BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

Bab II. Tinjauan Pustaka

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu yang mrendukung penelitian ini : 1. Danny Oktanto dan Muhammad Nuryatno (2014)

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Penelitian ini membutuhkan kajian sebagai berikut : yang terjadi dalam suatu perusahaan. menggambarkan kinerja perusahaan.

BAB II. yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Hendra (2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

Repositori STIE Ekuitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refrensi penulisan pada penelitian sekarang. Berikut ini adalah uraian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode (Kasmir, 2016). Menurut Fahmi (2013) Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2015:2), Laporan keuangan adalah : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. 13

14 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Tahun (2015) tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan laporan keuangan menurut Fahmi (2013) adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter. Sedangkan menurut Kasmir (2016) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu : a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta), kewajiban, dan modal uang yang dimiliki perusahaan saat ini. b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. c. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. d. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

15 2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi yang di dapat dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan yang ada dan kemudian membuat keputusan yang rasinal untuk memperbaiki kinerja perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan (Hery, 2016). Menurut Harahap (2015) Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengatahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dan proses menghasilkan keputusan yang tepat pada masa mendatang. 2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2016) menyatakan bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

16 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang terjadi pada perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja menajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusaaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.3 Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan dalam penggunaannya dari suatu perusahaan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dan membantu memprediksi nilai perusahaan yang akan datang dengan menghitung dari laporan keuangan diperiode sebelumnya. Berikut ini pengertian rasio keuangan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya : Menurut Harahap (2015) rasio keuangan merupakan penyederhanaan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara setiap pos dan membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi serta dapat memberikan penilaian. Menurut Kasmir (2016) rasio keuangan

17 merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi. Rasio keuangan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah salah satu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan menggunakan formulaformula yang dianggap representative untuk diterapkan. Rasio keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan (Fahmi, 2013). 2.3.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2015) analisis rasio keuangan mempunyai manfaat sebagai berikut : a. Rasio merupakan angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan. c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d. Bermanfaat untuk bahan mengisi model pengambilan keputusan dan model prediksi. e. Menstrandarisasi size perusahaan. f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

18 g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Sedangkan menurut Fahmi (2013) manfaat dari analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut : a. Untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan b. Bagi pihak manajemen bermanfaat sebagai rujukan untuk membuat perencanaan c. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi, diakaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengambilan pokok pinjaman. e. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. 2.3.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasiorasio keuangan yang mencerminkan aspek tertentu. Rasio keuangan diperoleh dengan cara menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Menurut Martono dan Harjito (2010) analisis rasio keuangan terbagi kedalam 4 kategori pengukuran, yaitu : 1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur

19 kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenui jangka pendek. 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang. 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio Aktivitas dikenal juga sebagai rasio efisien, yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya. 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Menurut Van Horne & Wachowicz (2012) jenis-jenis rasio keuangan terdiri dari : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio ini membandingkan liabilitas jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut. Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas menurut Kasmir (2016:132), adalah : 1. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar

20 kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar. 3. Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktia lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah. 4. Mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5. Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. 7. Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan menbandingkannya untuk beberapa periode. 8. Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. 9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

21 Secara umum rasio likuiditas ada 2 (dua) yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). a. Rasio Lancar (Current Ratio) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Current rasio yang rendah menunjukkan terjadinya masalah likuiditas. Sebaliknya, Current rasio tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya. Dalam praktiknya seringkali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai berikut: Aset Lancar Current Ratio CR = Liabilitas Jangka Pendek Apabila suatu perusahaan menetapkan bahwa Current ratio yang harus dipertahankan adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap utang lancar sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar Rp.3,00. Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi dianggap tidak baik. Bagi pihak manajer memiliki current ratio yang tinggi dianggap baik, bahkan bagi kreditur dipandang perusahaan tersebut dalam keadaan yang kuat. Namun bagi para pemegang

22 saham ini dianggap tidak baik, dalam artian manajer perusahaan tidak mendayagunakan current ratio secara baik dan efektif. b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar. Persediaaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick Ratio,karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya (Van Horne & Wachowicz, 2012). Penggunaan quick ratio untuk menentukan tingkat likuiditas, secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai quick ratio kurang dari 1 : 1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya ( Bambang Riyanto dalam (Fahmi) (2013)). Adapun rumus quick ratio sebagai berikut : ( ) = Aset Lancar Persediaan Liabilitas Jangka Pendek Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio lancar atau current ratio (CR). Menurut (Subramanyan & John, 2012) alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuditas mencakup kemampuannya untuk mengukur : a) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.

23 b) Penyangga Kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi. c) Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari rasio solvabilitas menurut Kasmir (2016:153), adalah : 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor). 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga) 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

24 5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva. 6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiao rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. 7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki. Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas menurut Kasmir (2016 : 154), yaitu : 1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. 2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap ( seperti angsuran pinjaman termasuk bunga) 3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. 5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. 6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. 7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

25 berikut : Menurut Fahmi (2013) rasio solvabilitas terdiri dari beberapa jenis sebagai a. Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Assets Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Rasio utang terhadap aset digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset (Hery, 2016). Adapun rumus debt to asset ratio sebagai berikut : Total Utang Debt to assets ratio DAR = Total Assets Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aset perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Sebagai contoh, jika dalam akhir tahun suatu perusahaan memiliki debt to asset ratio sebesar 0,45 hal ini menunjukkan bahwa 45 persen dari aset perusahaan didanai oleh utang (dari berbagai jenis), sementara sisanya 55 persen pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham. Semakin besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditur (Van Horne & Wachowicz, 2012). b. Debt to equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan modal (equity) dalam pendanaan

26 perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi semua kewajibannya. Semakin kecil rasio semakin baik, maksimal debt to equity ratio adalah 1 (satu). Total Utang Debt to Equity Ratio DER = Ekuitas Pemegang Saham Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditur (margin perlindungan) jika penyusutan nilai aset atau kerugian besar. Sebagai contoh, jika dalam akhir tahun suatu perusahaan memiliki debt to equity ratio sebesar 0,81 hal ini menunjukkan bahwa para kreditur memberikan 0,81 pendanaan untuk untuk setiap Rp.1 yang diberikan oleh pemegang saham. Para kreditur secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah (Van Horne & Wachowicz, 2012). c. Times Interest Earned Times Interest Earned adalah rasio ini menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil times interest earned ratio makin besar risikonya (tidak mampu membayar bunga hutang). Nilai yang dianggap baik bagi perusahaan berada di antara 3,0 5,0. Time Interest Earned = Earning Before Interst and Tax (EBIT) Interest Expense

27 d. Fixed Payment Coverage Ratio Fixed Payment Coverage merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar beban yang ada, misalnya pembayaran bunga dan pokok pinjaman, sewa guna, dan dividen saham preferen. (EBIT) + Biaya Sewa fixed Payment Coverage Ratio = Bunga + Biaya Sewa Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil Fixed-Payment Coverage Ratio makin besar risikonya, baik bagi perusahaan maupun bagi kreditor. Sebaliknya makin besar rasionya, makin kecil risiko perusahaan tidak mampu menutup beban tetapnya. Jika diasumsikan bahwa sebuah perusahaan tahun 2017 memiliki lease payment Rp.56 juta, membayar pokok pinjaman Rp.71 juta, dan dikenai pajak 40% maka Fixed Payment Coverage Ratio = 1.71 X (Rp.567.6 juta + Rp.56 juta, hasilnya dibagi Rp.176 juta + Rp.56 juta + (Rp71 juta + Rp.8 juta)/0.6). e. Long Term Debt to Total Capitalizatiom Long Term Debt to Total Capitalizatiom disebut juga dengan utang jangka panjang/total kapitalisasi. Long Term Debt to Total Capitalizatiom merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber dari utang jangka panjang, seperti obligasi. Long term debt Long term debt = Long term debt + ekuitas pemegang saham

28 f. Cash Flow Adequency Cash Flow Adequency disebut juga dengan rasio kecukupan arus kas. Kecukupan arus kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menutup pengeluaran modal, utang jangka panjang, dan pembayaran dividen setiap tahunnya. Arus kas dari aktivitas operasi Cash Flow Adequency = Pengeluaran m odal + Pelunasan Utang + Bayar Dividen Rasio solvabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio Debt to Asset Ratio (DAR). Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan total utang dengan total aset. Menurut Oktanto & Nuryatno (2014) berpengaruhnya debt to total asset terhadap perubahan laba menunjukkan bahwa hasil penggunaan dana utang untuk membiayai aset yang digunakan perusahaan dapat membantu proses produksi untuk meningkatkan penjualan. 3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Merupakan rasio yang menghubungkan laba dengan penjualan dan investasi. Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat dari rasio profitabilitas menurut Kasmir (2016:197-198), adalah : 1. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

29 2. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. 7. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 8. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 9. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 10. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 11. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio-rasio profitabilitas umumnya terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut: a. Return On Assets (ROA) Menurut Kasmir (2016:201) ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada. Return On Asset (ROA)

30 atau yang sering disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajakterhadap total aktiva (JamesVan Horne dan John M. Wachowicz) Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut Return On Assets (ROA) = b. Return On Equity (ROE) Rasio ini memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan sebuah indutri yang sama. ROE yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Adapun rumus return on equity sebagai berikut : Return On Equity (ROE) = c. Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin merupakan margin laba kotor yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang

31 maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan pelanggan. Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio tersebut merupakan pengukur efisiensi opersi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan laba bruto per rupiah dari penjualan yang dilakukan. Jika gross profit margin sebuah perusahaan sebesar 3 berarti bahwa setiap Rp.1 penjualan menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 3. = Harga Pokok Penjualan Penjualan d. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan bebanbeban yang berkaitan dengan penjualan. Jika suatu perusahaan menurunkan beban relatifnya terhadap penjualan maka perusahaan tentu akan mempuyai lebih banyak

32 dana untuk kegiatan-kegiatan usaha lainnya (Gitman, 2008:67).Semakin tinggi NPM, maka semakin baik operasi perusahaan. NPM dihitung dengan menggunakan rumus: ( ) = Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio Return On Assets (ROA). Menurut Sudana (2011) return on asset adalah salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan, atau dengan kata lain jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering digunakan, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. 4. Rasio Cakupan Rasio cakupan (coverage ratio) didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya. Salah satu dari rasio cakupan yang paling tradisional adalah rasio cakupan bunga (interestcoverage ratio), atau kelipatan bungadihasilkan. Rasio ini hanyalah rasio laba

33 sebelum bunga dan pajak untuk periode pelaporan tertentu dengan jumlah beban bunga untuk periode tersebut berikut ini. 5. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal (Fahmi, 2013). 2.4 Pertumbuhan Laba Menurut Harahap (2008), pertumbuhan laba adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun lalu. Laba merupakan salah satu indikator kesuksesan suatu badan usaha karena laba dapat dijadikan ukuran efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Semakin tingginya laba merupakan satu cerminan keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya (Hindiantoro, 2013:13). Pengertian laba menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 25 (2015) menyatakan bahwa : Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperoleh sebaliknya.

34 Menurut Kasmir (2016) definisi laba adalah: Laba merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Menurut Harahap (2008) rumus untuk menghitung pertumbuhan laba adalah sebagai berikut : Yit= Y it- Y it _ 1 Y it _ 1 Dimana : Δ Yit Yit Yit-1 = Pertumbuhan laba pada periode tertentu = Laba perusahaan i pada tahun t (tahun ini) = Laba perusahaan i pada t-1 (tahun lalu) 2.4.1 Tujuan Pelaporan Laba Menurut Hendriksen dan Van Breda (2000:331) tujuan utama pelaporan laba yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Sedangkan salah satu tujuan dasar yang diasumsikan paling penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan, laba antar saham dan arus kas sebagai bagian dari proses deskriptif dan akuntansi. Tujuan yang lebih spesifik mencakup (Hendriksen dan Van Breda 2000) : 1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen

35 2. Penggunaan laba angka historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan atau pemabagian deviden masa depan 3. Pengunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan manajemen masa depan. 2.4.2 Karakteristik Laba Menurut Ghozali dan Chairi (2007), menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut : (a) Laba didasarkan pada transakasi yang benar-benar terjadi; (b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu; (c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan; (d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan (e) Laba didasarkan pada prinsip penandingan antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan. 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba antara lain pada tabel 2.1.

36 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Variabel yang digunakan Grisely (2015) Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Jurnal Jom FEKON. Vol. 2 No. 1 Februari Variabel Independen: Current Ratio (CR), Debt Ratio (DR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Total Asset Turnover (TAT) dan Gross Profit Margin (GPM) Variabel Dependen: Perubahan Laba Alat Analisis Analisis Regresi Berganda Hasil Penelitian Current Ratio (CR), Debt Ratio (DR), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap perubahan laba dan Total Asset Turnover (TAT) dan Gross Profit Margin (GPM) tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Danny Oktanto dan Muhammad Nuryanto (2014) Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol.13 No.1. Ade Gunawan dan Sri Fitri Wahyuni (2013) Jurnal Manajemen & Bisnis Vol 13 No. 01 April Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perdagangan Di Indonesia Variabel Independen: Quick Ratio (QR), Debt to equity ratio (DER), Debt to assets Ratio (DAR), Inventory Turnover (ITO), Total Assets Turnover (TATO) Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba Variabel Independen : Total Assets Turnover (TATO), Fixed asstes turnover (FATO), Inventory Turnover (ITO), Current Ratio (CR), Debt to equity ratio (DER), Debt to assets Ratio (DAR) Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda DER, DAR, TATO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. QR dan TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan laba perusahaan. Secara keseluruhan rasio keuangan tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Total Assets Turnover, Fixed asstes turnover, memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Current Ratio, Debt to equity ratio, Debt to assets Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba

37 I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra (2012) Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 7, No.2 Juli 2012 Isri Yusmarni (2015) Pengaruh rasiorasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terfaftar di BEI Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI periode 2009-2013 Variabel Independen : Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Profit Margin, Total Assets Turnover dan Pertumbuhan Laba Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba Variabel Independen : Current Ratio, Debt To Assets Ratio, Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin, Return On Assets dan Return On Equity Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Current ratio, Debt To Equity Ratio, Profit Margin, Total Assets Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaa manufaktur yang terdaftar di BEI. Current Ratio, Debt To Assets Ratio, Debt To Equity Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba sedangkan Return On Assets dan Return On Equity berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba. Yesi Astuti Kurniawti (2017) Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. Vol. 6. No. 3, Maret 2017 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Cosmetics and Household Variabel Independen : Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Receivable Turn Over (RTO), Inventory Trun Over (ITO), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) Variabel Dependen: Pertumbuhan laba. Regresi Berganda Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan, Debt to Equity Ratio dan Receivable Turn Over berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perubahan laba. Sedangkan Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Trun Over, Net Profit Margin, Return on Investment berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perubaha laba. Ima Andriyani (2015) Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.3 Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : Current Ratio (CR), Debt to asset ratio (DAR), the total asset turnover (TATO) dan return on assets (ROA) Analiss Regresi Berganda Current Ratio (CR), Debt to asset ratio (DAR), the total asset turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. sedangkan return on assets (ROA)

38 Indonesia Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba. berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2.6 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Hindiantoro, 2013). Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajamen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut dapat dibandingkan untuk satu tahun atau dua tahun atau lebih, sehingga dapat diperoleh data yang mendukung dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan yang berkaitan dalam pertumbuhan laba periode tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan proses dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisisrasio keuangan dapat memberikan gambaran hubungan perkiraan-perkiraan laporan

39 keuangan. Sehingga perusahaan akan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk keperluan perusahaan nantinya untuk kelangsungan perusahaan. 2.6.1 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Pertumbuhan Laba Menurut Kasmir (2016) Rasio Lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik pula kinerja perusahaan yang dicapai, hal ini menandakan bahwa perusahaan telah menggunakan aktiva secara maksimal sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan dan akhirnya dapat meningkatkan laba. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi current ratio suatu perusahaan akan semakin tinggi pula pertumbuhan laba dan sebaliknya semakin rendah current ratio suatu perusahaan akan semakin rendah pula pertumbuhan laba (Mahaputra, 2012) kesimpulan tersebut didukung dengan beberapa penelitian, diantaranya Grisely (2015) dan Kurniawati (2017) menyatakan bahwa current ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan laba. 2.6.2 Pengaruh Debt to assets ratio (DAR) terhadap Pertumbuhan Laba Debt to assets ratio adalah rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio ini mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang (Fahmi, 2013).

40 Menurut Syamsuddin (2009), Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan kata lain, Debt Ratio merupakan besarnya hutang untuk membiayai aktiva. Disini porsi hutang dan aktiva akan menentukan seberapa besar laba yang diperoleh selama tahun berjalan. Besarnya hutang perusahaan terhadap pihak ketiga guna untuk meningkatkan modal usaha perusahaan yang secara langsung didistribusikan ke dana kas perusahaan yang merupakan aktiva perusahaan. Kemudian dikonversikan dana kas tadi kedalam bentuk persediaan barang dagang (inventory) yang dikemudian hari dengan pengharapan menciptakan penjualan yang tinggi serta perputaran aktiva yang cepat, sehingga dapat menutupi hutang-hutangnya tadi dengan cepat dan pada akhirnya dapat memperoleh laba yang tinggi pula. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi juga pertumbuhan laba yang diperoleh, tetapi jika dalam operasional perusahaan tidak dapat mengelola rasio ini dengan baik, maka hasilnya akan buruk. Kesimpulan tersebut didukung dengan beberapa penelitian diantaranya, Oktanto & Nuryatno (2014), Grisely (2015) dan Yusmarni (2015) menyatakan bahwa Debt to Assets Ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 2.6.3 Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba Menurut Kasmir (2016) Return On Assets (ROA) digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total

41 aset yang dimiliki. Return On Asset(ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada, return on asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain, dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya (Sudana, 2011). Kesimpulan tersebut didukung dengan beberapa penelitian diantaranya, Permata & Fuadati (2016) dan Andriyani (2015) menyatakan bahwa Return On Asstes berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. 2.6.4 Pengaruh CR, DAR, ROA terhadap Pertumbuhan Laba Rasio keuangan digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang dapat dijadikan sebagai alat prediksi dimasa depan (Fahmi, 2013). Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio pengukur likuiditas, CR dihitung dengan cara membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Dengan meningkatnya CR perusahaan diharapkan makin mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan dapat fokus untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan diharapkan akan meningkatkan laba perusahaan, sehingga mendorong terjadinya peningkatakan pertumbuhan laba (Hutabarat, 2013). Debt to Assets Ratio dihitung dengan cara membagi total utang dengan total aset. Menurut Oktanto & Nuryatno (2014) berpengaruhnya debt to total asset terhadap perubahan laba menunjukkan bahwa hasil penggunaan dana utang untuk

42 membiayai aset yang digunakan perusahaan dapat membantu proses produksi untuk meningkatkan penjualan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan laba. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi (Kasmir, 2016). Perhitungan rasio ROA dilakukan dengan cara membandingkan laba sebelum pajak dan rata-rata total asset. Semakin tinggi rasio ROA menandakan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya dalam menghasilkan keuntungan. Current Ratio (CR) Debt to Assets Ratio (DAR) Pertumbuhan Laba Return On Assets (ROA) Gambar 2.1 Paradigma Konseptual Penelitian

43 Keterangan: : Parsial ------------- : Silmutan 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakan pernyataan tentatif antara dua variable atau lebih (Sujarweni, 2015). H1 : Current rasio (CR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan Laba pada Perusahaan Retail yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. H2 : Debt to assets ratio (DAR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan Laba pada Perusahaan Retail yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. H3 : Return On Asset berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan Laba pada Perusahaan Retail yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. H4 : Secara Silmutan Current rasio (CR), Debt to assets ratio (DAR) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan Laba pada Perusahaan Retail yang terdaftar di BEI periode 2013-2016.