BAB 5 PENUTUP Dalam bab ini diuraian simpulan penelitian, rekomendasi yang dapat dilakukan oleh PT BBD DIY, keterbatasan penelitian, dan saran. 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil evaluasi penerapan manajemen risiko pada kredit PT BPD DIY (Bank Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) yang dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh simpulan bahwa: 1. Pelaksanaan manajemen risiko pada kredit PT BPD DIY (Bank Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) cukup baik. Fungsi manajemen risiko yaitu, Dewan Komisaris, Direksi, Komite Manajemen Risiko, Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan, Satuan Audit Internal dan Divisi Perkreditan saling berkoordinasi dalam pengelolaan risiko. Namun, kelompok manajemen risiko pada Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan perlu dilakukan perkembangan. Kelompok manajemen risiko tidak terbagi secara untuk setiap risiko yang dikelola. Selanjutnya, program sertifikasi yang dilakukan oleh PT BPD DIY membantu seluruh pegawai unit bisnis menjadi paham terhadap risiko, oleh karena itu risiko akan diidentifikasi dengan baik. Proses pengidentifikasian risiko dilakukan oleh unit bisnis, karena unit bisnis lebih mengetahui proses bisnisnya, sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi risiko yang ada. Selanjutnya alat sistem peringatan dini yang digunakan oleh PT BPD DIY cukup baik. Namun, sistem peringatan dini yang digunakan oleh PT BPD DIY hanya CBS, oleh karena itu sistem peringatan dini 63
64 PT BPD DIY perlu dilakukan pengembangan. Risiko diukur pada unit kerja dengan cara memperhatikan kondisi keuangan, jangka waktu kredit, aspek jaminan perorangan, perusahaan dan pemerintah, aspek agunan kebendaan, dan atau garansi. Selanjutnya, pengendalian dan pengawasan risiko PT BPD DIY dilakukan melalui penyusunan profil risiko bank. Kebijakan dan prosedur selalu dilakukan peninjauan ulang, sehingga pedoman tersebut sesuai dengan kondisi bisnis pada saat ini. Namun, infrastruktur penunjang sistem informasi yang dimiliki oleh PT BPD DIY masih perlu dilakukan pengembangan, karena sistem dan alat penunjang yang dimiliki oleh PT BPD DIY hanya CBS dan portal web. Proses penerimaan kredit dilakukan dengan menggunakan sistem scoring dan rating. Sistem-sistem tersebut dapat membantu bank dalam mengukur risiko kredit tiap debitur yakni membantu bank dalam mengukur risiko kredit dari debitur standar dan komersial. Namun, PT BPD DIY kurang memanfaatkan sistem rating dalam penetapan struktur bunga yakni RBP. Informasi pemeringkatan dapat dimanfaatkan sebagai dasar kebijakan penetapan harga yakni penetapan suku bunga terhadap debitur. Proses pengelolaan eksposur dan manajemen portofolio yang dilakukan dengan cara mengambil langkah-langkah antisipatif dan memitigasi risiko secara individu maupun portofolio. Penetapan limit eksposur PT BPD DIY dilakukan sesuai dengan modal yang dimiliki bank untuk melakukan ekspansi kredit. Selanjutnya, PT BPD DIY mengurangi adanya konsentrasi yang berlebihan pada kelompok tertentu dengan cara mempertahankan portofolio yang terdiversifikasi melalui penetapan limit dan toleransi risiko ke dalam berbagai jenis kredit.
65 Pelaksanaan peninjauan kredit (credit review) yang dilakukan oleh Satuan Audit Internal. Proses peninjauan kredit tidak hanya membantu bank dalam mendeteksi masalah kredit secara potensial, namun juga dapat mengidentifikasi pelanggaran atas peraturan dan prosedur kredit. 2. Penyebab peningkatan rasio NPL yang terjadi pada tahun 2012--2014 salah satunya karena pengelolaan risiko kredit yang masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut terdiri dari: i. PT BPD DIY (Bank Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) belum memanfaatkan sistem rating dalam penetapan harga yakni suku bunga kredit; ii. Fungsi manajemen risiko tidak terbagi secara khusus untuk menangani risiko kredit; dan iii. Infrastruktur sistem informasi masih perlu dilakukan pengembangan. 5.2. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, keterbatasanketerbatasan tersebut terdiri dari: 1. Peneliti tidak mendapat akses ke Divisi Perkreditan untuk melakukan wawancara langsung dan observasi langsung terhadap aktivitas pengelolaan risiko pada unit kerja. 2. Data yang diperoleh oleh peneliti terbatas, karena pihak PT BPD DIY (Bank Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) hanya memberikan informasi yang boleh dipublikasi saja.
66 3. Wawancara kepada karyawan dilakukan pada jam kerja, sehingga menyebabkan peneliti memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan wawancara mendalam. Selanjutnya wawancara kepada pimpinan dilakukan melalui email, hal tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat melihat secara langsung tanggapan atas pertanyaan yang diajukan, serta penjelasan atas jawaban hanya diberikan secara singkat. 4. Program solusi pengelolaan risiko berbentuk simulasi, karena sumber data perkreditan hanya berdasarkan data pada laporan keuangan. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dalam mengakses data perkreditan secara langsung. 5.3. Rekomendasi dan Saran Rekomendasi yang dapat peneliti berikan kepada PT BPD DIY (Bank Pembangunan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) sebagai program solusi atas permasalahan, yaitu: 1. Sistem rating yang digunakan oleh PT BPD DIY dapat dimanfaat dalam penetapan struktur bunga kredit (loan pricing). Pemanfaatan sistem rating dalam penetapan struktur bunga yakni PT BPD DIY menggunakan informasi pemeringkat sebagai dasar kebijakan dalam penetapan harga, yang dalam hal ini penetapan suku bunga terhadap debitur. 2. Fungsi manajemen risiko yang lengkap membantu bank dalam menggambarkan dan mengelola risiko yang melekat dalam kegiatan bisnis bank dengan baik. Divisi Manajemen Risiko PT BPD DIY dapat menambahkan 1 (satu) bagian lagi dalam fungsi tersebut yaitu Credit risk & portofolio management
67 group, yakni kelompok yang berfokus melakukan pemantauan terhadap risiko kredit dan portofolio kredit. Infrastruktur sistem informasi membantu PT BPD DIY dalam penyediaan informasi. PT BPD DIY dapat melakukan pengembangan terhadap sistem informasi penunjang pengelolaan risiko kredit, yaitu dengan menambahkan penerapan sistem watch list debitur. Sistem watch list merupakan suatu metode standar, terstruktur dan komprehensif dalam memonitor kinerja debitur, sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut (action plan) untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur. Sistem ini memonitor secara insentif terhadap debitur berdasarkan kolektabilitasnya, sehingga penurunan kolektabilitas bisa dideteksi dari awal. Selanjutnya sistem ini juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penurunan tingkat kualitas kredit secara dini, sehingga sistem ini juga dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini. Selanjutnya, saran untuk penelitian selanjutnya mengenai evaluasi penerapan manajemen risiko pada kredit, sebaiknya menggunakan jangka waktu penelitian yang lebih panjang serta melakukan wawancara mendalam ke fungsi terkait yaitu Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan, Divisi Perkreditan dan Satuan Audit Internal. Hal tersebut bertujuan agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai penerapan manajemen risiko pada kredit secara teknis.