BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam mewujudkan Good Government Governance (GGG) dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, tentang laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah serta Undang- Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian pemerintah daerah harus melaksanakan pertanggungjawaban berdasarkan undang-undang tersebut kepada pemerintah pusat dan kepada masyarakat melalui DPRD. Untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan manajemen keuangan daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Otonomi daerah merupakan wujud nyata untuk mendukung terselenggaranya Good Government Governance. Good Government Governance itu sendiri adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi pada pembangunan sektor publik (Oktasari dan Arifin, 2016). 1
2 Bentuk pertanggungjawaban keuangan Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan yang diamanatkan dalam pengelolaan keuangan Negara adalah laporan keuangan yang mengandung prinsip Good Government Governance. Prinsipprinsip GGG, yakni: transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, partisipasi, dan integritas (Putu, Nyoman, dan Putri, 2016). Menurut Mardiasmo (2006) akuntabilitas publik adalah prinsip pertanggungjawaban publik melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Salah satu prinsip pengelolaan keuangan daerah yaitu akuntabilitas. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kualitas laporan keuangan pemerintah akan semakin baik karena adanya akuntabilitas, yang merupakan pertanggungjawaban mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi terhadap pengelolaan sumber dana yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Dengan dilaksanakannya akuntabilitas menjamin laporan keuangan pemerintah yang berkualitas untuk mendukung pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. (Adha, Rahmawati & Azhar, 2014). Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah harus diketahui kepada masyarakat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana beserta penggunaannya, maka
3 diperlukan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah kepada DPRD dan masyarakat (Wiguna, Yuniartha, dan Darmawan, 2015). Transparansi akan menjamin kualitas laporan keuangan pemerintah, karena transparansi sebagai pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber dana, kinerja operasional, informasi tentang kebijakan, proses pelaksanaanya, dan hasil-hasil yang dicapai pada ketaatan peraturan perundang-undangan. Transparansi akan meberikan penyediaan informasi yang jelas, kemudahan akses informasi, dan meningkatkan arus informasi tentang laporan keuangan pemerintah daerah (Adha, Rahmawati & Azhar, 2014). Menurut Badjuri dan Trihapsari (2004) tujuan penting akuntansi dan administrasi sektor publik adalah akuntabilitas dan transparasi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Akuntabilitas dan transparansi dimaksud untuk memastikan bahwa pengelolaan pemerintah yang dilakukan aparatur pemerintah berjalan dengan baik, hal tersebut seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah pusat/daerah. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999
4 dalam Zyen, 2009). Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak pihak berkepentingan. Informasi keuangan digunakan untuk (a) membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, (b) menilai kondisi keuangan dan hasil hasil operasi, (c) membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas (Mardiasmo, 2002). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2015 dari kabupaten/kota se-provinsi Jawa Barat Selasa, 7 Mei 2016. Dalam pemeriksaan tersebut, Laporan keuangan pemerintah daerah Kota Bandung memiliki opini wajar dengan pengecualian (WDP). (Tempo.Co 7 Juni 2016). Laporan keuangan di pusat maupun daerah diharapkan dapat dikelola dengan baik dalam rangka mengelola dana publik secara transparan dan akuntabel. Karena masih banyak laporan keuangan yang mendapat opini wajar dengan pengecualian. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan banyak permasalahan pada pengelolaan keuangan pemerintah Kota Bandung yang menunjukkan lemahnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Juga menemukan masih banyak permasalahan pada penyajian yang perlu dibenahi terutama masalah pencatatan aset laporan keuangan pemerintah Kota Bandung. Hasil pemeriksaaan BPK sebagai introspeksi bagi seluruh Pemerintah
5 Daerah untuk meningkatkan kinerja agar dapat menghilangkan kekeliruan yang mungkin disengaja maupun tidak, karena faktanya masih ada pemerintah daerah di Jawa Barat yang masih belum melaksanakan pengelolaan keuangan Negara/daerah dengan baik dan benar, sehingga belum dapat diberi Opini WTP. BPK menyarankan agar pemerintah daerah membuat rencana kegiatan untuk membenahi sistem pembukuan keuangan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), karena laporan keuangan di daerah yang berkualitas menunjukkan bahwa kepala daerah bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi dengan melaksanakan pertanggungjawaban keuangan yang tercermin di dalam Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang akan dipertanggungjawabkan pada DPRD setahun sekali atau diakhir masa jabatannya (Permana, 2012). Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang semakin baik dibutuhkan tenaga-tenaga akuntansi terampil pada pemerintah daerah, hal ini dapat dilakukan melalui bimbingan teknis akuntansi bagi pegawai pemerintah daerah yang ditugaskan sebagai pengelola keuangan atau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki kemampuan akuntansi keuangan daerah. Disamping tenaga-tenaga akuntansi terampil tersebut, juga dibutuhkan adanya sistem dan prosedur pembukuan yang memadai dari kebijakan akuntansi sebagai pedoman pegawai dalam mengelola keuangan daerah. Dengan kualitas laporan keuangan yang masih belum memenuhi SAP, maka transparansi dan akuntabilitas dari Laporan Keuangan tersebut diragukan (Rachmawaty, 2015).
6 Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Survey pada Dinas Pemerintah Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana akuntabilitas yang dijalankan Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagaimana transparansi yang dijalankan Pemerintah Kota Bandung. 3. Bagaimana akuntabilitas dan transparasi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, serta mendapatkan informasi yang terkait Akuntabilitas dan Transparansi sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui akuntabilitas pada Pemerintah Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui transparansi pada Pemerintah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui akuntabilitas dan transparansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung.
7 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan mengembangkan ilmu akuntansi sektor publik dengan mengetahui Akuntanbilitas dan Transparansi laporan keuangan pemerintahan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan koreksi dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dan pengelolaan keuangan daerah. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi, pengetahuan, dan referensi yang berkaitan dengan laporan keuangan pemerintah. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pemerintahan Kota Bandung. Adapun waktu pelaksanaan dimulai sejak bulan Februari 2017 sampai dengan Juli 2017.