BAB I PENDAHULUAN. menghindarkan diri dari perilaku berbahaya (Kembaren, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Syarniah 1, Akhmad Rizani 2, Elprida Sirait 3 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir 1% penduduk didunia menderita selama hidup mereka. Gejala ditandai dengan perubahan sikap, perilaku, dan emosi dari orang yang terkena. Kebudayaan seringkali dianggap sebagai suatu kerasukan dan pengobatannya adalah dengan membawa yang sakit ke orang pintar dan bila sudah sangat mengganggu seringkali orang ini dipasung, dikurung untuk menghindarkan diri dari perilaku berbahaya (Kembaren, 2014). Di Indonesia kesehatan jiwa masih belum menjadi agenda prioritas. Hal ini terlihat dari masih rendahnya investasi pemerintah dibidang kesehatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan jiwa dan pemberdayaan masyarakat belum adekuat. Padahal adanya otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesehatan jiwa diwilayahnya (Utami, 2013). Saat ini orang gila atau orang yang mengalami gangguan jiwa () mengalami beberapa tindakan negatif dari masyarakat, contohnya masih ditemukannya penderita menjadi bahan ejekan oleh anak-anak di jalanan. Sering juga penderita mengalami perlakuan yang tidak baik bahkan oleh keluarganya sendiri seperti dikurung atau dipasung. Tingginya kejadian pasung pada penderita gangguan jiwa mengakibatkan masalah kesehatan jiwa tidak dapat diatasi secara dini oleh medis (Dirjen BUK Kemenkes RI, 2013). 1

2 Proporsi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa berat yang pernah dipasung dihitung terhadap 1. 655 rumah tangga dengan penderita gangguan jiwa berat. Metode pemasungan tidak terbatas pada pemasungan secara tradisional (menggunakan kayu atau rantai pada kaki), tetapi termasuk tindakan pengekangan lain yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk mengurung, dan penelantaran yang menyertai salah satu metode pemasungan. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat sebesar 14, 3 persen dan terbanyak pada RT diperdesaan. RT yang melakukan tindakan pemasungan terbanyak pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah. Proporsi cakupan RT yang membawa ART gangguan jiwa berobat kefasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan pada laporan Departemen kesehatan republik Indonesia Riskesdas 2013. Kasus pemasungan penderita di Indonesia didapatkan bahwa 89, 7% orang yang dipasung adalah mereka yang mengalami dan lebih dari 85% kasus pemasungan dilakukan oleh keluarga (Dirjen BUK Kemenkes RI, 2013). Data pemerintah terbaru menunjukkan 18.800 orang atau 14,3 % saat ini masih dipasung di Indonesia. Salah satu provinsi yang masih ditemukan kasus pemasungan pada gangguan jiwa yaitu provinsi Jawa Tengah Menurut Gubernur Jawa Tengah setidaknya ada 147 warga Jawa Tengah yang dipasung, mereka mayoritas ada dipedesaan sehingga dicanangkan Jawa Tengah bebas pasung 2014. Data pemasungan pasien di klaten yang diperoleh dari bidang keehatan jiwa masyarakat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dalam rentang waktu 2011-2012 terdapat 32 kasus pemasungan atau 21, 7 % yang diambil pihak rumah sakit,

3 bekerjasama dengan dinas terkait yang kemudian dirawat inap yang didapat dari Manisrenggo, Tulung, Polanharjo, Gantiwarno, Karangdowo, Kemalang, Jatinom dan Prambanan. Tabel 1.1 Nama Pasien Pasung yang Telah di rawat di RSJ klaten No Nama Pasien Alamat Umur (tahun) Pendidi kan Lintas sektoral Kondisi terakhir 1 Tn. K Kledokan Cawan 45 SD Puskesmas Pulang rawat Jatinom Klaten 2 Ny. I Cawan Jatinom 50 SD Puskesmas Pulang rawat Klaten 3 NY. J Suran rt 1 rw 2 35 SMP Puskesmas Pulang rawat Jatinom klaten 4 tn. W Suran rt 2 rw 1 42 SMP Puskesmas Pulang rawat 5 Tn. S1 Jetis RT 5 RW 2 55 SD Puskesmas Pulang rawat Jatinom klaten 6 Tn. S 2 Jetis rt 5 rw 2 57 SD Puskesmas Pulang rawat Jatinom klaten 7 Tn. B Krajan Jatinom 44 SD Puskesmas Pulang rawat Klaten 8 Ny. S Jeruk Manis Rt 1 55 SD Puskesmas Pulang rawat Rw 3 Glagah Jatinom Klaten Diagnose Dalam mewujudkan program Jawa Tengah bebas pasung perlu juga melibatkan kader kesehatan. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalahmasalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995). Kader kesehatan terhadap pasien adalah anggota masyarakat yang diberikan ketrampilan untuk menjalankan dan memberikan pengarahan

4 terhadap keluarga penderita agar tidak terjadi pemasungan. Tantangan terbesar untuk penanganan masalah terletak pada keluarga dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya bertugas membawa anggotanya ke rumah sakit jiwa jika ada yang menderita skizofren, tetapi juga aktif untuk menerima penderita setelah pulang dari Rumah sakit jiwa, melibatkannya dalam kegiatan masyarakat, dan yang paling penting memantau perilaku pasien selama di Rumah sakit jiwa. Kader kesehatan merupakan salah satu ujung tombak peran masyarakat dalam perawatan pasien skizofrenia di rumah perlu ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sehingga peran mereka lebih baik sesuai dengan tujuan perawatan pasien skizofrenia (Moersalin, 2009). Salah satu upaya peningkatan pengetahuan kader kesehatan adalah dengan memberikan pendidikan atau promosi kesehatan. Green (cit, Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi promosi kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan bagian intregasi dari pembangunan kesehatan nasional, konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep promosi kesehatan yang berlangsung sejalan dengan paradigma kesehatan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal, yaitu meliputi kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat perlu kesadaran dan peran aktif dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang didukung oleh instansi pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat.

5 Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien gangguan jiwa adalah dengan melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang pencegahan kekambuhan pasien gangguan jiwa. WHO (2002) mengemukakan bahwa pencegahan dan promosi kesehatan kepada masyarakat merupakan salah satu langkah strategis dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien gangguan jiwa pada perawatan serta penurunan angka kekambuhan pasien gangguan jiwa. Dengan masih ditemukannya pasien gangguan jiwa dengan pemasungan di daerah Jawa Tengah terutama daerah wilayah kerja RSJD Dr. RM. Soedjarwadi hal itu bertentangan dengan tujuan pembangunan di bidang kesehatan, serta pentingnya peran keluarga dan masyarakat khususnya kader kesehatan, maka perlu adanya upaya untuk melibatkan keluarga juga masyarakat melalui kader kesehatan agar pencegahan kekambuhan pada pasien pasca pasung bisa tercapai. Hasil observasi peneliti ke salah satu wilayah yang memiliki pasien gangguan jiwa dipasung yaitu di Desa Jetis Jatinom Klaten diperoleh beberapa informasi bahwa selama ini kader kesehatan telah berusaha membantu keluarga pasien gangguan jiwa yang dipasung. Kader kesehatan seringkali mengingatkan anggota keluarga untuk senantiasa mengawasi kondisi pasien gangguan jiwa dan segera membawa ke rumah sakit ketika menunjukkan kekambuhan. Namun demikian peneliti juga menemui bahwa kader-kader kesehatan tersebut hanya bisa memberikan himbauan kepada keluarga untuk membawa pasien ke rumah sakit jika mengalami kekambuhan, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang

6 bagaimana cara-cara pencegahan kekambuhan pasien gangguan jiwa. Pengetahuan yang kurang ini disebabkan selama ini kader kesehatan hanya mendapatkan inforarmasi kesehatan tentang balita dan lansia sebagaimana tugas utama mereka selama ini yaitu mengelola posyandu balita dan posyandu lansia. Kader kesehatan dengan kepekaan mereka terhadap lingkungan telah melaksanakan tugasnya untuk berperan aktif menjaga kesehatan lingkungan di masyarakat. Namun demikian keterbatasan pengetahuan kader kesehatan menyebabkan mereka tidak dapat berperan lebih besar dalam menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya tentang cara pencegahan kekambuhan pasien gangguan jiwa khususnya pasien pasca pasung. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik meneliti dengan judul Promosi Kesehatan Pada Kader Kesehatan Untuk Pencegahan Kekambuhan Pada Pasien Pasca Pasung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permaslahan penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh promosi kesehatan pada kader kesehatan untuk pencegahan kekambuhan pada pasien pasca pasung? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis pengaruh promosi kesehatan pada kader kesehatan untuk mencegah kekambuhan pada pasien gangguan jiwa pasca pasung 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

7 Jatinom. b. Mengetahui tingkat pengetahuan kader kesehatan pada pencegahan kekambuhan pada pasien pasca pasung sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan. c. Mengetahui tingkat sikap kader kesehatan pada pencegahan kekambuhan pada pasien pasca pasung sebelum dan setelah dilakukan promosi kesehatan. d. Menganalisis perbedaan pengetahuan kader kesehatan tentang pencegahan kekambuhan pasien pasca pasung sebelum dan sesudah pemberian promosi kesehatan di Kecamatan Jatinom Klaten. e. Menganalisis perbedaan terhadap sikap kader kesehatan tentang pencegahan kekambuhan pasien pasca pasung sebelum dan sesudah pemberian promosi kesehatan di Kecamatan Jatinom Klaten. D. Manfaat Penelitian Hasil yang di harapkan dalam penelitian ini dalah sebagai berikut 1. Promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan kader kesehatan sehingga meningkatkan pula pemahaman tentang perawatan pasien gangguan jiwa pasca pasung. 2. Diharapkan adanya peran serta kader kesehatan pada pasien gangguan jiwa pasca pasung sehingga mereka dapat hidup normal di masyarakat serta mampu hidup mandiri dan produktif. 3. Sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan promosi kesehatan pada kader kesehatan terhadapa pasien gangguan jiwa pasca pasung, sehingga

8 dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan komunitas terutama pada kasusu pemasungan 4. Bagi pasien pasca pasung, diharapkan dapat mempermuah dalam mengakses pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat, sehingga dapat merubah stigma masyarakat bahwa gangguan jiwa tidak dapat disembukan kembali dan bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan oleh: 1. Widyati (2013) Hubungan Peran Kader Kesehatan Jiwa dengan Tingkat Kunjungan Pasien Gangguan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Galur II Kulon Progo Yogyakarta. Desain yang digunakan adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Galur II Kulon Progo Yogyakata sebanya 161 pasien. Uji analisis dengn menggunakan uji Kendall tau. Penelitian menyimpulkan sebagian besar pasien menilai peran kader dalam kategori baik dan tingkat kunjungan pasien dalam kategori rutin, dan ada hubungan antara peran kader kesehatan jiwa dengan tingkat kunjungan pasien gangguan jiwa. 2. Pramujiwati, dkk. (2013) Pemberdayaan Keluarga dan Kader Kesehatan Jiwa dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah Kronik dengan Pendekatan Model Precede l. Green di RW 06, 07, 10 Tanah Baru Bogor Utara. Metode yang digunakan adalah serial studi kasus pada 16 pasien yang terdiri dari 11 pasien skizofrenia, 4 pasien retardasi mental, dan 1 pasien epilepsy. Hasil asuhan

9 keperawatan menunjukkan penurunan harga diri rendah kronis disertai peningkatan kemampuan pasien lebih tinggi pada kelompok pasien yang mendapatkan CBT, FPE dan terapi suportif dari pada kelompok yang yang mendapatkan CBT dan FPE maupun yang mendapatkan CBT.