BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlombalomba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uraian tentang teori- teori dan penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlombalomba memajukan seluruh sektor yang terdapat di negara tersebut untuk memajukan perekonomian negara itu sendiri. Tidak terkecuali dalam sektor industri. Sektor industri sangat penting agar tercapainya struktur ekonomi yang seimbang. Keberhasilan pembangunan sektor industri begitu erat dengan pembangunan sektor lain dan saling ketergantungan. Kekuatan dan kemampuan sektor lain akan mendukung perkembangan sektor industri. Dalam hubungan timbal balik ini salah satu peranan sektor industri adalah terbukanya bisnis-bisnis baru sehingga memperluas lapangan kerja.sektor industri merupakan salah satu sektor yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Kegiatan industri mempunyai karakteristik kebutuhan lahan, air, energi, tenaga kerja, orientasi dasar lokasi, kualitas dan kuantitas limbah dan setiap ruang mempunyai daya dukung tertentu. Oleh karena itu, untuk mengalokasikan ruang suatu kegiatan industri harus diketahui dahulu jenis-jenis industri yang prospektif dan industri yang tidak sesuai tumbuh pada suatu daerah tertentu. Fenomena permasalahan yang dihadapi adalah pembangunan industri di suatu daerah kurang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang, akibatnya industri-industri sering dibangun berbaur dengan 1

2 kegiatan sosial ekonomi masyarakat, sehingga sering menimbulkan kasus-kasus pencemaran terhadap lingkungan. Akan tetapi disamping sektor industri menghasilkan produksi, ternyata di sisi lain sektor perindustrian juga memiliki dampak yang negatif. Masih banyak permasalahan yang membutuhkan perbaikan seperti keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan infrastruktur pendukung seperti jaringan jalan, pelabuhan, kereta api dan energy, birokrasi juga belum sepenuhnya probisnis, arus barang illegal masih tinggi, masalah perburuhan masih banyak, insentif fiscal tidak bersaing dan suku bunga masih tinggi. Kegiatan industri juga menghasilkan material non produk (non product output) atau keluaran bukan produk (KBP) seperti terjadinya pencemaran lingkungan. Contoh yang termasuk NPO atau keluaran bukan produk (KBP) adalah berupa bahan, energi, dan air yang dipakai dalam proses produksi, namun tidak berakhir menjadi produk akhir. Keluaran bukan produk dapat juga dikatakan sebagai aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah. Di samping itu, keluaran bukan produk berupa bahan pencemar tersebut seringkali mengarah pada suatu kondisi yang menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan industri memilih lokasi di daerah dengan nilai produktivitas tanah rendah dan diusahakan jauh dari pusat permukiman penduduk. Wawasan lingkungan dan pembangunan industri haruslah memperhatikan kondisi dan potensi sumberdaya alam dan lingkungannya. Hal ini bertujuan agar terjamin kelestarian sumberdaya alam dan kualitas hidup yang baik untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Perkembangan industri yang baik

3 akan memberikan dampak positif kepada pengembangan wilayah dan pemerataan pembangunan, pembentukan pusat-pusat kegiatan ekonomi dan sosial yang baru perhubungan dan telekomunikasi serta perbaikan lingkungan hidup dan kelestarian alam. Selain itu dalam rangka pembangunan nasional ditujukan untuk memenuhi bahan baku bagi industri di dalam negeri yang terus berkembang maupun untuk meningkatkan pendapatan dengan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.dengan meluasnya lapangan kerja maka pendapatan nasional akan terbagi lebih merata. Pertumbuhan penduduk yang cepat memberi implikasi kebijaksanaan yang serius bagi banyak negara berkembang. Dengan pertumbuhan penduduk yang demikian cepatnya, tampaknya akan membawa dampak serius bagi negara berkembang dalam merancang pembangunan ekonomi. Banyak sarana penting dan mendasar yang perlu disediakan pemerintah diantaranya pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan. Pada umumnya dalam situasi seperti sekarang ini, banyak diantara negara berkembang yang belum mampu menyediakan pelayanan tersebut. Tantangan yang dihadapi saat ini tuntutan untuk lebih banyak lagi menciptakan lapangan kerja, pengembangan berbagai wilayah yang harus lebih dipacu lagi, peningkatan manfaat sumberdaya alam, serta pelestarian lingkungan. Kawasan pengembangan ekonomi perlu disertai dengan wilayah goegrafis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh, sementara itu kebutuhan lahan terus meningkat. Kondisi seperti ini tentunya memicu terjadinya persaingan perolehan lahan pembangunan baik itu swasta, Pemerintah

4 Pusat dan Daerah maupun masyarakat itu sendiri yang akan menimbulkan persaingan semakin tidak sehat. Oleh karena itu, dalam pembangunan wilayah atau regional pembentukan suatu kawasan ekonomi harus dibuatkan suatu perencanaan terpadu. Kebijakan pemerintah sebagaimana menurut UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 31 telah menyebutkan adanya pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai bagian dari kegiatan penanaman modal di Indonesia. Pembentukan KEK merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat peningkatan ekspor dan investasi, sehingga diperlukan kebijakan khusus. kebijakan khusus yang dimaksud dalam bentuk fasilitas khusus di bidang perpajakan, kepabeanan, infrastruktur pendukung, kemudahan perijinan, keimigrasian, dan ketenagakerjaan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah sebuah pola induk perencanaan ambisius dari pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat realisasi perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ini akan didukung berdasarkan potensi demografi dan kekayaan sumber daya alam, dan dengan keuntungan geografis masing-masing daerah. Sebagai salah satu program dari Masterplan Percepatan dan Perluasan pembangunanekonomi Indonesia (MP3EI), pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei diharapkan mampu menjadi media yang memfasilitasi pembangunan ekonomi melalui sektor industri. Pengembangan kawasan industri ini tentunya diharapkan akan memberikan hasil berupa

5 akselerasi pertumbuhan perekonomian, baik dalam lingkup daerah maupun nasional. Kawasan Industri Sei Mangkei di dalam MP3EI termasuk di dalam Koridor Ekonomi Sumatera, dengan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit. Dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera, pembangunan struktur ruang diarahkan untuk memahami pola pergerakan dari kebun sawit sebagai kegiatan ekonomi utama menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industri yang selanjutnya menuju pelabuhan. Oleh sebab itu, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan, kereta api dan pelabuhan diarahkan untuk melayani angkutan barang untuk menunjang kegiatan ekonomi utama. Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting bagi penyediaan kelapa sawit Indonesia dan dunia. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Dunia. Produksi komoditas kelapa sawit Indonesia yang merupakan bahan mentah minyak goreng (crude palm oil/cpo) rata-rata mencapai 23,5 juta ton per tahun. Guna kelancaran pemasaran produk olahan kelapa sawit pemerintah harus menata kembali infrastruktur publik. Produksi kelapa sawit di Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk CPO, seharusnya sudah harus mengembangkan industri hilir kelapa sawit untuk menggenjot nilai tambah kelapa sawit tersebut. Industri hilir dalam mata rantai industri kelapa sawit, antara lain : oleo kimia dan biodiesel. Pengembangan industri hilir sangat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi strategis sebagai

6 penghasil hulu sampai hilir, sehingga dapat menjual produk yang bernilai tambah tinggi dengan harga bersaing. Kawasan Industri Sei Mangkei, yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sebagai Sei Mangkei Integrated Sustainable Palm Oil Cluster (SM ISPOIC). Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ini sudah selaras dengan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Simalungun, yakni Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dengan membuka kesempatan kerja dan berusaha melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kawasan Industri Sei Mangkei inidiharapkan terjadi peningkatan pendayagunaan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta penggunaan tekonologi ramah lingkungan. Kawasan Industri Sei Mangkei yang terletak di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Lokasi Kawasan Industri Sei Mangkei ini cukup strategis dikarenakan, yaitu : 1. letak geografisnya yang berada relatif di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit atau dekat dengan sumber bahan baku (Raw Material Oriented); 2. Telah ada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 30 ton Tandan Buah Segar (TBS)/Jam sejak Tahun 1997 dan dekat dengan beberapa PKS dengan radius 70 Km milik PTPN III = 165 ton TBS/Jam, PTPN IV = 300 ton TBS/Jam, Swasta = 140 ton TBS/Jam;

7 3. Dekat dengan sungai Bah Bolon yang sangat diperlukan sebagai sumber air pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS); 4. Dekat dengan pelabuhan Kuala Tanjung (± 40 Km), tempat pengapalan CPO dan CKPO yang mampu mengakomodasi kapal-kapal dengan berat 30.000 40.000 DWT dan pelabuhan Inalum yang jaraknya hanya 36 km, sehingga sangat memudahkan transportasi produk-produk industri tersebut keluar Sumatera Utara dan Program MP3EI dimana pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi global hub di Koridor Ekonomi I (Sumatera); 5. Dekat dengan jalan besar Pematang Siantar Lima Puluh yaitu jaraknya 5 km dan jalur kereta api Gunung Bayu - Perlanaan, sehingga transportasi produk ke daerah lain di Sumatera juga bisa lancar; dan 6. Dari segi pengembangan wilayah dapat memacu pengembangan wilayah Kabupaten Simalungun secara keseluruhan dan wilayahwilayah yang berada disekitarnya. Kegiatan ekonomi yang berkesinambungan akan menghasilkan nilai tambah pula bagi perusahaan dalam hal ini yaitu PT. Perusahaan Nusantara III. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja nilai tambah yang didapatkan PTPN III sebagai penyedia dana Pengembangan Proyek Sei Mangkei? 2. Apa saja target yang akan dicapai oleh PTPN III dalam Rencana Pengembangan Proyek Sei Mangkei? C. Tujuan Penelitian Dari rurmusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan pada Diploma III Fakultas Ekonomi 2. Mengkaji peranan Pembangunan Proyek Sei Mangkei terhadap PTPN III D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pembangunan kawasan industri terhadap pengembangan wilayah 2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi PTPN III dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang tentang sejauh mana peranan pembangunan pengembangan kawasan industri Sei Mangkei

9 3. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang