II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Botani Anggrek Dendrobium merupakan anggota keluarga anggrek dengan total 20.000 spesies dari 900 genera. Dendrobium menduduki peringkat kedua terbesar dengan jumlah 1.500 spesies. Berdasarkan tempat tumbuhnya, Dendrobium termasuk ke dalam golongan anggrek epifit. Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuh menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpanginya (Iswanto, 2001 b ). Klasifikasi anggrek Dendrobium adalah: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Suku Subsuku Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Orchidales : Orchidaceae : Epidendroideae : Epidendreae : Dendrobiinae : Dendrobium (Widiastoety, dkk., 2010). Akar anggrek epifit umunya lunak dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin dan sedikit lengket. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan yang 6
7 mengandung klorofil. Pada saat akar ini menyentuh batang yang keras, maka akar ini mudah melekat. Pada jenis yang monopodial, terdapat banyak akar aerial yaitu akar yang keluar dari batang di atas. Akar aerial yang masih aktif ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan atau kuning kecoklatan, licin dan mengkilat (Gunawan, 2002). Menurut Sandra (2005), tipe pertumbuhan anggrek ada dua, yaitu simpodial (berumpun) dan monopodial (memanjang keatas). Yang termasuk anggrek simpodial antara lain Dendrobium, Cattleya, dan Oncidium. Sementara itu, yang termasuk anggrek monopodial adalah Vanda dan Phalaenopsis. Kedua tipe pertumbuhan ini tidak mempengaruhi pembungaan lebih bergantung pada jenis anggrek, kecepatan penyesuaian pada aktivitas tanaman, dan bentuk fisik tanaman. Anggrek Dendrobium yang tumbuh secara simpodial berbunga saat semua batang telah dewasa dan cadangan makanan yang tersedia memadai untuk membentuk bunga. Pada saat berbunga seluruh cadangan makanan dan hasil fotosintesis dikerahkan untuk pertumbuhan bunga. Bila cadangan makanan dan hasil fotosintesis kurang, pertumbuhan bunga tidak optimal, bunga berukuran kecil, dan keriput. Pada kondisi seperti ini tanaman perlu mendapatkan tambahan gizi, yaitu larutan gula sebagai sumber energi, vitamin B1 untuk membesarkan ukuran bunga, minyak ikan untuk memenuhi kebutuhan senyawa kompleks, KNO 3 untuk menguatkan tangkai, serta disiram dengan air yang cukup. Dendrobium memiliki akar lekat dan akar udara. Fungsi akar lekat digunakan sebagai penahan tanaman atau tempat menempelkan tanaman pada media tanam. Akar udara berfungsi untuk kelangsungan hidup tanaman yang
8 berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena dapat menyerap unsur hara. Akar anggrek yang sehat berwarna putih dan tebal serta pada bagian ujung akarnya berwarna hijau cerah (Sutiyoso, 2003). B. Syarat Tumbuh Menurut Darmono (2003), Anggrek Dendrobium merupakan anggrek yang banyak ditanam orang karena mudah dirawat, mudah tumbuh, dan mudah berbunga. Tanaman anggrek Dendrobium berdasarkan tempat tumbuhnya termasuk sebagai anggrek epifit, membutuhkan naungan dari teriknya cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan berkisar antara 55-65 %. Anggrek Dendrobium umumnya membutuhkan suhu siang antara 27 o - 30 o C pada suhu malam 21 o -24 o C, dan dengan sirkulasi udara yang baik atau adanya hembusan angin sepoi-sepoi. Bila suhu udara meningkat sangat tinggi, lakukan penyemprotan atau penyiraman air di sekitar tempat penanaman. Kelembaban udara yang dibutuhkan juga relatif tinggi, yaitu antara 60-80 %. Untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi, bila suhu udara meningkat tinggi, sebaiknya lokasi disekitar tempat pertanaman anggrek tersebut disiram air atau melakukan penyemprotan berkabut (mist) (Widiastoety, 2006). Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2008), tempat penanaman anggrek harus memiliki aliran udara bebas atau sirkulasi udara baik. Jika sirkulasi udara tidak ada atau kurang lancar, anggrek mudah terserang penyakit. Begitu pula sebaliknya, jika sirkulasi udara terlalu kencang, akan menyebabkan anggrek mengalami kekeringan (dehidrasi), dan akibatnya tanaman menjadi kurus dan
9 daunnya lemas. Fungsi paranet selain mencegah masuknya hama, juga untuk mengurangi percikan air hujan yang mengenai tanaman barisan paling pinggir. C. Media Tumbuh Pot yang digunakan untuk pot individu mempunyai diameter 4-6 cm. Keadaan yang demikian ini memungkinkan bibit anggrek untuk tumbuh pada media yang lebih keras hingga nantinya kuat menopang tubuh bibit anggrek. Apabila bibit anggrek sudah mulai besar, sedangkan medianya masih tetap sabut kelapa atau moss, maka bibit anggrek tidak akan dapat tumbuh dengan kuat dan tegak karena akar-akarnya tidak dapat berpegangan (melekat) dengan kuat. Oleh karena itu para pengusaha anggrek menggunakan berbagai macam media yang sesuai dengan sifat anggrek serta keadaan lingkungan tempat tinggal, misalnya daerah lembab atau panas, banyak hujan atau tidak, banyak angin atau tidak dan lain sebagainya (Agri Bio Tech, 2011). Media tanam yang baik bagi pertumbuhan anggrek memiliki kriteria antara lain: tidak mudah lapuk, tidak mudah menjadi sumber penyakit, aerasi baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah didapat dan harga relative murah (Andalasari, dkk., 2014). Media tumbuh yang baik bagi anggrek (famili Orchidaceae) harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak lekas melapuk dan terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan draenase yang baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara optimal, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar, dibutuhkan ph media 5-6, ramah
10 lingkungan serta mudah didapat dan relatif murah harganya. Media tumbuh tanaman anggrek yang umum digunakan adalah arang, pakis, moss, potongan kayu, potongan bata atau genting, serutan kayu, kulit pinus dan serabut kelapa (Ginting, 2008 dalam Andalasari, dkk., 2014). Menurut Sandra (2005) yang menyatakan bahwa pada usia semai harus menggunakan media yang mempunyai kemampuan mengikat air yang cukup baik. Namun, dibandingkan dengan media moss, kemampuan media arang sekam dalam mengikat air masih kalah. Media arang tidak mudah lapuk dan tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi miskin unsur hara dan harganya relatif mahal (Iswanto, 2001 a ). Arang kayu memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah menyerap air, tidak mudah ditumbuhi cendawan, murah dan mudah didapat, dapat bertahan hingga dua tahun, tetapi miskin unsur hara (Supari, 1999 dalam Andalasari, dkk., 2014). Media tanam ini ada yang diimpor dari New Zealand dan ada juga yang lokal. Media tanam ini memiliki kemampuan menyimpan air yang sangat besar dan mengandung zat hara organik yang diperlukan untuk pertumbuhan anggrek. Penggunaan media tanam moss harus benar agar air yang disimpan tidak kelebihan karena dapat menyebabkan resiko busuk akar. Pertama-tama media tanam ini direndam didalam air bersih selama 1-2 jam, volume moss akan bertambah besar, kemudian moss harus diperas kuat-kuat lalu dimasukan dengan volume padat kedalam pot yang telah dipersiapkan (Mulyadi, dkk., 2015).
11 D. Intensitas Cahaya Jenis anggrek tertentu menyukai sinar matahari secara langsung, sebagian lagi justru tumbuh subur di bawah naungan. Anggrek tanah umumnya menyukai sinar matahari secara langsung, berbeda dengan anggrek epifit yang tahan pada naungan. Besarnya intensitas sinar matahari yang diperlukan oleh setiap jenis anggrek pun berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan intensitas sinar matahari yang optimal, diatur dengan paranet atau rumah kaca. Ketebalan paranet disesuaikan dengan kebutuhan setiap tanaman terhadap intensitas cahaya matahari (Sandra, 2005). Intensitas cahaya adalah kekuatan atau kemampuan cahaya yang diterima oleh tanaman. Jika intensitas cahaya matahari rendah, proses fotosintesis yang berjalan juga rendah. Akibatnya, hasil proses fotosintesis akan habis terurai karena adanya proses respirasi. Dampaknya, pertumbuhan tanaman terhambat, tubuh tanaman akan berwarna hijau tua, jaringannya menjadi lunak, dan proses pembentukan bunga juga terhambat atau tertunda. Jika intensitas cahaya matahari tinggi, sebagian atau seluruh jaringan tanaman akan mengalami kerusakan. Gejala yang ditimbulkan adalah warna daun berubah menjadi kuning karena terbakar. Akibatnya, daun tidak dapat melakukan proses fotosintesis. Setelah 1-2 hari, seluruh jaringan daun mati. Untuk menghindari terjadinya gejala terbakar pada daun anggrek, tanaman anggrek dapat diberi peneduh atau naungan (Iswanto, 2005). Dendrobium tidak dapat menerima intensitas penuh. Cahaya penuh akan menghanguskan daun dan pseudobulb tanaman. Apabila dibiarkan terus-menerus
12 akan mengakibatkan kematian tanaman. Dendrobium dapat menerima 50-65 % dari cahaya matari langsung. Pengaturan banyaknya sinar ini dapat dilakukan dengan mengatur jarak potongan bambu atau kerapatan paranet yang dipakai. Lebih rapat bambu atau net maka lebih sedikit cahaya yang diterima (Gunawan, 2002). Hasil penelitian tanaman anggrek, tanaman yang mendapat intensitas cahaya 65 %, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan tunas terbaik dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 70 % dan 75% (Widiastoety dan Bahar, 1995 dalam Widiastuti, dkk., 2004). E. Pupuk Daun Secara garis besarnya pemupukan pada tanaman anggrek dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pupuk tidak langsung merupakan pupuk yang diberikan ke dalam tanah atau media. Pemupukan langsung merupakan pemupukan melalui seluruh bagian tanaman di atas permukaan tanah terutama daun. Pupuk yang di berikan biasanya berupa larutan dengan konsentrasi rendah (Ginting, 1990). Pada fase pertumbuhan vegetatif perlu diberikan pupuk dengan kandungan N yang tinggi, karena unsur tersebut merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam pembelahan sel (Sandra, 2001). Pada tanaman anggrek muda pemberian pupuk dengan kandungan N tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan cepat, karena nitrogen adalah bahan utama penyusun asam amino, protein, asam nukleat, berbagai enzim dan sebagai zat penghijau daun (Andalasari, dkk., 2014).
13 Anggrek Dendrobium merupakan tanaman epifit, sehingga penyerapan hara melalui akar sangat terbatas. Penyerapan hara dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pupuk melalui daun (Sessler, 1978 dalam Ginting, dkk., 2001). Hal ini didukung oleh pernyataan Noble (dalam Widiastoety, dkk., 2010) bahwa penyerapan hara pada tanaman anggrek sebagian besar terjadi melalui daun. Dengan fiksasi CO 2 yang mengikuti lintasan Crassulacean Acid Metabolism (CAM), anggrek memiliki laju pertumbuhan yang sangat lambat (Morrison, 1991 dalam Ginting, dkk., 2001). Hal ini membutuhkan strategi pemupukan secara tepat agar penerapannya memberi pengaruh nyata terhadap percepatan pertumbuhan. Penyemprotan anggrek sianjurkan dilakukan pada sore hari karena anggrek termasuk dalam golongan CAM (metabolisme asam crasulace), sifat stomata membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Mekanisme CAM dalam mengikat karbondioksida pada malam hari ketika stomata membuka, kesempatan ini pula digunakan agar air dan unsur hara dapat masuk ke dalam stomata. Dengan demikian tumbuhan CAM dapat berfotosintesis tanpa kehilangan sejumlah besar air karena transpirasi stomata. Penyemprotan anggrek diberikan baik melalui daun maupun ke media tanam, karena anggrek termasuk tanaman epiphyt yang utamanya menempel pada media tanam. Selain itu media tanam yang digunakan merupakan media tanam yang miskin unsur hara (Andalasari, dkk., 2014). Penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih
14 berhasil dibandingkan pemupukan lewat akar. Disamping itu, adanya unsur kalium yang banyak terkandung dalam media tumbuh, seperti pada sabut kelapa dapat mempengaruhi sistem enzim pada proses fotosintesis dan translokasi karbohidrat serta mengatur membuka dan menutupnya stomata (Gunawan, 2004 dalam Limarni, dkk., 2008). Pemupukan dilakukan satu kali perminggu, waktu yang baik untuk menyemprotkan pupuk adalah antara pukul 07.00-09.00 atau pukul 15.00-17.00. Pasalnya pada jam-jam tersebut hanya sedikit terjadi penguapan sehingga bahan makanan dapat lebih banyak diserap oleh daun (Iswanto, 2001 a ). Apabila Pemupukan dilakukan setiap hari maka pupuk diencerkan tujuh kali. Contoh pupuk daun Growmore untuk seedling dosis perminggu menjadi 1 g/7 liter air. Formulasi pupuk dilengkapi unsur hara makro dan mikro yaitu pupuk anorganik yang diperlukan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek (Setiawan dan Setiawan, 2003). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek seperti tanaman yang lain sangat membutuhkan unsur hara. Unsur hara dapat diperoleh tanaman dari media tanam dan pemberian pupuk. Pemberian pupuk pada tanaman anggrek dapat diberikan pada media dan melalui penyemprotan. Pada penelitian ini menggunakan pupuk daun Growmore dengan kandungan NPK seimbang, yaitu 32:10:10. Growmore memiliki bentuk kristal yang mudah larut dalam air yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pupuk tersebut mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh anggrek pada pertumbuhan tahap remaja.
15 F. Vitamin B1 Tidak hanya manusia saja yang membutuhkan vitamin sebagai pelengkap nutrisi, anggrek ternyata juga membutuhkan vitamin untuk mempercepat pertumbuhannya, sebagimana manusia meskipun hanya vitamin tetapi juga ada dosisinya, demikian juga dengan anggrek, agar dapat tumbuh dengan optimal diperlukan vitamin yang tepat dosisnya. Vitamin B1 termasuk suatu zat yang meskipun dalam jumlah sedikit mampu memacu pertumbuhan, pada anggrek vitamin B1 diharapkan mampu mempercepat perlambatan pertumbuhan anggrek. Dosis yang tepat untuk memacu pertumbuhan vegetatif anggrek yaitu 70 ppm selama 4 bulan diberikan 2 minggu sekali. Berdasarkan penelitian pada dosis tersebut vitamin B1 mampu merangsang aktifitas hormon yang terdapat dalam jaringan tanaman dan mendorong pembelahan dan pembesaran sel membentuk sel-sel baru sehingga mempengaruhi pertanbahan tinggi tanaman, luas daun, jumlah tunas daun dan bobot tanaman (Redaksi Trubus, 1994). Pada tahap aklimatisasi planlet membutuhkan Vitamin B1 karena dapat mengurangi shock pada tanaman setelah pemindahan media dan memacu pertumbuhan akar tanaman anggrek yang baru dikeluarkan dari botol kultur jaringan (Purnami, 2014). G. Hipotesis Diduga dengan pengaruh intensitas cahaya di bawah naungan dengan paranet (55 %) dan pemberian pupuk daun Growmore dengan konsentrasi 1,5 g/liter air akan memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit anggrek Dendrobium.