BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai dari munculnya perusahaan-perusahaan pesaing, perusahaanperusahaan asing serta semakin maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai kecurangan yang dapat membahayakan harta perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut perlu kiranya perusahaan meningkatkan kesadaran untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut (Pratolo, 2007). Good Corporate Governance merupakan sistem bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan. Sistem governance antara lain mengatur mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat atas organisasi. Sedangkan corporate governance mengatur hubungan antar Dewan Komisaris, Direksi dan manajemen perusahaan agar terjadi keseimbangan dalam pengelolaan organisasi. Dengan demikian, GCG adalah sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan menaikkan nilai pemegang saham serta mengakomodasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, 1
2 pemerintah, serta masyarakat umum. Manfaat bagi perusahan yang menerapkan Good Corporate Governance, yaitu menjadikan tim manajemen perusahaan semakin solid dan transparan (mendapat dukungan internal maupun eksternal), mendapatkan kepercayaan masyarakat dan konsumen (kepuasan pelanggan dan pangsa pasar), menjadikan kinerja perusahaan yang baik (penghasilan dan laba bersih), sehingga kesejahteraan stakeholders san shareholders (deviden dan harga saham) tercapai. Perusahaan-perusahaan yang mendapat kepercayaan karena penerapan Good Corporate Governance mampu meningkatkan kredibilitas, kinerja bisnis dan menciptakan iklim kerja yang menarik bagi karyawan. Penerapan GCG yang dilakukan oleh perusahaan yang secara konsisten dari tahun ke tahun memberikan hasil yang memuaskan. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetisi global dunia usaha yang semakin besar. BUMN diharapkan mampu menaikkan efisiensinya sehingga menjadi unit usaha yang sehat dan memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus peka terhadap setiap perkembangan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia usaha, sehingga profesionalisme BUMN disegala bidang terus meningkat, baik dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan maupun dalam bidang pengendalian dan pengawasan. Disamping itu BUMN bukan lagi anak emas perusahaan sehingga manajemen dituntut untuk lebih mandiri dan profesional dalam menjalankan tugasnya. Di dalam praktiknya penerapan GCG pada BUMN bukanlah hal mudah untuk dilakukan walaupun ada beberapa
3 BUMN yang sudah mulai memperkenalkan GCG tetapi belum menerapkannya secara menyeluruh. Penerapan GCG di dalam praktiknya merupakan hal yang mendesak, hal ini dikarenakan sistem pengelolaan yang tidak profesional. Dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance (GCG), entitas memerlukan peran audit internal yang bertugas mengawasi dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya GCG yang pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu komponen utama penting dalam sebuah perusahaan. Profesi auditor internal mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sedangkan keberadaan auditor internal diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan sebagai fungsi yang independen menciptakan sikap profesional dalam setiap aktivitasnya, sehingga mendorong pihak terkait melakukan pengkajian terhadap profesi ini. Profesi auditor internal sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Peningkatan pengawasan internal di dalam suatu organisasi tentunya menuntut tersedianya audit internal yang baik, agar terciptanya suatu proses pengawasan internal yang baik pula. Masalah yang kemudian timbul berkaitan dengan peran audit internal adalah adalah seberapa besar keberadaan audit internal dalam memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Salah satu perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang merupakan salah satu perusahaan
4 Badan Umum Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa pengelolaan perkeretaapian di Indonesia. Salah satu Satuan Pengawasan Internal (SPI) PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengemukakan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidaklah mudah karena dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, yaitu kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang Good Corporate Governance oleh Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, dan manajemen perusahaan, dan kurangnya komitmen dalam menerapkan GCG oleh Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, dan manajemen perusahaan sehingga sering terjadi perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu dalam mewujudkan GCG tersebut dibutuhkan peran pihak-pihak tertentu, terutama peran auditor internal. Karena dalam hal ini auditor internal berperan dalam mengawasi dan mengevaluasi kegiatan operasional perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan telah melakukan praktikpraktik dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di dalam perusahaan yang meliputi: akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), serta kemandirian (independency). Menurut Keputusan menteri BUMN Nomor: Kep/117/M-MBU/2002, GCG memiliki lima prinsip yaitu: 1. Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
5 2. Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan dan pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku. 3. Akuntabilitas yaitu kejelasan dari fungsi perusahaan tersebut sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. 4. Pertanggungjawaban kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan GCG di perusahaan, dimana anggota auditor internal tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direksi, komisaris dan pemegang saham utama perusahaan tersebut, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan tersebut. GCG juga menuntut sejauh mana auditor internal dapat berperan dengan baik untuk mewujudkannya pada sektor publik maupun pada sektor swasta. Auditor Internal dituntut untuk menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan. Auditor Internal haruslah seorang yang mempunyai kompetensi di bidang keuangan, karena auditor internal lebih berperan untuk mengawasi kegiatan manjemen, kompetensi di bidang audit
6 merupakan suatu keharusan bagi seseorang yang akan melakukan tugasnya di bidang audit. Auditor Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian risiko, pengendalian, dan proses governance (SPAI, 2004). Sawyer (2003) menyebutkan defenisi dari audit internal yaitu: Internal auditing is an independent appraisal function estabilished within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization. Auditor Internal yang independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di dalam perusahaan yang meliputi: akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), serta kemandirian (independency), merupakan upaya agar terciptanya keseimbangan kepentingan dari para stakeholder, karyawan perusahaan, suppliers, pemerintah, konsumen yang merupakan indikator tercapainya keseimbangan kepentingan, sehingga benturan kepentingan yang terjadi dapat diarahkan dan dikontrol serta tidak menimbulkan kerugian pada masing-masing pihak (Sari Pramono Maylia & Raharja, 2012). Fungsi audit internal biasanya dilakukan bukan dengan tujuan menguji kelayakan laporan keuangan, akan tetapi untuk membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan, kegagalan-kegagalan, dan
7 inefisiensi dari berbagai program yang telah direncanakan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Hasil dari pelaksanaan audit internal ini tidak hanya berupa rekomendasi untuk perbaikan sistem dan metode, tetapi juga meliputi tindakan-tindakan perbaikan yang memperkecil dan meniadakan kelemahan-kelemahan, kegagalan-kegagalan, dan inefisiensi dari berbagai program yang telah direncanakan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG dimana [yaitu] semakin tinggi peran audit internal maka akan semakin mendukung kinerja implementasi GCG (Zarkasyi, 2008;184). Penelitian yang membahas tentang Good Corporate Governance telah terlebih dahulu dilakukan oleh mahasiswa Universitas Widyatama, Aisha Susanty pada tahun 2009 dengan judul Peranan Audit Internal dalam Mewujudkan Efektifitas Good Corporate Governance. Dalam penelitian ini Aisha Susanty meneliti bagaimana pelaksanaan audit internal, apakah penerapan prinsip Good Corporate Governance efektif dan apakah audit internal berperan dalam mewujudkan efektifitas Good Corporate Governance perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis dengan judul Peran Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance, meneliti apakah audit internal berperan dalam mewujudkan Good Corporate Governance perusahaan. Penulis terdahulu melakukan penelitian di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, sedangkan penulis di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.
8 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul PERAN AUDIT INTERNAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (Studi Kasus pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara terperinci masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah peranan audit internal berpengaruh dalam upaya mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan. 2. Apakah pelaksanaan GCG pada perusahaan telah dilaksanakan dengan baik. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan mengenai audit internal, sehingga dapat diketahui seberapa besar peranan audit internal dalam menunjang pelaksanaan Good Corporate Governance. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.
9 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak antara lain sebagai berikut: 1. Penulis Penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran dan wawasan mengenai peranan audit internal dalam menunjang pelaksanaan Good Corporate Governance. 2. Perusahaan Diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam perbaikan khususnya mengenai audit internal dan pelaksanaan Good Corporate Governance. 3. Pihak Lain Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero), Kota Bandung yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 1, Bandung. Waktu penelitian ini berlangsung sejak bulan Februari sampai bulan Juni 2014.
. 10