2.2.9 Konsep Wisatawan BAB III Lokasi Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Jenis dan Sumber Data

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. n masyarakat global, regional, dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature), maka

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pelesir. Menemukan Sisi Lain. Hutan. Travel 3Sixtyo Indonesia/Januari 2015

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. budaya, suku serta memiliki adat istiadat yang unik di masing masing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Denpasar,28 Juli Gusti Made Sugiwinata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima

BAB I PENDAHULUAN. Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN ABSTRAK... i ABSTRACK... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... xiii BAB I... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 6 1.4.1 Manfaat Akademis... 7 1.4.2 Manfaat Praktis... 7 1.5 Sistematika Penulisan... 7 BAB II... 9 2.1 HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA... 9 2.2 LANDASAN KONSEP ANALISIS... 11 2.2.1 Konsep Ekowisata... 11 2.2.2 Konsep Komponen Daya Tarik Wisata... 14 2.2.3 Konsep Mangrove... 15 2.2.4 Konsep Persepsi... 16 2.2.5 Konsep Pengelolaan... 17 2.2.6 Konsep Pelayanan... 19 2.2.7 Konsep Promosi... 19 2.2.8 Konsep Strategi Pengelolaan... 20 1

2.2.9 Konsep Wisatawan... 22 BAB III... 24 3.1 Lokasi Penelitian... 24 3.2 Ruang Lingkup Penelitian... 24 3.3 Jenis dan Sumber Data... 25 3.3.1 Jenis Data... 25 3.3.2 Sumber Data... 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data... 27 3.5 Teknik Penentuan Informan... 29 3.6 Teknik Penentuan Sampel... 30 3.7 Teknik Analisis Data... 31 BAB IV... 35 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35 4.1.1 Sejarah Perkembangan Nelayan Wanasari... 35 4.1.2 Ekowisata Kampoeng Kepiting... 39 4.2 Kondisi Eksisting di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 43 4.2.1 Karakteristik, Potensi, dan Keunikan Mangrove di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 45 4.2.2 Atraksi Wisata... 47 4.2.3 Aksesibilitas... 54 4.2.4 Amenitas (Fasilitas)... 54 4.2.5 Ancilary (Kelembagaan)... 59 4.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata Kampoeng Kepiting... 72 4.3.1 Karakteristik Responden... 73 4.3.2 Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Wisata di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 79 4.3.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Wisata di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 84 4.3.4 Persepsi Wisatawan Terhadap Aksesibilitas di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 87 4.3.5 Persepsi Wisatawan Terhadap Pelayanan di Ekowisata Kampoeng Kepiting... Error! Bookmark not defined. 2

4.3.6 Persepsi Wisatawan Terhadap Promosi di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 91 4.4 Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove dalam Menarik Kunjungan Wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 94 4.4.1 Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove... 95 4.4.2 Strategi dalam Menarik Kunjungan Wisatawan ke Ekowisata Kampoeng Kepiting... 100 4.4.3 Strategi Prioritas Pengelolaan Ekosistem Mangrove dalam Menarik Kunjungan Wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting... 102 BAB V... 107 5.1 Simpulan... 107 5.2 Saran... 108 DAFTAR PUSTAKA... 110 LAMPIRAN... 113 3

ABSTRAK A. Nama : Putu Wira Parama Suta B. Judul Penelitian : Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove dalam Menarik Kunjungan Wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting C. Jumlah Halaman : 108 D. Ringkasan : Masyarakat lokal Tuban yang berprofesi sebagai nelayan mencoba mengembangkan ekowisata yang berbasis edukasi dan konservasi Mangrove yang pembangunannya dimulai dari tahun 2012. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi terkini dari atraksi, fasilitas, aksesibilitas, dan kelembagaan di Ekowisata Kampoeng Kepiting. Selain itu juga untuk mendapatkan gambaran wisatawan terkait atraksi, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan dan promosi yang telah dilakukan pengelola Ekowisata Kampoeng Kepiting dan untuk mendapatkan strategi dalam pengelolaan ekosistem Mangrove untuk menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting Desa Adat Tuban, Bali. Metode untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini menggunakan deskriftip kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dokumen-dokumen kualitatif dan kuesioner. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling dan teknik penentuan sampel menggunakan quota sampling dan accidental sampling. Data kualitatif kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftip kualitatif dan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan skala likert. Gambaran dari kondisi saat ini di Ekowisata Kampoeng Kepiting dianalisis menggunakan konsep komponen daya tarik wisata (atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan kelembagaan), analisis persepsi wisatawan menggunakan konsep persepsi (atraksi, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan dan promosi), dan strategi pengelolaan ekosistem Mangrove dianalisis menggunakan konsep strategi pengelolaan (differentiation, dan focus). Hasil penelitian menunjukkan Kondisi eksisting di Ekowisata Kampoeng Kepiting sudah terimplementasi sesuai dengan konsep ekowisata. Persepsi wisatawan yang berkunjung terhadap Ekowisata Kampoeng Kepiting tergolong baik. Wisatawan yang berkunjung didominasi wisatawan domestik. Strategi pengelolaan ekosistem Mangrove memiliki tiga poin penting yaitu 1) Kampanye lingkungan dengan program Mangrove talk 2) Revitalisasi jalur trekking dengan program memperbaiki jalur dan pembuatan jalur trekking dan, 3) pembentukan anggota kelompok masyarakat pengawas. Saran kepada pengelola Ekowisata Kampoeng Kepiting adalah untuk tetap mengacu pada konsep ekowisata dalam pengelolaan atraksi. pengelola juga harus memperhatikan fasilitas wisata yang rusak karena berhubungan dengan keselamatan dan kenyamanan wisatawan. E. Kata Kunci : Strategi Pengelolaan, Mangrove, Ekowisata, Ekowisata Kampoeng Kepiting 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran pariwisata alternatif untuk menekan dan mengurangi dampak yang terjadi akibat pariwisata masal atau mass tourism masih terus berusaha digalangkan oleh sebagian besar pihak. Pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan berpihak pada masyarakat lokal menjadi alasan semakin diperjuangkannya konsep pariwisata alternatif tersebut. Salah satu bagian dari pariwisata alternatif tersebut adalah ekowisata. Ekowisata adalah suatu perjalanan bertanggungjawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Arida, 2009). Peran ekowisata seperti yang digambarkan pada definisi menurut Arida diharapkan mampu menyelamatkan lingkungan dari dampak negatif yang dapat terjadi, terutama akibat dari pariwisata itu sendiri dalam hal ini adalah pariwisata masal yang cenderung memberikan dampak negatif yang besar. Selain dari pada penyelamatan lingkungan pengembangan pariwisata apapun konsepnya haruslah memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat lokal. Pengembangan ekowisata pada umumnya harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan seperti prinsip konservasi dan wisata, prinsip partisipasi masyarakat, dan prinsip edukasi (WWF Indonesia, 2009). 5

Salah satu contoh daya tarik wisata yang mengusung konsep ekowisata adalah Ekowisata Kampoeng Kepiting Mangrove Wanasari yang terletak di Desa Tuban Kecamatan Kuta, Bali. Ekowisata tersebut lokasinya berada di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 1, Tuban-Kuta. Akses menuju daya tarik ekowisata ini hanya perlu waktu 10 menit dari Air Port Ngurah Rai dan 35 menit dari Pusat Kota Denpasar. Daya tarik ekowisata ini sangat mudah di jangkau karena lokasinya berada di dekat Jln. Tol Bali Mandara tepatnya di sebelah tenggara sebelum Bundaran By Pass Ngurah Rai. Pengelola yang terlibat dalam operasional ekowisata ini merupakan masyarakat setempat yang mayoritas merupakan nelayan. Profesi sebagai nelayan digeluti oleh mereka yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau hewan laut lainnya yang hidup di perairan baik di air laut, air tawar, maupun air payau. Bagi mereka yang hidup dengan profesi sebagai nelayan kehidupan mereka sangat bergantung dengan hasil tangkapan yang diperolehnya. Selain dari cuaca yang merupakan aktivitas alami, aktivitas manusia juga mempengaruhi keadaan ekosistem dan juga hewan air, seperti air yang tercemar akibat limbah dapat mempengaruhi dan bahkan mematikan hewan air. Untuk tetap dapat memperoleh hasil tangkapan yang baik, nelayan kadang harus bekerja ekstra dengan tidak membiarkan masuknya limbah yang mampu merusak ekosistem air dan yang terpenting melakukan konservasi pada wilayah yang mulai terancam ekosistemnya. Ekowisata Kampoeng Kepiting Mangrove Wanasari atau yang seterusnya disebut Ekowisata Kampoeng Kepiting memiliki keunikan 6

yang terdapat di daya tarik ekowisata ini yakni terdapat pada Mangrovenya. Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, ekosistem Mangrove terbilang unik dikarenakan tumbuhannya merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di air dan di darat serta mampu menopang kehidupan dari fauna yang hidup di air payau. Mangrove juga memiliki manfaat untuk menahan abrasi, mengubah karbondioksida menjadi oksigen, tempat pemijahan fauna air payau, dan bagian pohon seperti buah, kulit kayu, dan bunga dapat dikonsumsi menjadi makanan maupun obat-obatan. Keunikan yang terdapat pada Mangrove di Ekowisata Kampoeng Kepiting terletak pada pemanfaatan karakteristik Mangrove sebagai lokasi pemijahan dan budidaya kepiting bakau satu-satunya yang terdapat di Bali. Keunikan lain dari daya tarik ekowisata ini adalah ekowisata ini berada di Kecamatan Kuta yang notabenenya merupakan kawasan dengan pengembangan pariwisata dengan konsep mass tourism dan padat industri yang artinya ekowisata ini berada di tengah pengembangan pariwisata masal dan rentan terhadap kerusakan lingkungan sehingga terkesan kontras antara pembangunan fisik dan moderenisasi disekitar Mangrove dengan kondisi di dalam Mangrove yang tetap alami. Ekowisata Kampoeng Kepiting bukan satu-satunya ekowisata yang menawarkan Mangrove sebagai atraksi wisata alam, sebelumnya telah ada Taman Hutan Raya Mangrove Ngurah Rai Denpasar (Tahura) yang ditetapkan sejak 25 September 1993 oleh Menteri Kehutanan berdasarkan 7

Keputusan Menteri Kehutanan No. 544/Kpts-/II/1993 yang secara administrasi berada di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar Provinsi Bali. Meski demikian Ekowisata Kampoeng Kepiting tetap mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan industri pariwisata dan bahkan Ekowisata Kampoeng Kepiting sempat dikunjungi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti dan beberapa stasiun televisi skala nasional untuk meliput ekosistem Mangrove yang dikelola oleh Kelompok Nelayan Wanasari Desa Adat Tuban. Mangrove diharapkan menjadi penyumbang finansial yang berkelanjutan bagi nelayan terutama jika hasil laut kurang mampu memberikan manfaat ekonomi yang cukup bagi mereka. sedangkan pemanfaatan finansial ekosistem Mangrove tersebut haruslah mempertimbangkan keberlangsungan ekosistem Mangrove itu sendiri sementara untuk menjaga keberlangsungan ekosistem Mangrove diperlukan modal finansial, pikiran dan tenaga yang tidak sedikit agar mampu berhasil. Hal tersebut menjadi latar belakang dibuatnya Ekowisata Kampoeng Kepiting tersebut. Salah satu upaya agar mampu meringankan tugas pengelola untuk menjaga keberlangsungan ekosistem Mangrove adalah dengan mengikutsertakan stakeholder pariwisata dan wisatawan yang berkunjung di Ekowisata Kampoeng Kepiting untuk terlibat di dalam upaya konservasi ekosistem Mangrove tersebut. Wisatawan sebagai salah satu stakeholder ekowisata memiliki andil penting di dalam keberlanjutan jasa ekowisata, wisatawan yang 8

berasal dari luar wilayah dapat menginjeksi aliran ekonomi lokal dan memberikan insentif bagi pengelolaan ekosistem yang lebih baik. Wisatawan yang terlayani dengan baik bukan hanya menjadi media promosi ekowisata tetapi akan menyajikan willingness to pay bagi upayaupaya konservasi yang dibutuhkan oleh pengelola ekowisata (Nugroho, 2015) Total pengunjung di Ekowisata Kampoeng Kepiting pada tahun 2016 berjumlah 55.665 orang yang merupakan gabungan dari pengunjung yang masuk ke Ekowisata Kampoeng Kepiting dan pengunjung yang masuk ke restoran apung. Dengan jumlah kunjungan yang tinggi tersebut, Ekowisata Kampoeng Kepiting memiliki kesempatan yang besar untuk menanamkan pemahaman menjaga lingkungan. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka akan semakin banyak juga wisatawan yang teredukasi mengetahui betapa pentingnya Mangrove bagi keberlangsungan kehidupan di daerah pesisir dan keberlangsungan kepariwisataan pada khususnya. Wisatawan tidak hanya sebagai konsumen atau target pasar bagi pengelola Ekowisata Kampoeng Kepiting namun juga merupakan stakeholder yang mampu memberikan sumbangan tenaga dan sumbangan pikiran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan oleh pengelola untuk menentukan strategi pengelolaan ekosistem Mangrove sebagai daya tarik wisata yang menarik dan unik dari persepsi wisatawan itu sendiri, dengan memanfaatkan keunikan dan potensi yang terdapat pada ekosistem Mangrove sebagai dasar perumusan strateginya. Berdasarkan hal tersebut 9

diperlukan penelitian terkait strategi pengelolaan ekosistem Mangrove dalam menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting Desa Adat Tuban, Bali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi eksisting di Ekowisata Kampoeng Kepiting?. 2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap Ekowisata Kampoeng Kepiting Desa Adat Tuban, Bali?. 3. Bagaimana strategi pengelolaan ekosistem Mangrove dalam menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting Desa Adat Tuban, Bali?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi kondisi terkini dari atraksi, fasilitas, aksesibilitas, dan kelembagaan di Ekowisata Kampoeng Kepiting. 2. Untuk mendapatkan gambaran wisatawan terkait atraksi, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan dan promosi yang telah dilakukan pengelola Ekowisata Kampoeng Kepiting. 3. Untuk mendapatkan strategi pengelolaan ekosistem Mangrove dalam menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting Desa Adat Tuban, Bali. 10

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini berupa: 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini di harapkan untuk dapat mengaplikasikan materi penelitian khususnya tentang ekowisata dan juga dapat dijadikan literatur penelitian berikutnya serta menambah wawasan mengenai konsep ekowisata, persepsi wisatawan, ekosistem Mangrove, strategi pengelolaan dalam menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan atau sumbangan informasi yang dapat diimplementasikan dalam bidang ekowisata untuk pengelolaan ekowisata, persepsi wisatawan dan strategi pengelolaan ekosistem Mangrove untuk menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting, Desa Adat Tuban, Bali. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 11

BAB II LANDASAN KONSEP ANALISIS Bab ini akan menguraikan mengenai telaah hasil penelitian sebelumnya, deskripsi konsep yang berkaitan dengan strategi pengelolaan ekosistem Mangrove dalam menarik kunjungan wisatawan di Ekowisata Kampoeng Kepiting, Desa Adat Tuban, Bali. Konsep yang digunakan di dalam penelitian ini adalah konsep ekowisata, komponen daya tarik wisata, Mangrove, persepsi, pengelolaan, pelayanan, promosi, strategi pengelolaan, dan konsep wisatawan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, teknik penentuan sampel, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan tentang gambaran umum mengenai Ekowisata Kampoeng Kepiting, serta hasil dan pembahasan dari pokok permasalahan yang diteliti. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan simpulan dari hasil dan pembahasan tentang pokok 12

permasalahan yang diteliti serta saran-saran atas penelitian yang dilakukan. 13