PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OHO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DM TENTANG OHO. Yuliska Isdayanti 1

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

EFFECT OF USE OF DIET DIARY TO BLOOD GLUCOSE LEVEL OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 AT BERBAH HEALTH CENTER DISTRICT OF SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) PADA PASIEN DM TIPE II DI PERSADIA UNIT DR. MOEWARDI TAHUN 2015

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS (DM) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 DI PERSADIA UNIT RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ULFA KUMALASARI K

Skripsi. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. DisusunOleh: Firma Ayu Juwitaningtyas J

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

PENGARUH PENYULUHAN LATIHAN JASMANI TERHADAP PENGETAHUAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUSTIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OHO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DM TENTANG OHO Yuliska Isdayanti 1 1 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Diterima : 20 Mei 2018, Disetujui : 6 Juni 2018 Abstrak Background: The purpose of this research was to determine the effect of health education about Oral Hipoglycemic Drugs to knowledge level of patient DM about Oral Hipoglycemic Drugs. Method: Using pre-experimental with one group pretest-posttest design. The sample used is a diabetes mellitus patients who consumed Oral Hipoglycemic Drugs in Persadia units RSUD Dr.Moewardi in Surakarta as much as 30 respondents. Assessment of the knowledge level diabetes mellitus patients about Oral Hipoglycemic Drugs using a questionnaire. Data analysis using the Paired t Test. The Results: Showed p=0,000 with correlation coefficient 0.558. Conclusion: Based on the results of the study, it is known that there is a significant influence between the provision of health education about OHO on the level of knowledge of DM patients about OHO. Keywords : Health Education, Oral Hipoglycemic Drugs, Knowledge Level PENDAHULUAN Diabetes tipe II umumnya terjadi akibat gaya hidup dan perilaku yang telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dapat dicapai untuk keberhasilan perubahan perilaku (Perkeni, 2011). Pengelolaan DM dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan non farmakologis. Pengeloaan terapi farmakologisnya yaitu pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral (OHO). Sedangkan non farmakologis meliputi pengendalian berat badan, olahraga, dan diet (Perkeni, 2011). Ketidakpahaman pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya akan meningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya (Sitorus, 2010). Faktor tersebut akibat dari kurangnya informasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. Biasanya karena kurangnya informasi mengenai kepatuhan konsumsi obat, maka pasien melakukan self-regulation terhadap terapi obat yang diterimanya (Anonim, 2007). Menurut Siregar (2006), Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya saat ini adalah dengan melakukan konseling pasien. Dengan adanya konseling dapat mengubah pengetahuan dan kepatuhan pasien. Dalam hal ini farmasis harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dengan komunikasi yang efektif untuk memberikan pengertian ataupun pengetahuan tentang obat dan penyakit. Pengetahuan yang dimilikinya 52

Yuliska Isdayanti, Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang 53 diharapkan dapat menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup pasien yang pada akhirnya akan merubah perilakunya serta dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang dijalaninya. Komunikasi antara farmasis dengan pasien disebut konseling, dan ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari Pharmaceutical Care. Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang kesehatan, demonstrasi perawatan kesehatan, maupun dengan cara diskusi. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pada seseorang agar mampu merubah perilaku kesehatannya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2010). METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini termasuk penelitian pre eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional. Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design merupakan penelitian dimana suatu kelompok diberi perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya, akan tetapi sebelum diberi perlakuan dilakukan pretest untuk mengetahui kondisi awal. Dengan begitu hasil perlakuan akan lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2011). Peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang OHO terhadap tingkat pengetahuan pasien DM tentang OHO di Persadia unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2015. HASIL PENELITIAN Berikut ditampilkan karakteristik demografi responden, tingkat pengetahuan sebelum dan tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang OHO dan pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang OHO terhadap tingkat pengetahuan pasien DM tentang OHO. Tabel 1. Karakteristik Demografi umum responden Karakteristik n (%) Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia (Tahun) - 40-60 - > 60 Pendidikan - SD - SMP - SMA - D3 - Sarjana Pekerjaan - Pensiunan - PNS - Wiraswasta - Pegawai Swasta - Ibu Rumah Tangga - Lain lain Lama Menderita - 5 tahun - > 5 tahun 8 (26.7%) 22 (73.3%) 23 (76.7%) 7 (23.3%) 11 (36.7%) 9 (30.0%) 5 (16.7%) 3 (10.0%) 2 (6.7%) 2 (6.7%) 1 (3.3%) 6 (20.0%) 2 (6.7%) 14 (46.7%) 5 (16.7%) 8 (26.7%) 22 (73.3%)

54 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No1, Juni 2018 hlm 1-57 Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Pasien DM tentang OHO sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Tingkat Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan Frekuensi % Buruk Kurang Sedang Baik 0 14 14 2 0% 46.7% 46.7% 6.7% Total 30 100% Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Pasien DM tentang OHO setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Tingkat Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Frekuensi % Buruk Kurang Sedang Baik 0 0 7 23 0% 0% 23.3% 76.7% Total 30 100% Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang OHO Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien DM Tentang OHO Derajat Ulkus Tingkat ADL Derajat Correlation 1,000,661 ** Ulkus Diabetika Coefficient Sig. (2-tailed).,000 N 40 40 Tingkat Correlation,661 ** 1,000 kemampuan ADL Coefficient Sig. (2-tailed),000. N 40 40 Berdasarkan tabel 4. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang OHO Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien DM Tentang OHO diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat dapat diartikan terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang OHO terhadap pengetahuan pasien DM tentang OHO di Persadia unit RSUD Dr. Moewardi di Surakarta secara signifikan. Sedangkan Correlation Coefficient diperoleh angka 0,558, maka dapat disimpulkan yang berarti berhubungan sedang dan berkorelasi positif. PEMBAHASAN Jumlah responden perempuan dapat dilihat jumlahnya lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ade Ramadona (2011) yang menyatakan pasien perempuan lebih banyak daripada pasien laki-laki. Hal ini dikarenakan sebagian faktor yang dapat mempertinggi resiko DM tipe 2 yang dialami oleh perempuan, seperti riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4 kg, riwayat DM selama kehamilan (diabetes gestasional), obesitas, penggunaan kontrasepsi oral, dan tingkat stress yang cukup tinggi (Mansjoer, 2000; Therney, 2002). Berdasarkan karakteristik usia responden didapatkan dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur responden di penelitian ini adalah pasien yang berusia 40-60 tahun. Berdasarkan usia, prevalensi DM sering terjadi setelah usia 40 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Komnaslansia (2010) dan Papalia (2008) dengan meningkatnya usia maka secara alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan bergantung pada orang lain. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tua usia responden maka penerimaan terhadap informasi yang disampaikan oleh perawat juga semakin sulit. Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SD 36.7%. Hal ini

Yuliska Isdayanti, Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang 55 didukung oleh teori Santoso (2004), tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang pernah ditempuh maka semakin mudah dalam menyerap informasi baru. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal maupun non formal. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pekerjaan responden yang didapatkan Ibu rumah tangga adalah jenis pekerjaan yang mempunyai jumlah paling banyak yaitu 14 responden (46.7%). Hal ini sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2007), bahwa pekerjaan erat kaitannya dengan kejadian kesakitan di mana timbulnya penyakit dapat melalui beberapa jalan yaitu karena adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan, situasi pekerjaan yang penuh stress dan ada atau tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan. Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan lama menderita diabetes mellitus, persentase terbesar terdapat pada responden dengan lama menderita adalah lebih dari 5 tahun sebanyak 22 responden (73.3%). Lamanya pasien menderita diabetes mellitus dikaitkan dengan komplikasi kronik yang menyertainya. Semakin lama pasien menderita DM, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi kronik karena adanya kadar glukosa darah yang abnormal (Waspadji, 2009). Seperti pada kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol maka diperlukan terapi tambahan pemberian suntikan insulin yang bisa diberikan secara tunggal dan atau bersamaan dengan terapi OHO. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sukmadinata (2009), seseorang yang lama menderita penyakit akan mampu merespon penyakit tersebut dengan rajin mengikuti pengobatan. Hasil penelitian menemukan nilai t hitung -15,161 < t tabel -2, 04 (α=0,05). Selain itu, hasil penelitian ini menemukan nilap p value 0,000 < 0,05. Kedua hasil ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang OHO terhadap pengetahuan pasien tentang OHO di Persadia unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta secara signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Waspadji (2009), yang menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengatahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes mellitus yang bertujuan menunjang perubahan perilaku sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih baik. Dengan adanya perubahan perilaku yang dilakukan oleh pasien secara terus menerus dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam merawat kesehatannya. Selain itu menurut Waspadji (2009,) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan penting bagi pasien diabetes mellitus. Melalui pendidikan kesehatan, pasien dapat memperoleh informasi rasional dari petugas kesehatan. Pengetahuan para penderita DM tentang OHO diharapkan akan semakin meningkat dan dapat menghindari berbagai informasi yang terkadang menyesatkan pasien. Hasil uji ini diperkuat dengan adanya peningkatan pengetahuan pasien tentang OHO. Pada hasil penelitian seluruh responden sebanyak 30 orang mengalami peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Firma Ayu (2014) menyatakan bahwa pengetahuan responden dari kedua kelompok mengalami peningkatan dari

56 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No1, Juni 2018 hlm 1-57 sedang ke tinggi pada penilaian post test dengan hasil penelitian yang menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan penderita diabetes mellitus dalam pencegahan luka kaki diabetik di desa Mranggen, Polokarto Sukoharjo. Dengan pengetahuan yang lebih baik maka diharapkan akan memperoleh hasil akhir yang lebih baik terhadap anjuran pengelolaan kesehatan terutama pengontrolan gula darah dan selanjutnya diharapkan hasil pengelolaan DM menjadi maksimal, yaitu berupa pencegahan terjadinya komplikasi kronik diabetes. Pendidikan kesehatan diperlukan bagi penderita DM tipe II karena penyakit DM tipe II berkaitan dengan perilaku seseorang untuk berubah. Edukasi tentang OHO penting dilakukan pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan edukasi yang baik untuk melakukan perubahan perilaku kesehatan sehingga tercapai pengontrolan kesehatan dan komplikasi DM dapat diminimalkan (Basuki, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan tentang OHO terhadap tingkat pengetahuan pasien DM tentang OHO. Diharapkan perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan pada pasien DM dalam menjalankan terapi OHO pada setiap pasien DM yang berobat agar pasien lebih paham tentang OHO dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dan juga perawat seharusnya tidak hanya memenuhi kebutuhan fisiknya saja pada pasien DM namun juga dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang tidak kalah pentingnya untuk mencapai asuhan keperawatan yang komprehensif dengan komunikasi terapeutik. Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel penelitian yaitu nilai sikap dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi OHO. DAFTAR RUJUKAN Anonim. (2007). Pelayanan Konseling Akan Meningkatkan Kepatuhan Pasien Pada Terapi Obat, diakses 2 Januari 2015 dari http://indonesiasehatblogspot.com/ 2007/06/pelayanankonselingakanm eningkatkan9866.html. Ayu, Firma. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus dalam Pencegahan Luka Kaki Diabetik di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Basuki, Endang. (2009). Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 59 Nomor 2 Februari 2009. Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta : Komisi Nasional Lanjut Usia. Mansjoer, A.K., Triyanti R., Savitri W.I., (Editor). (2001). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi 3), Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Papalia, D. E., Old, W.S., Feldmen R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi

Yuliska Isdayanti, Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang 57 Kesembilan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Ramadona, Ade. (2011). Pengaruh Konseling Obat terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang. Skripsi : Universitas Andalas. Siregar, Charles J.P. dan Endang Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sukmadinata, N.S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Therney, Lawrence, Stephen J., dan Papedakis. (2002). Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Penerjemah : Abdul Gafur. Jakarta.