SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI AUDITOR TEKNOLOGI MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERBANKAN (14)

JUDUL SKEMA: PENGEMBANG APLIKASI WEB

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEJAHATAN ANTAR WILAYAH (12)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20)

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SKEMA SERTIFIKASI PETUGAS PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (27)

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

{B,NSP. [rs 028) SKEMA SERTIFIKASI PETAKSANA LAPANGAN PEKERIAAN JATAN RIST KDIKTI 20L6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAIUAT

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

SKEMA SERTIFIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) FR.SKEMA-02

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI (19)

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== KRITERIA ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

Komite Akreditasi Nasional

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

S O P PEMBERIAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI ASISTEN KEBUN KELAPA SAWIT INDONESIA

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

*B,NSP. (rl 002) ESTIMATOR BIAYA JALAN SKEMA SERTIFIKASI RIST KDIKTI. zol6 NEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN

Lembaga Sertifikasi Profesi Lembaga Keuangan Mikro CERTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMELIHARAAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

{3NSP. (rs 006) TEKNISI IABORATORIUM BETON SKEMA SERTIFIKASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. aaoan XASb{A! acrnffiast PioaEst

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT IV BIDANG TATA GRAHA (HOUSEKEEPING) GUEST SERVICE SUPERVISION

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT VI BIDANG OPERASIONAL TUR (TOUR OPERATION) MANAJEMEN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

SKEMA SERTIFIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) FR.SKEMA-02

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

{3NSP B OAN r{asroaaat terfi Ft (ASt PROfEsr

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

kemudahan. (Undang Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)

dbnsp BAorfl lllmrofa^t SERm[(A]i rrote3

{3NSP lao r, r{alroxar lafrfxaar,rofa3

{3NSP 6A0A X 3loIA - lee t6tl(ast riofest

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

ALAT BERAT BIG BULLDOZER

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI KOMPUTER PANDUAN MUTU. NomorDokumen : 01/LSPKOMPUTER/PM/VII/2015 NomorSalinan : 00 Edisi : 1 Status Distribusi :

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

20L6 SKEMA SERTIFIKASI KOM PETENSI KUALIFIKASI NASIONAL SERTIFIKAT II BIDANG GEOMATIKA

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA

{3NSP SKEMA SERTIFIKASI PENGAWAS PEKERIAAN BETON RIST KDIKTI 20L6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

SS-ATMD-01-2017 SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI AUDITOR TEKNOLOGI MUDA Skema sertifikasi kompetensi Auditor Teknologi Muda merupakan skema sertifikasi okupasi nasional yang dikembangkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LSP Auditor Teknologi BPPT) dalam melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja bagi auditor teknologi muda melalui LSP Auditor Teknologi BPPT. Kemasan kompetensi kerja auditor teknologi muda merujuk pada standar kompetensi kerja khusus tentang Auditor Teknologi dan penetapan Okupasi Nasional Auditor Teknologi yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala BPPT Nomor 007a Tahun 2017. Skema sertifikasi ini akan digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan asesmen personel BPPT dan jejaringnya yang memiliki tugas sebagai auditor teknologi. Ditetapkan tanggal: Disahkan tanggal : Oleh: Oleh: Ir. Subiyanto, M.Sc Ketua Komite Skema Dr. Ir. Arwanto, M.Si Kepala LSP Auditor Teknologi BPPT Nomor Dokumen : SS-ATMD-01-2017 Nomor Salinan : 0 Status Distribusi : Terkendali Tak terkendali

1. LATAR BELAKANG 1.1 Audit teknologi merupakan evaluasi aset teknologi yang dilakukan secara sistematis dan objektif, yang hasilnya digunakan untuk peningkatan kemanfaatan pengelolaan teknologi, sehingga berguna untuk upaya peningkatan daya saing industri, perlindungan aset negara, ataupun untuk perlindungan publik atas dampak penerapan teknologi. 1.2 Audit teknologi sebagai upaya untuk pengendalian penerapan teknologi merupakan amanat dari Undang-Undang, yaitu : a. Pasal 19 ayat 3c Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang mengamanatkan perlunya Menteri memperhatikan pengembangan kemampuan audit teknologi nasional, khususnya untuk menghadapi teknologi impor; b. Pasal 41 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian yang menyebutkan bahwa untuk pengendalian pemanfaatan Teknologi Industri, Pemerintah akan melakukan audit Teknologi Industri, yang pelaksanaannya akan dikoordinasikan dengan Menteri yang menjalankan fungsi di bidang riset dan teknologi. 1.3 Audit teknologi sebagai upaya untuk peningkatan performance, pada dasarnya merupakan kebutuhan mendasar bagi industri yang berorientasi kepada daya saing. Dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang pemberlakuannya efektif akhir tahun 2015, mobilitas dan persaingan tenaga ahli lintas negara akan semakin bebas. Konsekuensinya, jika Indonesia tidak siap dengan standar keahlian (sertifikasi kompetensi auditor teknologi), maka kesempatan pekerjaan audit teknologi industri nasional akan diisi oleh auditor teknologi bersertifikat luar negeri yang berpraktik di Indonesia. 1.4 Pengguna hasil audit teknologi adalah industri dan Pemerintah. Industri menggunakan hasil audit teknologi untuk peningkatan kinerja bisnisnya (daya saing), sedangkan Pemerintah menggunakan hasil audit teknologi dalam rangka pengendalian, untuk memastikan bahwa penerapan teknologi tidak bertentangan dengan kepentingan negara, masyarakat dan bangsa. 1.5 Industri dan Pemerintah yang akan melaksanakan kebijakan tindak lanjut atas hasil audit teknologi perlu meyakini bahwa audit teknologi telah dilakukan secara independen dan objektif, oleh auditor teknologi yang kompeten. 1.6 BPPT sebagai pemegang mandat pemerintah untuk pelaksanakan audit teknologi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 memandang perlu dilakukannya standardisasi kompetensi di dalam melaksanakan audit teknologi. Pengakuan kompetensi terhadap auditor teknologi dilakukan melalui sertifikasi kompetensi. 2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI LSP AUDITOR TEKNOLOGI BPPT 2

2.1 Skema sertifikasi kompetensi Auditor Teknologi Muda akan digunakan di dalam audit teknologi dengan cakupan pekerjaan mengidentifikasi profil bisnis auditee, mengumpulkan data lapangan, mendokumentasikan data audit teknologi dan mengolah data audit teknologi. 3. TUJUAN SERTIFIKASI KOMPETENSI 3.1 Memastikan dan memelihara kompetensi kerja auditor teknologi muda di BPPT dan/atau jejaringnya. 3.2 Memberikan jaminan profesional pekerjaan audit teknologi 3.3 Meningkatkan kehandalan hasil pekerjaan audit teknologi melalui ketaatan para auditor teknologi terhadap standar kinerja berbasis Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) Auditor Teknologi 3.4 Sebagai acuan bagi LSP Auditor Teknologi BPPT untuk melaksanakan asesmen kompetensi. 4. ACUAN NORMATIF 4.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4.3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian 4.4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) 4.5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional 4.6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia 4.7 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen 4.8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional 4.9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional 4.10 Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor 4/2011 tentang Pedoman Audit Teknologi 4.11 Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor 007a Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Audit Teknologi 4.12 Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 1 / BNSP / VII / 2014 tentang Pedoman Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi 3

4.13 Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor: 4 / BNSP / VII / 2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi 5. KEMASAN / PAKET KOMPETENSI AUDITOR TEKNOLOGI 5.1 Jenis Kemasan : OKUPASI NASIONAL 5.2 Rincian Unit Kompetensi Auditor Teknologi Muda ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Unit Kompetensi Auditor Teknologi Muda No. Kode Unit Unit Kompetensi 1 O.84ADT00.001.1 Mengidentifikasi profil bisnis auditee 2 O.84ADT00.002.1 Mengumpulkan data lapangan 3 O.84ADT00.003.1 Mendokumentasikan data audit teknologi 4 O.84ADT00.004.1 Mengolah data audit teknologi 6. PERSYARATAN DASAR PEMOHON SERTIFIKASI 6.1 Persyaratan Dasar Jalur Pendidikan dan Pelatihan 6.1.1 Memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, minimum sarjana atau yang setara, yang dibuktikan dengan salinan ijazah. 6.1.2 Pengalaman kerja di bidang teknologi minimal 4 (empat) tahun, atau 2 (dua) tahun jika S2, atau 0 (nol) tahun jika S3, yang dibuktikan dengan surat keterangan kerja dari institusi tempat kerja. 6.1.3 Telah lulus pelatihan Auditor Teknologi Muda dibuktikan dengan salinan sertifikat pelatihan. 6.1.4 Memperoleh surat rekomendasi terkait kapasitas kerja pemohon dari Pimpinan Unit Kerja. 6.2 Persyaratan Dasar Jalur Pengalaman 6.2.1 Memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, minimum sarjana atau yang setara, yang dibuktikan dengan salinan ijazah. 6.2.2 Pengalaman kerja di bidang teknologi minimal 4 (empat) tahun, atau 2 (dua) tahun jika S2, atau 0 (nol) tahun jika S3, yang dibuktikan dengan surat keterangan kerja dari institusi tempat kerja. 6.2.3 Berpengalaman: a) minimal 1 (satu) kali pernah mengikuti kegiatan praktik audit teknologi, yang dibuktikan dengan salinan surat penugasan sebagai auditor dari pimpinan institusi pemberi tugas, atau b) minimal 2 (dua) kali pernah mengikuti kegiatan sejenis audit teknologi (evaluasi teknologi, inspeksi teknologi, pengujian teknologi, asesmen teknologi), yang dibuktikan dengan salinan surat penugasan kegiatan tersebut dari pimpinan institusi pemberi tugas. 6.2.4 Memperoleh surat rekomendasi terkait kapasitas kerja pemohon dari Pimpinan Unit Kerja 4

7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1 Hak Pemohon Sertifikasi 7.1.1 Memperoleh informasi yang jelas terkait persyaratan sertifikasi dan prosedur pendaftaran, asesmen, uji kompetensi dan sertifikasi. 7.1.2 Memperoleh informasi yang jelas terkait keputusan pendaftaran, asesmen, uji kompetensi dan sertifikasi. 7.1.3 Memperoleh jaminan kerahasiaan terhadap segala informasi yang diberikan kepada LSP Auditor Teknologi BPPT dalam rangka sertifikasi. 7.1.4 Menyampaikan keberatan terkait Asesor Kompetensi apabila terdapat potensi / ancaman pelaksanaan asesmen yang tidak adil sebagai akibat conflict of interest. 7.1.5 Memperoleh sertifikat kompetensi setelah dinyatakan kompeten berdasarkan hasil keputusan LSP Auditor Teknologi BPPT 7.1.6 Mengajukan permohonan banding kepada LSP Auditor Teknologi BPPT untuk peninjauan kembali atas keputusan yang telah dibuat LSP Auditor Teknologi BPPT dalam proses pendaftaran, asesmen, uji kompetensi, atau keputusan sertifikasi. 7.2 Kewajiban Pemegang Sertifikat 7.2.1 Mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi. 7.2.2 Membuat pernyataan bahwa Sertifikat Kompetensi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan. 7.2.3 Tidak menggunakan Sertifikat Kompetensi dengan cara yang menyesatkan dan tidak digunakan untuk segala bentuk kegiatan yang dapat mencemarkan LSP Auditor Teknologi BPPT, serta tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi yang mana oleh LSP Auditor Teknologi BPPT yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 7.2.4 Menghentikan segala penggunaan dan semua pengakuan atas Sertifikat Kompetensi yang merujuk pada LSP Auditor Teknologi BPPT atau sertifikasi LSP Auditor Teknologi BPPT, apabila sertifikat sedang dibekukan atau telah dicabut, dan mengembalikan sertifikat tersebut kepada LSP Auditor Teknologi BPPT. 7.2.5 Mengikuti program survailen yang ditetapkan oleh LSP Auditor Teknologi BPPT, satu kali sepanjang masa sertifikat. 8. BIAYA SERTIFIKASI Biaya sertifikasi dapat bersumber dari APBN, APBD dan atau sumber biaya lain yang tidak mengikat. 9. PROSES DAN TATACARA SERTIFIKASI Proses sertifikasi kompetensi auditor teknologi dilaksanakan dengan tahapan seperti pada Gambar 1. 5

LSP-AT BPPT Permohonan Sertifikasi 1 Evaluasi Adm 2 & Teknis Memenuhi 3.1 Uji Kompetensi 4 Evaluasi Hasil Uji 6.1 5 Tidak Kompeten Pemohon Sertifikasi 8 3.2 Pengiriman Sertifikat Tidak Memenuhi 7 Kompeten 6.2 Penerbitan Sertifikat Keterangan : 1 Penyerahan permohonan sertifikasi ke LSP Auditor Teknologi BPPT 2 Penetapan hasil evaluasi permohonan sertifikasi 3.1 Bagi yang permohonannya memenuhi persyaratan, dilanjutkan dengan uji kompetensi atau asesmen portofolio. Jika asesmen portofolio tidak memenuhi syarat, dilanjutkan ke uji kompetensi 3.2 Bagi yang permohonannya tidak memenuhi persyaratan, dilkembalikan kepada pemohon 4 Evaluasi hasil uji kompetensi 5 Penetapan hasil uji kompetensi (Kompeten/Tidak Kompeten) 6.1 Bagi yang tidak kompeten, direkomendasikan uji kompetensi ulang (1 x kesempatan) 6.2 Bagi yang kompeten, direkomendasikan untuk diberikan sertifikat kompetensi 7 Penerbitan sertifikat kompetensi 8 Pengiriman sertifikat kompetensi kepada pemohon Gambar 1. Diagram Tahapan Proses Sertifikasi Auditor Teknologi di LSP Auditor Teknologi BPPT 9.1 Proses Pendaftaran 9.1.1 Pada saat pendaftaran, LSP Auditor Teknologi BPPT menyediakan gambaran proses sertifikasi sesuai dengan skema sertifikasi. Gambaran tersebut paling sedikit mencakup persyaratan dan ruang lingkup sertifikasi, penjelasan proses penilaian, hak pemohon, biaya sertifikasi dan kewajiban pemegang sertifikat. 9.1.2 LSP Auditor Teknologi BPPT mensyaratkan kelengkapan pendaftaran, yang ditandatangani oleh pemohon sertifikasi. Pemohon mengisi formulir Permohonan Sertifikasi dan Asesmen Mandiri dan dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung : a. Salinan ijazah b. Form asesmen Mandiri c. Sertifikat pelatihan d. Salinan SK pengangkatan karyawan/pegawai e. Surat rekomendasi 9.1.3 Kelengkapan pendaftaran minimum mencakup: a. informasi yang diperlukan untuk mengenali pemohon sertifikasi, seperti nama, alamat dan informasi lainnya yang dipersyaratkan dalam skema sertifikasi; 6

b. jenis sertifikasi yang diinginkan pemohon (sertifikasi baru, pemeliharaan, sertifikasi ulang); c. jenjang auditor dan unit kompetensi yang dimohonkan; d. pernyataan bahwa pemohon setuju untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dan memberikan setiap informasi yang diperlukan untuk penilaian; e. informasi pendukung untuk menunjukkan secara objektif kesesuaiannya dengan prasyarat skema sertifikasi; f. pemberitahuan kepada pemohon tentang kesempatan untuk menyatakan kondisi khusus terkait keterbatasan pemohon, agar metode dan fasilitas asesmen disesuaikan. 9.1.4 LSP Auditor Teknologi BPPT harus menelaah berkas pendaftaran untuk konfirmasi bahwa pemohon sertifikasi memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2 Proses Asesmen 9.2.1 Asesmen dilaksanakan oleh tim yang dibentuk dan ditugaskan oleh LSP Auditor Teknologi BPPT. 9.2.2 Asesor Kompetensi yang melakukan asesmen pada skema sertifikasi kompetensi auditor teknologi muda harus memiliki sertifikat asesor kompetensi dari BNSP dan minimal sertifikat kompetensi Auditor Teknologi Madya. 9.2.3 Proses asesmen dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan LSP Auditor Teknologi BPPT untuk memastikan : a. verifikasi metode asesmen kepada peserta sertifikasi dilakukan untuk menjamin bahwa setiap asesmen sah dan adil. b. verifikasi dan penyediaan kebutuhan khusus peserta sertifikasi, dengan alasan dan sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang bersifat nasional. 9.2.4 Asesor Kompetensi melakukan pra-asesmen dengan menelaah Formulir Asesmen Mandiri dan hasil uji tulis terkait pengetahuan awal pemohon sertifikasi, menelaah dokumen yang dilampirkan, serta mendiskusikan / mengklarifikasi kesesuaian buktibukti dengan peserta sertifikasi dan atau pihak lain yang relevan terkait dengan profil dan aktivitas peserta. 9.2.5 Asesor Kompetensi mendiskusikan rencana asesmen dengan Peserta Sertifikasi, melakukan penyesuaian yang diperlukan dan membuat kesepakatan dengan Peserta Sertifikasi. 9.2.6 Peserta Sertifikasi menandatangani Formulir Persetujuan Asesmen dan Kerahasiaan sebagai persetujuan untuk mengikuti proses asesmen dengan waktu, tempat, dan 7

metode asesmen yang telah disepakati dan persetujuan untuk memberikan setiap informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian. 9.2.7 Berdasarkan hasil telaah dokumen dan bukti-bukti (V=valid, A=akurat, T=terkini, M=memadai), asesor kompetensi membuat keputusan apakah peserta sertifikasi direkomendasikan Kompeten (K) atau Belum Kompeten (BK). Apabila hasil rekomendasi adalah K, maka peserta direkomendasikan untuk Uji Kompetensi. 9.2.8 Peserta sertifkasi kompetensi yang direkomendasikan untuk uji kompetensi diarahkan untuk dapat berkoordinasi dengan petugas Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang ditunjuk oleh LSP Auditor Teknologi BPPT sebagai tempat uji kompetensi untuk mendiskusikan teknis pelaksanan uji kompetensi yang menyangkut jadwal, lokasi, dan tempat/ruangan sesuai dengan kesepakatan antara peserta sertifikasi, asesor, TUK dan LSP Auditor Teknologi BPPT 9.2.9 Asesor menyampaikan rekomendasi asesmen (K=Kompeten, BK=Belum Kompeten, AL=Asesmen Lanjut) kepada peserta setelah melakukan uji kompetensi. 9.2.10 Asesor menggali informasi umpan balik terhadap pelaksanaan asesmen 9.2.11 Asesor yang melakukan asesmen, selanjutnya membuat laporan hasil asesmen, dan disampaikan kepada LSP Auditor Teknologi BPPT 9.2.12 LSP Auditor Teknologi BPPT melalui Komite Teknis melakukan tinjauan terhadap laporan hasil asesmen dan bukti-bukti yang dikumpulkan selama proses asesmen untuk menentukan apakah peserta sertifikasi kompeten (K), belum kompeten (BK), atau memerlukan asesmen lanjutan (AL). 9.2.13 LSP Auditor Teknologi BPPT menyampaikan hasil asesmen kepada peserta sertifikasi berdasarkan kesimpulan dari pemeriksaan dan verifikasi bukti-bukti. 9.2.14 Peserta asesmen yang tidak merasa puas terhadap hasil tinjauan selama proses asesmen dapat mengajukan banding. 9.3 Proses Uji Kompetensi 9.3.1 LSP Auditor Teknologi BPPT mengembangkan rancangan uji kompetensi sesuai metode asesmen yang ditetapkan dalam perangkat asesmen seperti observasi/ demonstrasi, portofolio, lisan, tulis, studi kasus, dan/atau wawancara. Metode asesmen minimal 1 (satu) dan dapat terdiri atas kombinasi 2 (dua) atau lebih metode asesmen. 9.3.2 LSP Auditor Teknologi BPPT merancang persyaratan uji kompetensi untuk menjamin setiap hasil uji dapat dibandingkan satu sama lain, baik dalam hal muatan dan tingkat kesulitan, termasuk keputusan yang sah untuk kelulusan atau ketidaklulusan. 8

9.3.3 Proses uji kompetensi dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan LSP Auditor Teknologi BPPT untuk menjamin konsistensi administrasi uji kompetensi. 9.3.4 Proses uji kompetensi dapat dilaksanakan di TUK Sewaktu yang terverifikasi oleh LSP Auditor Teknologi BPPT 9.3.5 LSP Auditor Teknologi BPPT memastikan seluruh peralatan yang digunakan dalam uji kompetensi telah diverifikasi atau dikalibrasi secara tepat. 9.3.6 LSP Auditor Teknologi BPPT memilih perangkat dan metode-metode yang efektif sehingga uji kompetensi dapat memenuhi prinsip asesmen (valid, reliabel, fleksibel, dan adil) dan memenuhi aturan-aturan bukti (valid, asli, terkini, dan memadai). 9.3.7 LSP Auditor Teknologi BPPT melakukan pemeriksaan dan evaluasi pada bukti-bukti yang dikumpulkan selama proses uji kompetensi untuk menentukan apakah peserta sertifikasi kompeten (K), belum kompeten (BK), atau memerlukan uji kompetensi lanjutan (AL). 9.3.8 LSP Auditor Teknologi BPPT menyampaikan keputusan hasil uji kompetensi kepada peserta sertfikasi berdasarkan kesimpulan dari pemeriksaan dan verifikasi bukti-bukti yang telah dilakukan asesor. 9.4 Keputusan Sertifikasi 9.4.1 Rekomendasi hasil asesmen dari Asesor Kompetensi disampaikan kepada LSP Auditor Teknologi BPPT untuk selanjutnya diverifikasi dan divalidasi oleh Komite Teknis LSP Auditor Teknologi BPPT melalui rapat Komite Teknis. 9.4.2 Komite Teknis bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari rekaman-rekaman selama proses sertifikasi. 9.4.3 Keputusan sertifikasi diputuskan melalui rapat pleno Komite Teknis 9.4.4 Berdasarkan berita acara keputusan sertifikasi Komite Teknis, Kepala LSP Auditor Teknologi BPPT menandatangani Surat Keputusan Sertifikasi. 9.4.5 LSP Auditor Teknologi BPPT menerbitkan sertifikat kompetensi kepada semua yang telah berhak menerima sertifikat dalam bentuk surat dan/atau kartu, yang ditandatangani dan disahkan oleh Kepala LSP Auditor Teknologi BPPT. 9.4.6 Sertifikat kompetensi berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak penandatanganan sertifikat kompetensi oleh Kepala LSP Auditor Teknologi BPPT. 9.5 Penggunaan Sertifikat 9.5.1 Pemegang Sertifikat Kompetensi Profesi Auditor Teknologi harus menandatangani persetujuan penggunaan sertifikat yang meliputi: a. Penggunaan sertifikat hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang diberikan. 9

b. Memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam Skema Sertifikasi Profesi Auditor Teknologi. c. Tidak menyalahgunakan sertifikat yang dapat merugikan LSP Auditor Teknologi BPPT secara khusus maupun profesi Auditor Teknologi secara umum. d. Memelihara dan meningkatkan kompetensi sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat kompetensinya sebagai Auditor Teknologi. 9.5.2 Apabila Pemegang Sertifikat dinilai melanggar ketentuan penggunaan sertifikat atau merugikan LSP Auditor Teknologi BPPT maupun Auditor Teknologi, maka LSP Auditor Teknologi BPPT dapat melakukan pembekuan / pencabutan / penarikan sertifikat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh LSP Auditor Teknologi BPPT. 10. KEBIJAKAN SERTIFIKASI 10.1 Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat Sertifikat kompetensi sebagai auditor teknologi muda berlaku selama 3 (tiga) tahun. Sertifikat kompetensi sewaktu-waktu dapat dilakukan pembekuan dan pencabutan, apabila terjadi pelanggaran atau tidak melaksanakan kompetensi seperti tertera pada butir 5 skema kompetensi ini sehingga menyebabkan terjadinya komplain/keluhan dari masyarakat/pelanggan. 10.2 Pemeliharaan Sertifikasi 10.2.1 Pemeliharaan sertifikasi dimaksudkan sebagai upaya agar auditor teknologi tetap menjaga kompetensinya. 10.2.2 Pemeliharaan kompetensi juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengupdate kelayakan dan/atau kekinian pengetahuan terkait audit teknologi. 10.2.3 Pemantauan terhadap pemeliharaan kompetensi dilakukan oleh petugas survailen, dan dilaksanakan sekali selama masa berlaku sertifikat. 10.2.4 Syarat dan ketentuan pemeliharaan kompetensi adalah: a. Melakukan salah satu kegiatan berikut: a.1. telaah makalah atau bagian buku terkait dengan unit kompetensi auditor teknologi muda dan menyampaikan hasilnya dalam bentuk: presentasi kepada minimal 5 (lima) orang di lingkungan kerjanya minimal sekali per tahun, dibuktikan dengan surat pengesahan oleh Auditor Teknologi Madya atau Pimpinan Unit, atau publikasi dalam media ilmiah minimal sekali per 3 (tiga) tahun, dibukitkan dengan salinan makalah yang dipublikasi 10

a.2. mengikuti seminar, pelatihan, workshop terkait audit teknologi, minimal 2 (dua) kali dalam 3 (tiga) tahun, dibuktikan dengan sertifikat b. Melakukan audit teknologi sesuai jenjangnya sekurangnya sekali dalam 3 (tiga) tahun, dibuktikan dengan surat keterangan dari pimpinan unit kerja atau pimpinan institusi yang memberikan penugasan audit teknologi. c. Tidak ada pengaduan keberatan dari klien, auditee, atau penanggungjawab kegiatan, atas hasil pekerjaan audit teknologi yang dilakukan. 10.3 Proses Sertifikasi Ulang 10.3.1 Sertifikat berlaku efektif untuk 3 (tiga) tahun. Pemegang Sertifikat wajib mengajukan permohonan sertifikasi ulang untuk memperpanjang masa berlaku sertifikat kompetensi yang dimilikinya minimal 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku sertifikat. 10.3.2 Persyaratan permohonan sertifikasi ulang untuk perpanjangan masa berlaku sertifikat adalah sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan sertifikasi ulang dengan melampirkan dokumen portofolio yang dapat membuktikan bahwa pemohon memelihara kompetensi auditor teknologi sebagaimana ketentuan pemeliharaan kompetensi pada butir 10.2.4 b. Mengikuti asesmen penuh jika terjadi perubahan Skema Sertifikasi Auditor Teknologi. 10.3.3 Jika tidak ada perubahan Skema Sertifikasi, uji kompetensi untuk perpanjangan sertifikat dilakukan dengan metode analisis / uji validasi rekaman survailen dan analisis portofolio. 10.3.4 Bagi Auditor Teknologi yang sertifikasinya dicabut, jika ingin melakukan sertifikasi ulang berlaku ketentuan : a. Permohonannya baru dilayani paling cepat 2 (dua) tahun setelah sertifikat dicabut; b. Proses sertifikasi ulangnya berlaku ketentuan seperti halnya proses sertifikasi baru (mengikuti asesmen penuh/lengkap). c. Pengajuan sertifikasi ulang ditujukan kepada LSP yang memiliki ruang lingkup pada skema ini. 10.4 Pengelolaan Banding 10.4.1 Untuk penanganan banding, LSP Auditor Teknologi BPPT menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding. Proses penanganan banding mencakup unsur-unsur dan metoda berikut : 11

a. Proses untuk menerima, melakukan validasi dan menyelidiki banding, dan untuk memutuskan tindakan apa yang diambil dalam menanggapinya, mempertimbangkan hasil banding sebelumnya yang serupa; b. Penelusuran dan perekaman banding, termasuk tindakan-tindakan untuk mengatasinya; c. Memastikan tindakan perbaikan yang tepat telah dilakukan. 10.4.2 Untuk menjamin bahwa semua banding ditangani secara konstruktif, tidak berpihak, transparan, dan tepat waktu, LSP Auditor Teknologi BPPT menerapkan kebijakan : a. Penjelasan proses penanganan banding dapat diketahui publik tanpa diminta. b. Personel yang terlibat dalam pengambilan keputusan proses penanganan banding berbeda dari mereka yang terlibat dalam keputusan yang menyebabkan banding. c. Penyerahan, investigasi dan pengambilan keputusan atas banding tidak akan mengakibatkan tindakan diskriminatif terhadap pemohon banding. d. Memberikan laporan kemajuan serta hasil penanganannya kepada pemohon banding, dan memberitahukan secara resmi kepada pemohon banding pada akhir proses penanganan banding. 12