BAB I PENDAHULUAN. kebijakan perdagangan melalui perubahan tarif untuk mengukur liberalisasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa dan NAFTA di Amerika Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

There are no translations available.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

Kerja sama ekonomi internasional

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

ILO/EU Assessing and Addressing the Effects of International Trade on Employment (ETE)"

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

2017, No b. bahwa sehubungan dengan pemberlakuan ketentuan mengenai sistem klasifikasi barang berdasarkan Harmonized System 2017 dan ASEAN Har

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

BAB I PENDAHULUAN. Daya saing sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2005 menempati

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini telah banyak didukung oleh adanya liberalisasi perdagangan, dimana suatu negara akan menurunkan atau bahkan menghilangkan hambatan tarif maupun non tarif atas perdagangan yang dilakukan dengan negara lain. Menurut Jansen, dkk. (2011), kebanyakan para ahli ekonomi menggunakan kebijakan perdagangan melalui perubahan tarif untuk mengukur liberalisasi perdagangan. Penerapan liberalisasi perdagangan memudahkan produk domestik dan asing keluar-masuk dengan mudah sehingga persaingan di dalam pasar semakin meningkat. Dilihat dari hasil implementasinya, banyak negara negara berkembang yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya Hal ini ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Balassa (1986) yang menyatakan bahwa negara berkembang mendapatkan keuntungan melalui peningkatan ekspor yang memiliki kontribusi pada pertumbuhan ekonominya dan secara tidak langsung mempengaruhi kesempatan kerja disana. Flanagan & Khor (2013) juga menyebutkan liberalisasi perdagangan menyebabkan pendapatan per kapita meningkat dan menjadikannya suatu mekanisme dalam memperbaiki kondisi kerja dan tenaga kerja. Liberalisasi perdagangan Indonesia dimulai dengan dilakukannya Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) dalam hubungan 1

bilateral bersama negara lain. Contohnya PTA antara Indonesia dan Pakistan dimana tarif yang dikenakan pada barang barang impor dari kedua negara rata - rata hanya dikenakan 5 persen. Indonesia juga mulai membentuk blok blok perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dengan adanya AFTA, semua hambatan perdagangan baik tarif ataupun non tarif akan dikurangi bahkan dihapuskan diantara negara negara anggota saja dan tetap diperbolehkan untuk menentukan kebijakan ptoteksi perdagangan dengan negara yang bukan termasuk anggota AFTA. Menurut laporan kajian yang dilakukan Kementerian Keuangan (2013) terkait pengaruh AFTA dan EPA (Economic Partnership Agreement), liberalisasi perdagangan tidak hanya memberikan negara ASEAN keuntungan tetapi juga Uni Eropa dalam kerjasama yang mereka lakukan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pendapatan faktor produksi tenaga kerja terampil maupun tidak terampil dikedua belah pihak. Selain AFTA, anggota anggota ASEAN termasuk Indonesia didalamnya mulai memperluas perjanjian kawasan perdagangan bebas dengan negara China (ACFTA), Australia New Zealand (AANZFTA), India (AIFTA), Jepang (AJCEP) dan Korea (AKFTA). Integrasi ekonomi Indonesia pun terus berlanjut dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) seperti yang dilakukan oleh negara Uni Eropa yaitu Masyarakat Ekonomi Eropa (Europe Economic Community/EEC). Indonesia telah banyak tergabung dalam kerjasama maupun organisasi perdagangan internasional untuk memperluas pasar dan bersaing bersama negara 2

lain demi tercapainya perekonomian yang kuat. Pada tahun 1995, Indonesia resmi tergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan telah melakukan pengurangan tarif jauh sebelum komitmen yang harus dicapai dalam WTO (Astiyah & Akhis R. Hutabarat, 2005). Dari keuntungan adanya penerapan liberalisasi perdagangan yang telah disampaikan sebelumnya, tidak sedikit juga dari kalangan ekonom memberikan argumen yang kontras dimana liberalisasi perdagangan memberikan pengaruh buruk terutama pada kesempatan kerja dan upah. Gaston (1998) meneliti kebijakan terkait proteksi perdagangan terhadap pekerjaan di industri manufaktur Australia dan menemukan penurunan tarif serta turunnya tingkat bunga efektif menyebabkan angka hilangnya pekerjaan meningkat. Menurut Bella & Quintieri (2000), liberalisasi perdagangan meningkatkan persaingan dengan pihak asing namun pengaruhnya kecil terhadap penurunan kesempatan kerja dan upah sedangkan kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang besar bagi pengangguran di industri Italia. Penelitian yang sama juga telsh dilakukan oleh Hine & Wright (1998) terhadap tenaga kerja tidak terampil di industri manufaktur U.K. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia khawatir akan hilangnya lapangan pekerjaan jika mempertimbangkan keterampilan yang dimiliki Indonesia masih rendah dibandingkan negara dengan pekerja yang siap dan terampil dalam bersaing. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik hingga tahun 2014, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia 3

meupakan tamatan pendidikan SMP kebawah sehingga hal ini yang menyebabkan kualitas pekerja Indonesia masih rendah. Alasan lainnnya, mengapa mereka yang cenderung menentang liberalisasi perdagangan ialah kekhawatiran para pekerja akan banyaknya pemutusan hak kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan akibat kalah bersaing dengan perusahaan asing penghasil produk identik dengan biaya produksi yang lebih murah sehingga hal ini mengakibatkan pengurangan jumlah tenaga kerja dan juga penurunan upah di awal demi mendorong rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan. Jika hal ini terjadi, tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang akan berkurang dari segi pendapatan masyarakatnya tetapi meningkatnya pengangguran pun akan terjadi dan akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat dengan munculnya kriminalitas atau kerusuhan sosial lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Dampak negatif yang dikhawatirkan akan terjadi ini sering diabaikan oleh sebagian ekonom karena berdasarkan pada asumsi yang salah. Kita mengetahui bahwa asumsi yang sering dipakai dalam sistem ekonomi liberal adalah full employment dimana sumber daya sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang efisien. Asumsi ini dapat tetap kita pakai sepenuhnya, apabila distribusi sumber daya dilakukan secara tepat dan mudahnya akses informasi akan kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya yang diperlukan agar tercapainya asumsi tersebut. Seperti yang kita lihat saat ini, informasi atau bahkan distribusi sumber daya yang tepat masih rendah. Hal ini terbukti dengan adanya pengangguran yang 4

masih terjadi dan tidak tercapainya full employment. Oleh karena itu, peran dan kinerja pemerintah sebagai pembuat kebijakan perdagangan akan sangat menentukan dampak liberalisasi perdagangan ini kedepannya. Fokus pada negara Indonesia, kinerja ekpor dan impor barang setelah masuknya era liberalisasi perdagangan mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan laju pertumbuhan ekspor menyaingi laju pertumbuhan impor yang jauh lebih besar dari beberapa dekade sebelumnya berdasarkan statistik world development indicator (WDI), World Bank. Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekspor Impor Indonesia 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40-50 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Exports of goods and services (annual % growth) Imports of goods and services (annual % growth) Sumber: World Development Indicator, data diolah Jika dibandingkan saat negara Indonesia belum membentuk blok perdagangan dengan negara ASEAN lainnya (AFTA), laju pertumbuhan impor jauh lebih besar dibanding ekspor. Di lain pihak, industri manufaktur merupakan industri yang menghasilkan barang ekspor terbesar dibandingkan industri bahan bakar, bahan baku pertanian, serta industri yang menghasilkan biji besi dan logam. Bahkan industri manufaktur Indonesia termasuk ke dalam top ten manufacture of the world menurut United Nations Industrial Development 5

Organization (UNIDO) tahun 2016. Badan Pusat Statistik juga melaporkan ekspor manufaktur memiliki kontribusi hampir seperempat dari GDP nasional sejak tahun 1990an. Sedangkan persentase barang impor manufaktur dari jumlah barang yang diperdagangkan lebih banyak dibanding barang yang diimpor industri lainnya. Dengan meningkatnya laju perdagangan Indonesia ini, pemerintah berekspektasi dapat berakibat positif bagi para tenaga kerja Indonesia dalam bentuk ketersediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang layak. Bagaimanapun, kita harus tetap melihat pada keadaan sebenarnya dan menganalisa pengaruh diterapkannya liberalisasi perdagangan di negara Indonesia terhadap permintaan tenaga kerja dan upah. Untuk masalah ketenagakerjaan di Indonesia sendiri seperti pengangguran memiliki persentase yang terbesar setelah negara Filiphina (tidak termasuk Laos) dibanding dengan negara ASEAN lainnya berdasarkan ASEAN statistical yearbook tahun 2014. Maka dari itu, diperlukan penelitian yanng dapat menjelaskan pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap pekerjaan dan upah di industri manfaktur Indonesia yang merupakan harapan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan pemerintah maupun masyarakat pada industri manufaktur menjadi perhatian saat ini karna semakin bertambah liberalisasinya perdagangan yang dilakukan Indonesia bersama negara lain. Hal ini menjadi permasalahan yang memerlukan solusi jika dampak negatif lebih besar terhadap jumlah 6

pekerjaan dan rendahnya upah bagi para pekerja domestik. Dampak liberalisasi perlahan namun pasti dirasakan oleh Indonesia. Tidak hanya akan memberikan dampak positif tetapi juga negatif, namun kita tidak mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, untuk menguraikan dan memberikan arahan dalam penelitian ini, maka permalasahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap pekerjaan di sektor manufaktur Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap upah di sektor manufaktur Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai bentuk pencapaian dan titik fokus peneliti yang ingin dicapai. Sehingga penelitian ini secara khusus bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap pekerjaan di sektor industri manufaktur Indonesia. 2. Mendeskripsikan pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap upah di sektor industri manufaktur Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis Penelitian ini memberikan gambaran bagi penulis mengenai pentingnya dampak liberalisai perdagangan yang harus diketahui terhadap 7

kesempatan kerja dan upah pekerja di Indonesia khususnya pada sektor manufaktur. 2. Bagi akademisi Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder maupun sumbangan ide ide mengenai liberalisasi perdagangan, kesempatan kerja, dan upah di Indonesia. 3. Bagi pemerintah Sebagai informasi dalam mengambil keputusan atas pengaruh yang telah ditimbulkan oleh adanya liberalisasi perdagangan terhadap ketenagakerjaan dan upah di Indonesia agar lebih baik kedepannya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pengaruh liberalisasi perdagangan dengan menggunakan variabel export share, penetrasi impor, jumlah tunjangan pensiun (termasuk jaminan sosial dan asuransi), dan jumlah perusahaan manufaktur terhadap permintaan tenaga kerja dan upah. Objek penelitian ini adalah negara Indonesia dengan mengambil data 30 provinsi terkecuali provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, dan Maluku Utara dikarenakan terbatasnya data provinsi hasil pemekaran. Rentang waktu penelitian ini selama tahun 2009 hingga 2014 dengan menggunakan metode panel dinamis pada persamaan simultan melalui pendekatan Generalized Method of Moments Arellano- Bond/Blundell-Bover (GMM AB-BB). 8

1.6.Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, dimana masing masing bagian memberikan gambaran tentang penelitan yang dilakukan. Sistematika penulisan tersebut teruraikan sebagai berikut: BAB I Merupakan bagian pendahuluan, dimana bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Merupakan bagian tinjauan pustaka yang membahas dasar teori ataupun penelitian yang mendukung adanya hubungan perdagangan internasional dan pembangunan ekonomi mulai dari definisi hingga konsep dari topic yang diteliti. BAB III Yaitu bagian yang membahas mengenai kerangka teori dan metodologi penelitian, dimana penulis menguraikan teori dan teknik/metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dimulai dari kerangka teori, jenis data, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data. BAB IV Menjelaskan gambaran umum terkait perkembangan masing masingvariabel yang terdapat di dalam model pada eriode penelitian. BAB V Merupakan bagian pembahasan yang memaparkan tentang hasil penelitian selama proses penelitian. Pada bagian ini akan dijelaskan pembahasan terkait masalah masalah yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah di bagian pendahuluan. 9

BAB VI Bagian Penutup. Pada bagian ini akan disampaikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas beserta saran untuk perbaikan bagi penulis dan peneliti lainnya di kemudian hari yang memiliki bahasan atau topic tak jauh beda dari yang penulis sampaikan. 10