Online PPI Belanda JONG JONG. No.6/Mei 2012 - Tahun III. Hari Bumi, Hari Kita. tahun. PPI Belanda RETNO MARSUDI: Keluarga Adalah Surga Saya



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

PETA MEDIA INDONESIA. Dyan Rahmiati. Mata kuliah : Hukum Media Massa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH

11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

JAKARTA, 11 Juli 2007

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

Catatan Akhir Tahun 2010 Dewan Pers

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Maroko [Jangan] Belajar Demokrasi dari Indonesia (583/M) Oleh : Ibnu Budiman Jumat, 01 Juli :34

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

Lampiran 1 Pernyataan Terkait Pemidanaan Golput

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

3. KENDALA BAGI HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN PERS

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENELITIAN KORUPSI

POSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PENTINGNYA DEKRIMINALISASI PERS DALAM RUU KUHP

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

kinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,

Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka

LAPORAN JANUARI MEI 2016

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. negara yang telah dirasakan bangsa Indonesia sejak era kolonial hingga era

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Muh. Syarifudin Noor 1/29/2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Transkripsi:

No.6/Mei 2012 - Tahun III Majalah JONG Online PPI Belanda JONG I N D O N E S I A Hari Bumi, Hari Kita 90 tahun PPI Belanda RETNO MARSUDI: Keluarga Adalah Surga Saya

30 Dalam suatu kesempatan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Leiden 2011 lalu, pertanyaan ini saya ajukan ke mahasiswa. Tidak seorang mahasiswa pun dapat menjawab bahwa pers bebas telah atau belum terlindungi hukum. Semua meyakini, pers Indonesia sudah sangat maju seiring dengan jatuhnya rezim otoritarian Soeharto di tahun 1998. Memang, pers Indonesia telah banyak berubah, terutama tidak lagi dikenalnya pembredelan, sensor dan perijinan. Konteks politik reformasi memberi kesempatan dengan memperbaiki situasi pers Indonesia. Setidaknya, kontrol negara terhadap pers tidak lagi dominan, sementara pers kian mudah lahir dan berkembang menyesuaikan kebutuhan pasar atau industri media. Namun, benarkah situasi itu membaik, dan khususnya, secara hukum menjadi lebih terlindungi? Tulisan ini dibuat untuk mengetengahkan situasi Indonesia di Peringatan Hari Pers Dunia yang jatuh pada tanggal 3 Mei setiap tahunnya. Surplus-defisit Menarik bila kita menyimak perkembangan beberapa tahun terakhir. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato khusus soal pers saat peringatan ulang tahun keempat Harian Jurnal Nasional di Jakarta (3 Juni 2010), Dulu kita defisit, tapi sekarang kita surplus freedom of the press. Ini artinya, diskursus surplusdefisit sesungguhnya adalah wacana yang dilontarkan untuk memaknai kebebasan dan ketidakbebasan pers. Sejak lahirnya UU No. 40 tahun 1999 (UU Pers), sensor, pembredelan dan ijin pendirian pers tidak lagi diperlukan. Lebih-lebih, di masa kepresidenan Gus Dur, Departemen Penerangan yang selama ini menjadi institusi momok bagi pers, telah dibubarkan. Akibat yang dirasakan saat itu, jumlah pers baru melonjak drastis. Kepemilikan media tidak lagi didominasi elit politik-ekonomi tertentu, karena siapapun berlomba masuk dalam bisnis pers, atau bahkan berpolitik melalui pers. Konteks politik desentralisasi pula melahirkan pers daerah baru yang lahir seiring dengan musim Pilkada. Lonjakan itu, sayangnya, tak disertai profesionalisme jurnalis dan kemampuan manajerial yang baik. Aki-

31 batnya, berita sensasional, provokatif dan pelanggaran kode etik jurnalisme mudah ditemui. Masyarakat, ahli media, dan politikus mempertanyakan situasi negatif itu sebagai eforia ke e asan yang ke a lasan, atau wa ana surplus nya BY. Situasi kebebasan pers yang demikian tidak bisa dilepaskan dari karakter produk rezim pasca -otoritarian. Kran demokrasi yang disumbat puluhan tahun, akhirnya terbuka dan memancarkan energi perubahan drastis dalam sejumlah aspek kehidupan sosial, budaya, politik dan hukum. Tidak semua berujung positif. Dalam soal pers, apa yang dise ut surplus itu isa jadi erupakan sisi negatif dari kebebasan pers. Meskipun demikian, situasi itu ukan erarti tidak lagi defisit. Realitasnya, negara tidak serius mewujudkan elemen dasar kebebasan pers di Indonesia, terutama di paruh kedua pemerintahan SBY (2009-2011). Pers, boleh dikata, bandulnya kembali ke arah defisit. Komitmen Pemerintah Kata kunci untuk melihat kemajuan atau kemunduran jaminan kebebasan pers sangat bergantung dari komitmen pemerintah. Ada sejumlah indikasi yang memperlihatkan ketidakseriusan di masa pemerintahan SBY dalam menjamin kebebasan pers. Setidaknya, pertama, adanya upaya membatasi kebebasan ekspresi melalui sejumlah instrumen perundang-undangan; Kedua, keterlibatan aparat dalam kekerasan terhadap jurnalis; serta Ketiga, impunitas atau pembiaran pelaku kekerasan untuk menyerang pers. Pemberangusan pers (breidel) misalnya, justru kembali terjadi dalam kasus penyitaan secara paksa alat siaran Radio Era Baru di Batam. Ironisnya, penyitaan paksa terjadi di tengah proses hukum di peradilan tata usaha negara sedang berjalan. LBH Pers menduga kuat adanya campur tangan Pemerintah Komunis Cina untuk menghentikan siaran Radio Era Baru yang kerap memberitakan soal pelanggaran HAM di Cina. Ini jelas menampar keras jaminan dalam pasal 4(2) UU Pers yang menyatakan Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. Sementara, diberitakan keselamatan jurnalis masih menjadi masalah serius selama 2011, karena catatan Lembaga Bantuan Hukum Pers dan Dewan Pers, telah terjadi 85 kasus kekerasan terhadap pers (Kompas, 1/3/2012). Apalagi, situasi maraknya kekerasan tersebut diperparah dengan kegagalan negara untuk mengadili pelaku kekerasan dalam mekanime peradilan yang adil dan tak berpihak. Tentunya, impunitas menjadi problem besar penegakan hukum serta mengancam fungsi pers sebagai alat kontrol sosial (pasal 3(1) UU Pers). Militer, polisi, pegawai pemerintahan dan peradilan, ramai-ramai mengintimidasi dan melakukan kekerasan terhadap jurnalis di lapangan. Belum lagi ancaman terhadap pers yang justru dilegalisasi melalui sejumlah perundangundangan, di luar UU Pers. Seperti UU Anti-Pornografi, UU Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Intelejen, serta sejumlah kehendak revisi legislasi yang cenderung membatasi pers bebas.

32 Di tengah politik hukum negara yang kurang berpihak dalam perlindungan pers bebas, situasi Indonesia justru marak dipedaya oleh kekerasan sipil yang digerakkan oleh elit politik atau bisnis tertentu. Sementara sejumlah penguasa media engakra i kekuasaan politik predatorik di berbagai level, yang sarat dengan kepentingan komunal dan semata akumulasi modal. Pers, ringkasnya, menghadapi tembok berlapis untuk bisa menjadi pers yang bebas dari tekanan struktural dan kekerasan. Bila lapisan itu kian menebal dan mengeras, bukan tidak mungkin, sesungguhnya negara sedang menuju kembali ke situasi otoritarianisme politik yang menyumbat sekaligus mematikan kebebasan pers. Semoga tidak demikian, sebagaimana pernyataan Presiden SBY e erapa ulan lalu. Indonesia akan terus menganut paham kemerdekaan pers,... suatu negara akan lebih baik jika menganut paham kebebasan pers, daripada paham otoritarian. Kemerdekaan pers akan memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi, kehidupan demokrasi akan berjalan dengan baik, dan aspirasi masyarakat bisa disuarakan Ko pas, 9/ /. Pernyataan yang disampaikan dalam Peringatan Hari Pers Nasional 2012 di Jambi itu, menarik untuk dipersandingkan dengan bagaimana institusi internasional yang bekerja dalam isu kebebasan pers melihat situasi Indonesia. Pesan atas temuan Reporters San Frontiers (RSF, 2012), bertolak belakang dengan pernyataan SBY. RSF, lembaga promosi kebebasan pers yang bermarkas di Paris, setiap tahun membuat indeks kebebasan pers. RSF menilai tujuh elemen dasar suatu negara berkaitan dengan indeks kebebasan pers. Pertama, adanya kekerasan dan tindakan kasar terhadap jurnalis; Kedua, peran negara dalam melawan impunitas atas kekerasan dan tindakan kasar; Ketiga, sensor dan sensor diri (self-censorhip); Keempat, situasi media (seperti apakah pemerintah mengontrol kebijakan editorial media milik negara); Kelima, perundangundangan soal media; Keenam; tekanan peradilan, birokrasi dan kelompok bisnis; dan Ketujuh, akses internet dan media baru. Menurut survey RSF, indeks kebebasan pers Indonesia selama 2011-2012 ini merosot sangat tajam dari tahun sebelumnya di peringkat 117 menjadi 146 dari 179 negara di dunia. Dengan peringkat itu, menempatkan pemerintahan SBY sebagai pemerintah yang paling buruk menciptakan situasi kebebasan pers pasca Soeharto. Lebih lagi, di tingkat Asia Tenggara, posisinya di atas Vietnam dan Burma, sedangkan negara lainnya lebih baik dari Indonesia. Dengan catatan RSF ini, kita berharap, pemerintah memperkuat komitmen jaminan kebebasan pers, agar tak semata berada di dalam alam wacana saja, tetapi sungguh-sungguh didorong ke arah politik pers bebas yang lebih protektif dan penegakan hukum yang progresif.

33 Year Netherlands Indonesia Thailand Philippines 2002 1 57 65 89 2003 1 110 82 118 2004 1 117 59 111 2005 1 102 107 139 2006 1 103 122 142 2007 12 100 135 128 2008 16 111 124 139 2009 7 100 130 122 2010 1 117 153 156 2011-2012 3 146 137 140 * R. Herlambang Perdana Kandidat PhD, Van Vollenhoven Institute, Fakultas Hukum Universitas Leiden, enulis disertasi o io-legal Ke e asan Pers di Indonesia. herlambangperdana@yahoo.com