMN. Pasal 35 huruf e UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa KPPU dapat memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktik persaingan usaha tidak sehat. Untuk itu, pemerintah dan KPPU harus saling bersinergi terkait aspek persaingan usaha. Kelima, spend of control. Pengawasan yang ketat oleh pemerintah dan BPK merupakan kunci utama dalam mencegah terjadinya praktik yang tidak diinginkan dan merugikan BUMN. Persoalannya, holding BUMN akan memperlemah pengawasan pemerintah/bpk karena terjadi penurunan level atau kelonggaran pengawasan. Pemerintah tidak lagi mengawasi langsung, melainkan harus melalui BUMN holding. BUMN sekarang akan menjadi anak perusahaan, dan anak usahanya akan menjadi cucu perusahaan holding. Corporate action dapat dilakukan dengan lebih mudah dan longgar, penjualan aset anak dan cucu perusahaan dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa berpikir jangka panjang, orientasi profit di kedepankan. Diperlukan formulasi yang jelas terkait pengelolaan dan pengawasan BUMN sesuai prinsip good governance dengan business judgement rules. Keenam, independensi pengelolaan BUMN. Model pengelolaan BUMN dengan menempatkan institusi pengelola BUMN sebagai bagian pemerintah terbukti kurang efektif mewujudkan independensi pengelolaan BUMN yang profesional. Menempatkan institusi pengelola BUMN (dalam hal ini Kementerian BUMN) menjadi bagian dari pemerintah, secara tidak langsung telah menjadikan BUMN sebagai institusi birokrasi dan pemerintah bukan sebagai institusi bisnis. Kondisi inilah yang akhirnya membuka peluang bagi siapa saja yang mengaku stakeholders BUMN untuk melakukan intervensi terhadap BUMN. Karenanya, sudah saatnya institusi pengelola BUMN ditata ulang dengan mengacu pada best practices, yaitu menjalankan pengelolaan BUMN secara profesional dan bebas intervensi politik. Penutup Skema holdingisasi BUMN merupakan salah satu strategi untuk membuat perusahaan plat merah mendunia. Terdapat beberapa tantangan dalam pembentukan holding maupun super holding BUMN di Indonesia, antara lain kewenangan pembentukan holding, pengembangan korporasi, efisiensi, potensi monopoli, spend of control, dan independensi pengelolaan BUMN. Banyak hal yang harus dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut, antara lain pemahaman target pasar secara detail, due diligence secara akurat, adaptasi budaya, koordinasi dengan KPPU, independensi serta penanganan pre-merger integration yang penting dilakukan agar holding BUMN dapat berhasil. Dalam melaksanakan fungsi legislasi, peran DPR diperlukan untuk segera melakukan revisi UU BUMN bersama pemerintah, dan mendorong pemerintah dalam menyelaraskan regulasi turunan terkait. Dalam hal pengawasan, DPR harus mengawasi kinerja

BUMN, terutama dalam proses pembentukan holding ini sehingga diharapkan BUMN Indonesia dapat memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional dan penerimaan negara. Referensi Emiten BUMN Panen Laba, Bisnis Indonesia, 4 April 2019, hal. 1. Super Holding, Ambisi Korporasi Kelas Dunia, Bisnis Indonesia, 16 April 2019, hal. 1. Super Holding Harus Digagas Secepatnya, BUMN Track, Edisi No. 90 Tahun VIII Januari 2015. Super Holding BUMN Perlu Direalisasikan, Ini Kuncinya!, 29 April 2019, https://www.cnbcindonesia.com/ market/20190429121214-17-69391/ super-holding-bumn-perludirealisasikan-ini-kuncinya, diakses 30 April 2019. Tantangan Holding Company BUMN, 13 November 2018, https://sumatra.bisnis.com/read, diakses 28 April 2019. Tantangan Integrasi BUMN, 17 Mei 2018, https://kolom.tempo.co/ read/, diakses 30 April 2019. 20 BUMN Disebut Mampu Saingi Khazanah Malaysia & Temasek Singapura, 13 Maret 2019, https://market.bisnis.com/read, diakses 30 April 2019. 24 Lisnawati lisnawati@dpr.go.id lisnawati.dpr@gmail.com Lisnawati S.Si., M.S.E., menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia pada tahun 2005 dan pendidikan S2 ilmu ekonomi universitas indonesia pada tahun 2008. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda kepakaran Ekonomi Terapan pada Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: "Pembangunan Sektor Perikanan Laut dan Pemberdayaan Nelayan" (2010), "Kebijakan Penetapan Upah Minimum di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta" (2013), dan "Implementasi Sistem Keuangan Pusat dan Daerah dalam Memperkuat Perekonomian Nasional" (2015). Info Singkat 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit.