Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Commodity Futures Trading Regulatory Agency (CoFTRA)

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Resi Gudang Memberdayakan Bangsa

BAPPEBTI Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. CoFTRA Commodity Futures Trading Regulatory Agency KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Sistem Resi Gudang Bagi Petani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Beberapa Pengertian. Analisa Sistem Resi Gudang. Hakikat Resi Gudang 07/10/2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Usahatani di Indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2009 TENTANG SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

Hukum Jaminan Resi Gudang

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI SISTEM RESI GUDANG UNTUK SUMBER PEMBIAYAAN, STABILISASI HARGA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi masa kini terjadi persaingan yang semakin ketat. Era

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB III KELEMBAGAAN. Bagian Kesatu Umum. Pasal 19. Bagian Kedua Badan Pengawas. Pasal 20

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DI JAWA TENGAH

PASAR LELANG KOMODITAS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

TANGGAPAN TERHADAP MATERI PRESENTASI PROF.DR. ACHMAD SURYANA BERJUDUL: 15 TAHUN DINAMIKA KETAHANAN PANGAN INDONESIA 1

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13.1/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

Persetujuan Gudang & Pengelola Gudang Dalam Sistem Resi Gudang

BAB VI KELEMBAGAAN. Bagian Kesatu Umum. Pasal 34

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI. Nomor : 26/M-DAG/PER/6/2007. Tentang BARANG YANG DAPAT DISIMPAN DI GUDANG DALAM PENYELENGGARAAN SISTEM RESI GUDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LINGKUP RESI GUDANG. Bagian Kesatu Bentuk dan Sifat. Pasal 2

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 12/BAPPEBTI/PER-SRG/5/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG PELAKSANAAN SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG

Salah satu kontribusi terbesar pada krisis ekonomi dan resesi di lndonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan umum usaha agribisnis di Indonesia, terutama yang berkaitan

BAB 4 SISTEM RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN KREDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Pe

ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG KOMODITI LADA

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

daftar isi PANDUAN Pelaksanaan Sistem Resi Gudang Kata Pengantar Sekilas Sistem Resi Gudang Manfaat Sistem Resi Gudang Implementasi Resi Gudang

OUTLOOK 2015 SISTEM RESI GUDANG DAN PASAR LELANG KOMODITAS

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

ANALISIS EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG (SRG) KOMODITI JAGUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tujuan tersebut di cita-citakan dan

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS MENGENAI HAK JAMINAN RESI GUDANG DAN PERMASALAHANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN RESI GUDANG

EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG)

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Commodity Futures Trading Regulatory Agency (CoFTRA)

1

Daftar Isi Kata Pengantar... 3-4 Suara Dari Masa Depan... 5-6 Memutus Mata Rantai Perdagangan Daya Saing Bangsa Sistem Resi Gudang... 7-8 Pengertian Resi Gudang Manfaat Resi Gudang Harapan Untuk Semua... 9-12 Pokok - Pokok Pengaturan Terobosan: Instrumen Penjaminan Pengganti Fixed Asset Barang Dalam Resi Gudang Skema Subsidi Resi Gudang Lembaga Jaminan Resi Gudang Kelembagaan Dalam Sistem Resi Gudang... 13-16 Badan Pengawas Pengelola Gudang Lembaga Penilaian Kesesuaian Pusat Registrasi Lembaga Jaminan Resi Gudang Pemerintah Pusat dan Daerah Langkah Kedepan... 17 Sanksi dan Pidana 2

Kata Pengantar Kata Pengantar Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sektor pertanian, terutama sektor komoditi pertanian/perkebunan sangat ditentukan oleh kemampuan negara itu sendiri dalam menyediakan akses pembiayaan yang efektif dan cepat bagi pelaku produksi dan perdagangan komoditi tersebut. Resi Gudang merupakan instrumen yang memberdayakan petani, di mana komoditi yang dihasilkan mampu memberikan nilai ekonomis dalam bentuk nilai penjaminan, yang dapat dipergunakan untuk memperoleh kredit dari bank dan lembaga keuangan non-bank, dengan tingkat bunga yang rendah. Melalui Sistem Resi Gudang diharapkan petani, kelompok tani, koperasi, dunia usaha kecil dan menengah Indonesia dapat meningkatkan produktivitasnya. Hal ini bermuara pada meningkatnya daya saing mereka di perekonomian nasional, dan lebih jauh lagi di pasar dunia. 3

Kompleksitas yang terkait dengan perwujudan dan implementasi Sistem Resi Gudang di Tanah Air menuntut komitmen, konsistensi, pemikiran dan sumber daya yang tidak sedikit. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi mengajak seluruh pemangku kepentingan perekonomian nasional, untuk secara bersama-sama mendorong terbangunnya Sistem Resi Gudang yang berhasil guna. Dengan berkolaborasi, upaya membangun dan mengimplementasikan Sistem Resi Gudang di tanah air akan lebih ringan dan lebih cepat diwujudkan. Dengan demikian Sistem Resi Gudang dapat sesegera mungkin memberikan manfaat berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia. 4

SUARA Dari Masa Depan Memutus Mata Rantai Perdagangan Perdagangan komoditi, terutama komoditi pertanian merupakan salah satu pilar strategis struktur perekonomian Indonesia. Bagi Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, berkelanjutan produksi dan perdagangan komoditi bukanlah pilihan, namun merupakan dimensi strategis yang perlu diwujudkan dan dipertahankan. Namun demikian, daya saing petani dan pelaku usaha pertanian Indonesia masih relatif lemah. Mereka masih banyak terkendala oleh berbagai persyaratan yang membatasi mereka mengakses manfaat dari sumber pembiayaan yang ada di tanah air. Misalnya perlunya mereka menyerahkan jaminan kredit bank yang berupa fixed asset (aset tetap). Selama ini, di saat panen petani dihadapkan pada situasi tanpa pilihan kecuali menjual komoditinya segera setelah panen kepada pedagang tengkulak, saat dimana harga hasil komoditi terkait cenderung bearish (turun). Harga dasar yang ditetapkan pemerintah atas suatu komoditi dalam prakteknya terdistorsi di tingkat pasar dan tidak optimal memberikan manfaat kepada para petani. Nilai yang mereka terima atas hasil penjualan komoditinya seringkali tidak memadai, baik untuk mendukung kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya, atau lebih jauh lagi menjadi modal produksi/tanam musim selanjutnya. Pilihan bagi petani untuk memperoleh harga terbaik dengan menahan (menyimpan) hasil panen untuk dijual kelak pasca masa panen, mengandung resiko membebani petani dengan biaya penyimpanan (storage) yang cukup signifikan, selain juga himpitan kenyataan ini membuat pilihan menjual segera komoditinya saat panen, petani dapat segera mengembalikan pinjaman atas kegiatan produksi sebelumnya, membiayai kehidupannya, dan sekaligus menyiapkan modal bagi produksi berikutnya. 5

Dengan demikian diperlukan suatu upaya memutus rantai sistem perdagangan yang merugikan di atas, yang cenderung membentuk suatu lingkaran tak berkesudahan atas kehidupan kebanyakan pelaku usaha pertanian, khususnya para petani. Membiarkan pola ekonomi pertanian ini berlanjut, berpotensi membawa Indonesia pada suatu bentuk ekonomi yang rentan, yang ditandai dengan melemahnya sektor pertanian sebagai barikade ketahanan ekonomi nasional, dengan segala konsekuensinya. Daya Saing Bangsa Membuka Akses dan Membatasi Resiko Dalam kerangka persaingan pasar bebas, keberadaan dunia usaha dan hal jumlah, kualitas harus mampu mengantisipasi ritme perubahan yang sangat cepat di bidang ekonomi, khususnya perdagangan, merupakan kondisi mutlak. Keberhasilan membangun daya saing, terutama daya saing sektor komoditi pertanian/ perkebunan, sangat ditentukan oleh berfungsinya mekanisme pasar yang maksimal, terjaganya integritas daya dukung lingkungan bagi komoditi/ produk pertanian berkualitas, terbangunnya kepastian hukum, dan dunia usaha yang berdaya saing. Dalam konteks di atas, keberadaan sistem dan instrumen perdagangan yang efektif dan efisien memainkan peranan yang vital, untuk menjaga daya saing dunia usaha nasional dalam forum pasar bebas. Sementara itu, efisiensi dan efektifitas perdagangan sendiri dapat diwujudkan apabila sistem pembiayaan perdagangan dapat diakses secara luas, tepat waktu dan berdaya guna bagi pelaku usaha. Pelaku usaha disini termasuk usaha kecil dan menengah, petani dan kelompok tani, yang umumnya menghadapi masalah pembiayaan karena keterbatasan mereka dalam hal akses dan jaminan kredit (collateral). 6

SISTEM RESI GUDANG Pengertian Resi Gudang Resi Gudang (Warehouse Receipt) merupakan salah satu instrumen penting, efektif dan dapat diperdagangkan serta dapat dipertukarkan dalam sistem pembiayaan perdagangan suatu negara. Di samping itu, Resi Gudang juga dapat dipergunakan sebagai jaminan (collateral) atau diterima sebagai bukti penyerahan barang dalam rangka pemenuhan kontrak derivatif yang jatuh tempo, sebagaimana terjadi dalam suatu kontrak berjangka. Dengan demikian Sistem Resi Gudang dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang. Resi Gudang sebagai alas hak (document of title) atas barang, dapat digunakan sebagai agunan, karena Resi Gudang dijamin dengan komoditas tertentu, yang berada dalam pengawasan pihak ketiga (Pengelola Gudang) yang terakreditasi. Dalam Sistem Resi Gudang, pembiayaan yang dapat diakses oleh pemilik barang dapat berasal dari perbankan maupun lembaga keuangan non-bank. Sistem ini telah dipergunakan secara luas di negara-negara maju atau di negaranegara dimana Pemerintah telah mulai mengurangi perannya dalam menstabilitasi harga komoditi, terutama komoditi agribisnis. Dalam kelompok terakhir ini, beberapa negara yang menerapkan instrumen Resi Gudang antara lain; India, Filipina, Ghana, Uganda, Turki, Tanzania, Kazakhstan. Manfaat Resi Gudang Penerapan Sistem Resi Gudang menawarkan serangkaian manfaat yang luas bagi petani sendiri, dunia usaha, perbankan dan bagi pemerintah. Manfaat tersebut antara lain: Keterkendalian dan kestabilan harga komoditi. Sistem ini bermanfaat dalam menstabilkan harga pasar, melalui fasilitas penjualan sepanjang tahun. Keterjaminan modal produksi. Pemegang Komoditi mempunyai modal usaha untuk produksi berkelanjutan karena adanya pembiayaan dari lembaga keuangan. Keleluasaan penyaluran kredit bagi perbankan. Dunia perbankan nasional memperoleh manfaat dari terbentuknya pasar bagi penyaluran kredit perbankan. Sistem Resi Gudang di banyak negara dianggap sebagai instrumen penjaminan kredit tanpa resiko. 7

Keterjaminan produktifitas. Jaminan produksi komoditi menjadi lebih pasti karena adanya jaminan modal usaha bagi produsen/petani. Keterkendalian stok nasional. Sistem ini mendukung terbangunnya kemampuan pemerintah untuk memantau dan menjaga ketahanan ketersediaan, melalui jaringan data dan informasi terintegrasi yang terbangun oleh Sistem Resi Gudang. Keterpantauan lalu lintas produk/ komoditi. Sistem ini membangun kemampuan pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kualitas komoditi, upaya perlindungan konsumen, pengendalian ekosistem, pengendalian lalu lintas produk komoditi, dsb. Keterjaminan bahan baku industri. Sistem Resi Gudang merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pemasaran dan industri yang dikembangkan di suatu negara. Sistem Resi Gudang telah terbukti mampu meningkatkan efisiensi sektor agrobisnis dan agroindustri, karena baik produsen maupun sektor komersial terkait dapat mengubah status ketersediaan bahan mentah dan setengah jadi untuk menjadi produk yang dapat diperjualbelikan secara luas. Efisiensi logistik dan distribusi. Sebagai surat berharga, Resi Gudang dapat dialihkan atau diperjualbelikan oleh Pemegang Resi Gudang kepada pihak ketiga, baik secara langsung, melalui Pasar Lelang ataupun melalui pasar yang terorganisir (bursa). Dengan terjadinya pengalihan Resi Gudang tersebut kepada pemegang Resi Gudang yang baru, diberikan hak untuk mengambil barang sesuai dengan deskripsi yang tercantum di dalamnya. Dengan demikian akan tercipta suatu sistem perdagangan yang lebih efisien dengan dihilangkannya komponen biaya pemindahan barang. Kontribusi fiskal melalui transaksi-transaksi Resi Gudang, Pemerintah memperoleh manfaat fiskal yang selama ini sangat potensial. UU Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 2011 8

HARAPAN UNTUK SEMUA Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan yang diwakili oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), sejak tahun 1999 mengambil prakarsa untuk menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Sistem Resi Gudang. Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tanggal 20 Juni 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Sistem Resi Gudang menjadi Undang-Undang (UU). Presiden RI mensahkannya sebagai UU Nomor 9 Tahun 2006 tentang Resi Gudang pada tanggal 14 Juli 2006. Pada tanggal yang sama, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menempatkan UU Sistem Resi Gudang dalam Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 59. UU Sistem Resi Gudang terdiri dari 8 (delapan) Bab, yaitu: Ketentuan Umum; Lingkup Resi Gudang; Kelembagaan; Pembukuan dan Pelaporan; Pemeriksaan; dan Penyidikan; Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; dan Penutup. Pokok-Pokok Pengaturan Tujuan diberlakukannya UU tentang Sistem Resi Gudang adalah untuk memberikan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap kepastian hukum, melindungi masyarakat dan memperluas akses mereka untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan. UU tersebut menjawab kebutuhan akan suatu instrumen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang selama ini terkendala untuk memperoleh pembiayaan usaha. UU Sistem Resi Gudang memberikan manfaat terutama bagi petani/ kelompok tani/gapoktan, pengusaha kecil dan menengah, pedagang, pabrikan, perusahaan pengelola gudang, eksportir maupun lembaga keuangan (bank/lembaga keuangan non-bank) untuk mengakses permodalan guna meningkatkan usahanya. Resi Gudang adalah surat berharga berupa dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di Gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang yang telah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas. Sistem Resi Gudang didefinisikan sebagai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. Kebijakan umum di bidang Sistem Resi Gudang ditetapkan oleh Menteri yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Terobosan: Instrumen Penjaminan Pengganti Fixed Asset Resi Gudang dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang dan dapat digunakan sebagai dokumen penyerahan barang. Sebagai alas hak atau document of title, 9

maka Resi Gudang dapat dijadikan sebagai jaminan utang sepenuhnya tanpa perlu dipersyaratkan adanya jaminan lain. Ketentuan ini diharapkan akan sangat membantu petani serta kelompok tani maupun usaha kecil dan menengah yang selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses kredit, karena umumnya mereka tidak memiliki aset tetap untuk dijadikan sebagai agunan. Skema penjaminan ini merupakan suatu terobosan baru yang melengkapi hukum penjaminan yang berlaku di Indonesia seperti gadai, hipotek maupun tanah dan jaminan fidusia. Dalam Sistem Resi Gudang, yang menjadi objek jaminan adalah Resi Gudang yang mewakili barang bergerak yang disimpan di gudang, sehingga penguasaan barang berada di pengelola gudang. Guna menampung kebutuhan penjaminan atas barang yang dikuasai pihak ketiga, maka dibentuk skema penjaminan baru yang disebut Hak Jaminan atas Resi Gudang. Sistem penjaminan seperti ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi petani/ kelompok tani serta usaha kecil dan menengah untuk memperoleh akses kepada kredit/pembiayaan. 10

Barang Dalam Sistem Resi Gudang Pada tahap awal penerapan SRG, terdapat 8 komoditi yang dapat disimpan dalam gudang SRG (Permendag No: 26/M-DAG/ PER/6/2007), dimana 3 komoditi berorientasi pada terciptanya ketahanan pangan yaitu Gabah, Beras dan Jagung dan 5 komoditi berorientasi pada peningkatan ekspor adalah Kopi, Kakao, Lada, Karet, Rumput Laut. Kemudian melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor: 37/M-DAG/PER/11/2011 komoditi yang dapat disimpan di gudang dalam SRG ditambah komoditi Rotan. Pada tahun 2013 melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2013, komoditi yang dapat disimpan dalam penyelenggaraan SRG ditambah dengan komoditi Garam sehingga jenis komoditi yang dapat disimpan menjadi 10 komoditi lalu pada tahun 2016 melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/ PER/05/2016 ditambah menjadi 14 Komoditi dan saat ini Komoditi yang dapat disimpan di Gudang Sistem Resi Gudang bertambah menjadi 17 melalui Permendag Nomor 33 Tahun 2018 yaitu Gabah, Beras, Jagung, Kopi, Kakao, Lada, Karet, Rumput Laut, Rotan, Garam, Gambir, Teh, Kopra, Timah, Bawang Merah, Ikan dan Pala. Penetapan selanjutnya tentang barang dalam SRG dilakukan dengan mempertimbangkan rekomendasi dari PEMDA, instansi terkait atau asosiasi komoditas (tetap memperhatikan persyaratan Pasal 3 Peraturan Mendag No. 37 Tahun 2011: Daya simpan, standard mutu, jumlah minimum barang yang disimpan). Skema Subsidi Resi Gudang Untuk meringankan beban bunga bank dalam pemanfaatan SRG bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi tani, pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang pemberian subsidi bunga kredit Resi Gudang melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG) dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 66/M-DAG/ PER/12/2009 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG). Subsidi bunga ini disalurkan melalui bank-bank pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Melalui S-SRG ini, beban bunga kepada peserta (petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi tani dan koperasi) ditetapkan sebesar 6% per-tahun. Sedangkan selisih tingkat bunga S-SRG dengan beban bunga peserta S-SRG merupakan subsidi pemerintah. Subsidi bunga diberikan selama masa jangka waktu S-SRG paling lama 6 bulan. Lembaga Jaminan Resi Gudang Di dalam perkembangan Sistem Resi Gudang ditemukan kelemahan di lapangan yang sangat menghambat perkembangan Sistem Resi Gudang, yaitu belum tersedianya mekanisme jaminan atau asuransi yang dapat mencakup seluruh kerugian termasuk 11

ketika terjadi kebangkrutan Pengelola Gudang. Kondisi ini menyebabkan rapuhnya SRG, sehingga sekali saja hal ini terjadi maka integritas SRG terancam runtuh. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka pada tahun 2011, pemerintah bersama dengan DPR RI melakukan amandemen terhadap UU Nomor 9 Tahun 2006 dengan diterbitkannya UU Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. Melalui UU Nomor 9 Tahun 2011 ini, instrumen Jaminan Pelaksanaan (Performance Guarantee) dalam Sistem Resi Gudang dilengkapi dengan dibentuknya Dana Jaminan Resi Gudang (Idemnity Fund). Dana Jaminan Resi Gudang inilah yang akan berfungsi sebagai penjamin seperti layaknya asuransi apabila terdapat Pengelola Gudang yang mengalami kebangkrutan. 12

KELEMBAGAAN Sistem Resi Gudang Badan Pengawas Badan Pengawas Resi Gudang adalah unit organisasi di bawah Menteri yang diberi wewenang untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan Sistem Resi Gudang. Badan ini berwenang memberikan persetujuan sebagai Pengelola Gudang, Lembaga Penilaian Kesesuaian dan Pusat Registrasi. Untuk menjaga integritas Sistem Resi Gudang, Badan Pengawas juga berwenang melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diberikan persetujuan, baik secara periodik maupun sewaktu-waktu, dengan pemberitahuan maupun tanpa pemberitahuan, dan terlebih lagi ketika mereka diduga melakukan pelanggaran. Sebelum Badan yang bertanggungjawab kepada Menteri ini terbentuk, maka tugas, fungsi dan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang dibentuk berdasarkan UU No. 32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Pengelola Gudang Pengelola Gudang adalah pihak yang melakukan usaha pergudangan baik gudang milik sendiri maupun milik orang lain, yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang. Pengelola Gudang berhak menerbitkan Resi Gudang. Lembaga ini dipersyaratkan harus membentuk badan usaha berbadan hukum yang memenuhi persyaratan administratif dan keuangan tertentu untuk mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas sebagai Pengelola Gudang dalam Sistem Resi Gudang. Dalam pelaksanaannya, Pengelola Gudang wajib membuat perjanjian pengelolaan secara tertulis dengan pemilik barang atau kuasanya, yang sekurang-kurangnya memuat identitas serta hak dan kewajiban para pihak, jangka waktu penyimpanan, deskripsi barang dan asuransi. 13

14

Lembaga Penilaian Kesesuaian Kegiatan penilaian kesesuaian dalam Sistem Resi Gudang dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian yang telah mendapat persetujuan Badan Pengawas. Kegiatan dimaksud mencakup kegiatan sertifikasi, inspeksi dan pengujian yang berkaitan dengan barang, gudang dan Pengelola Gudang. Penyimpanan barang di Gudang sangat erat kaitannya dengan konsistensi mutu barang yang disimpan sehingga perlu disiapkan sistem penilaian kesesuaian yang dapat menjamin konsistensi mutu barang yang disimpan. Sertifikasi yang diterbitkan Lembaga Penilaian Kesesuaian sekurang-kurangnya memuat nomor dan tanggal penerbitan, identitas pemilik barang, jenis dan jumlah barang, metode pengujian mutu barang dan tanda tangan pihak yang berhak mewakili lembaga, tingkat mutu dan kelas barang, serta jangka waktu sertifikat untuk barang Pusat Registrasi Pusat Registrasi adalah institusi yang melakukan penatausahaan Resi Gudang yang meliputi pencatatan, penyimpanan, pemindahbukuan kepemilikan, pembebanan hak jaminan, pelaporan, serta penyediaan sistem dan jaringan informasi. Penatausahaan dilakukan untuk menjamin keamanan dan keabsahan setiap pengalihan dan pembebanan hak jaminan atas Resi Gudang karena setiap pihak yang menerbitkan, mengalihkan dan melakukan pembebanan hak jaminan atas Resi Gudang wajib melaporkannya kepada Pusat Registrasi. Untuk mempermudah serta mempercepat proses penerbitan hingga penyelesaian transaksi Resi Gudang, Pusat Registrasi telah mengembangkan suatu sistem informasi yang mengintegrasikan semua kelembagaan dalam SRG (Pengelola Gudang, Lembaga Penilaian Kesesuaian, Perbankan, Pusat Registrasi dan Badan Pengawas), yang dikenal sebagai IS-WARE (Information System-Warehouse Receipt). Dengan sistem ini maka pemerintah melalui Pusat Registrasi dapat memantau pengalihan dan pembebasan hak jaminan atas Resi Gudang, mencegah terjadinya penjaminan ganda (double collateral), dan melakukan pemantauan atas ketersediaan atau stok nasional untuk komoditi tertentu. Kegiatan sebagai Pusat Registrasi hanya dapat dilakukan oleh badan usaha berbadan hukum dan telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) telah memberikan persetujuan kepada PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) sebagai Pusat Registrasi Sistem Resi Gudang. Lembaga Jaminan Resi Gudang Lembaga Jaminan Resi Gudang (LJRG) merupakan lembaga yang akan mengelola Dana Jaminan Resi Gudang. Lembaga ini berfungsi sebagai lembaga penjaminan seperti layaknya LPS (Lembaga Penjaminan Simpanan) bagi perbankan. LPS menjamin uang yang disimpan di Bank sedangkan LJRG menjamin barang yang disimpan Pengelola Gudang. LJRG akan memberikan perlindungan bagi pemilik Resi Gudang khususnya 15

petani, usaha kecil dan menengah, serta bank/lembaga keuangan nonbank terhadap kegagalan, kelalaian atau ketidakmampuan Pengelola Gudang dalam melaksanakan kewajibannya menjaga dan menyerahkan barang sebagaimana tertera dalam Resi Gudang. Dengan demikian, keberadaan LJRG akan meningkatkan kepercayaan dunia usaha dan masyarakat serta menjaga integritas SRG. Pemerintah Pusat dan Daerah Pelaksanaan Sistem Resi Gudang melibatkan peran aktif pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini sebagaimana juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2011, dimana sinergitas peran pemerintah pusat dan daerah diatur dalam rangka pembinaan dan pengembangan. Hubungan kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah diatur dalam rangka pembinaan dan pengembangan Sistem Resi Gudang. Urusan Pemerintah Pusat antara lain mencakup penyusunan kebijakan nasional untuk mempercepat penerapannya, melakukan koordinasi antar sektor pertanian, keuangan, perbankan, dan sektor terkait lainnya untuk pengembangannya, dan memberikan kemudahan bagi sektor usaha kecil dan menengah serta kelompok tani untuk berperan serta di dalam Sistem Resi Gudang. Urusan Pemerintah Daerah antara lain mencakup pengembangan komoditas unggulan daerah, penguatan pelaku usaha ekonomi kerakyatan untuk mengembangkan Sistem Resi Gudang dan memfasilitasi pengembangan pasar lelang komoditas. 16

KEBIJAKAN BAPPEBTI DALAM PENGEMBANGAN Sistem Resi Gudang Implementasi SRG di gudanggudang milik Pemkab/kota yang saat ini belum aktif Sosialisasi dan edukasi kepada pelaku usaha khususnya petani, poktan, gapoktan, koperasi dan UKM Pengalihan proritas anggaran APBN (DAK) dari pembangunan gudang ke dukungan fasilitas yang dapat memberikan nilai tambah komoditas dan optimalisasi bisnis SRG, seperti Rice Milling Unit dan sarana angkut Peningkatan peran pemerintah daerah dalam pengembangan SRG Penguatan kelembagaan SRG, khususnya Pengelola Gudang/ LPK Uji Mutu di daerah melalui Pelatihan Calon Pengelola Gudang SRG, Pelatihan Uji Mutu SRG, Pelatihan Penyuluh Lapangan Perluasan akses pembiayaan SRG, tidak hanya perbankan namun juga PK-BUMN dan LPDB Kementerian KUKM Sinergi pembiayaan KUR dan S-SRG (petani yang telah mendapatkan KUR dapat menerima S-SRG) Pengembangan SRG untuk komoditas perkebunan, kelautan, dan kehutanan (i.e. kakao, karet, garam, rumput laut, rotan) Integrasi SRG dengan pasar lelang online. 17

18

Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jl. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 T: (021) 31924744 F: (021) 31923204 SMS Center Bappebti: 0811-1109901 website: www.bappebti.go.id Penerbitan 2018